Anak Rentan Bunuh Diri Bila Ayah Tidak Aktif Mengasuh

 

Foto: shutterstock


Ayah adalah sosok utama dalam sebuah keluarga. Sama dengan ibu, ayah punya peran yang sama pentingnya dalam merawat dan mengasuh anak. Gaya pengasuhan yang digunakan oleh bunda dan ayah memiliki dampak pada anak hingga dewasa. Itu sebabnya ayah yang absen - tdak hadir apakah secara fisik dan emosional - mungkin menghadapi tantangan yang lebih. 

 

Ketidakhadiran fisik, yaitu anak hanya diasuh oleh ibu bersama kakek neneknya. Atau ketidakhadiran emosional yaitu ketika secara fisik ayah ada tetapi tidak berminat atau tertarik merawat dan mengasuh anak atau tidak tertarik untuk terlibat secara aktif. 

 

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia mencatat, pada 2016 terdapat 7.000.000 prempuan di Indonesia menjadi kepala keluarga. Penyebabnya beragam, mulai dari perceraian, ditinggal merantau dan suami meninggal dunia.

 

Menurut Biro Sensus Amerika Serikat, rumah tanpa ayah sekarang lebih umum dari biasanya - lebih dari 1 dari 4 anak memiliki ayah yang tidak hadir. Sementara ibu tunggal lebih mampu membesarkan bayinya, dikombinasi berbagai faktor dapat menyebabkan kehidupan anak-anak terpengaruh secara negatif oleh ketiadaan figur ayah. 

 

Jadi, bila Anda sekarang adalah ibu tunggal, penting untuk memahami bahwa ketidakhadiran ayah akan sangat memengaruhi anak, apakah itu jangka pendek atau jangka panjang. Ketika anak masih kecil tidak punya figur ayah yang kuat dalam hidup mereka, mereka bisa rentan terhadap berbagai masalah. 

 

Ivana Davies penulis 6 Ways Having an Absent Father Impacts Children dalam findyourmomtirbe.com menyebut ini dampaknya:

 

1. Memiliki masalah perilaku. Efek buruk ketidakhadiran ayah adalah munculnya masalah perilaku pada masa remaja dan dewasa. Banyak anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah yang penuh akan tampil mendominasi di antara teman-teman sebayanya dalam upaya untuk menyembunyikan masalah emosional mereka. Akibatnya mereka akan sulit menyesuaikan diri di sekolah atau mencari teman karena terlalu sibuk mempertahankan ‘kepribadian’ ini. 

 

Mengapa ketidakhadiran ayah memberi dampak yang begitu dalam pada anak? Beberapa peneliti menemukan, bahwa memiliki hubungan positif dengan ayah yang  merupakan pendukung dan pendorong dalam kehidupan anak membantu perkembangan sosial dan membangun harga diri anak. 

 

Kehadiran ayah membuat anak tumbuh dengan harga diri yang positif, lebih percaya diri sehingga lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

 

2. Trauma keterikatan. Bunda pasti tahu teori tentang bonding, bukan? Hubungan kita dengan pengasuh utama memengaruhi cara kita berhubungan dengan orang lain dan relasi selanjutnya di masa dewasa. 

 

Menghadapi ketidakhadiran ayan baik fisik maupun emosional sejak usia dini menyebabkan anak mengalami trauma keterikatan dan akan memiliki gaya keterikatan yang menyebabkan timbulnya masalah relasi di masa mendatang.

 

Ada 4 gaya keterikatan yang dikembangkan di masa kanak-kanak:

- Aman. Gaya keterikatan aman yang paling sehat dan berkembang ketika seorang anak mengalami perawatan, kasih sayang dan dukungan emosional yang konsisten dari orang tua. Bahkan jika anak diasuh oleh salah satu orang tua, dia masih dapat mengembangkan keterikatan yang aman. Tapi jika salah satu orang tua seperti ayah yang tidak hadir atau kehadirannya tidak konsisten, tidak menanggapi kebutuhan anak, ini adalah lahan subur untuk tumbuhnya trauma keterikatan. 

- Gelisah. Terbentuk ketika perhatian dan perawatan yang didapat oleh anak tidak konsisten. Di masa dewasa dia harus selalu diyakinkan bahwa dia dicintai atau sulit percaya orang lain. 

- Penghindar. Yaitu ketika anak diabaikan secara emosional oleh orang tua saat terluka baik fisik maupun emosional, dia akan mengembangkan keterikatan penghindaran. Kelak sebagai orang dewasa dia akan merasa tidak nyaman mengungkapkan ekpresi emosi dan menerima cinta serta kasih sayang dari orang lain. 

- Takut - menghindari. Ini hasil dari abuse/pelecehan dan penelantaran. Di masa dewasa orang-orang dengan gaya keterikatan ini lebih menyukai hubungan yang disfungsional daripada hubungan yang sehat. 

 

3. Kesehatan mental. Laki-laki dan perempuan muda yang tumbuh tanpa model peran ayah di rumah, rentan mengalami masalah-masalah psikologis. Terlepas dari rendahnya harga diri, tumbuh tanpa ayah mengembangkan masalah kesehatan mental yang serius seperti depresi dan kecemasan. Depresi yang tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan munculnya pikiran untuk bunuh diri, yang merupakan konsekuensi serius ketidakhadiran ayah di rumah. 

4. Pergaulan bebas, yang mengakibatkan remaja perempuan hamil. Anak perempuan muda sangat rentan dalam situasi ini karena menjadi ibu usia remana bisa sangat mengganggu rencana masa  depan mereka, apakah mau kuliah, dan jenis karier yang akan mereka kejar. Menurut Departemen Kesehatan Layanan Kemanusiaan AS, 71 persen gadis remaja hamil adalah mereka yang tidak memiliki hubungan dengan ayah mereka. Tidak penting apa penyebabnya, jelas bahwa ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak remaja mengarahkan mereka pada perilaku berisiko yang dihindari oleh remaja lain. 

5. Putus sekolah. Tingginya angka putus sekolah menengah pada anak yang tidak punya hubungan dengan ayah adalah tanda jelas bahwa ketidakhadiran ayah dapat merugikan perkembangan anak. Ini bukan berarti bahwa anak yang hanya diasuh oleh ibu tidak cerdas. Tetapi masalah perilaku yang menyertai adalah hasil dari situasi keluarga yang berdampak negatif pada keberhasilan anak di sekolah. Karena putus sekolah menengah adalah keputusan yang dapat memilki efek yang sangat buruk pada prospek karir masa depan, tidak mengherankan bahwa 47% anak yatim lebih mungkin mengalami kemiskinan. Demikian menurut Departemen Kesehatan Layanan Kemanusiaan AS.

6. Kriminal. Kurangnya struktur dan disiplin yang terkadang menyertai rumah tangga tanpa ayah dapat menyebabkan remaja mulai berteman dengan orang yang salah dan terlibat dalam kejahatan kecil seperti pencurian. 

Itu bukan berarti ibu tidak dapat mengasuh anak dengan benar. Kelelahan akibat bekerja full time sebagai pencari nafkah satu-satunya untuk keluarga, ditambah kurangnya pengasuhan anak yang memadai dan berbagai faktor lainnya membuat para ibu tunggul sulit untuk menegakkan aturan atau memantau anak mereka. 


Baca juga:
- Kesehatan Mental Ayah, Modal Penting Mengasuh Anak
- 10 Hal Wajib Diajarkan Ayah Pada Anak Laki-lakinya
- Ayah Membesarkan Anak Perempuan Tangguh

 

 



Artikel Rekomendasi