Jenis-Jenis Bullying yang Mungkin Dialami Oleh Anak

 


Selama sepekan terakhir, industri hiburan Korea Selatan dikejutkan dengan banyaknya isu bullying yang menyeret nama sejumlah selebritas, mulai dari aktor, aktris, hingga idol Kpop. Lewat berbagai unggahan di situs internet, para korban mengaku mendapatkan perlakukan buruk saat masih di sekolah baik secara verbal maupun nonverbal.

Nggak tanggung-tanggung hingga kini tercatat lebih dari 10 selebtriti dilaporkan sebagai pem-bully oleh penuduh yang berbeda-beda. Terungkapnya isu ini tentunya memberikan pukulan keras bagi para orang tua yang pastinya menganggap dirinya gagal dalam melindungi putra-putri mereka dari tindakan bullying di sekolah.

Terlebih lagi, kebanyakan korban bullying memilih untuk memendam dan menerima perlakuan buruk tersebut. Dengan alasan takut semakin ditindas, malu menjadi korban, atau merasa tidak nyaman bila harus memberi tahu orang tua. Oleh karena itu, Bunda dan Ayah wajib peka dengan perubahan sikap si kecil misalnya, menjadi lebih murung atau tidak bersemangat ke sekolah.

Selain peka terhadap sikap anak, orang tua juga harus mengenali ciri dan jenis bullying yang mungkin dialami oleh anak di sekolah ataupun di lingkungan bermainnya.

Penindasan fisik
Dari namanya saja Anda pasti sudah paham bahwa jenis bullying ini melibatkan tindakan secara fisik seperti, mendorong, memukul, menendang, meludahi, ataupun merusak barang milik korban. Penindasan fisik lebih mudah dideteksi diandingan jenis lainnya karena biasanya akan meninggalkan bekas luka atau memar pada tubuh korban.

Membangun komunikasi dengan korban bullying harus dilakukan secara lembut dan perlahan. Sebagai orang tua, Anda juga harus mempersiapkan diri sebelum mendengarkan cerita perlakuan buruk yang harus dialami anak di lingkungan pertemanannya.

Bunda juga harus menahan emosi, meluapkan rasa tidak terima di depan anak hanya akan membuat mereka menjadi ketakutan. Tetaplah tenang dan yakinkan buah hati Anda untuk percaya bahwa orang tua bisa melindungi dan membantunya.

Penindasan verbal
Sering kali dianggap remeh karena tidak memberikan luka fisik, padahal Verbal bullying merupakan jenis penindasan yang berisiko merusak mental dan menggerus kepercayaan diri anak. Penindasan secara verbal biasanya berupa mengolok-olok atau mengejek korbannya dengan memberikan nama panggilan seperti, si gendut, si hitam, si jelek, dan sebagainya. Selain fisik, tak jarang penindasan verbal juga menyerang ras, agama atau status sosial seseorang.

Pelaku Verbal bullying biasanya menargetkan korban pada anak-anak yang dianggap terlihat berbeda dari anak lainnya. Untuk menghentikan kebiasaan buruk ini, sebagai orang tua penting bagi Anda untuk mengenalkan dan mengajarkan anak-anak untuk menghargai indahnya perbedaan.

Cyberbullying
Penindasan di dunia maya atau Cyberbullying mungkin lebih sering dialami oleh anak  usia pra remaja hingga remaja yang akrab dengan smartphone, internet dan sosial media.

Contoh dari penindasan di dunia maya adalah memposting gambar atau video dengan tujuan untuk mempermalukan korban, membuat ancaman online, dan mengirim email ataupun meninggalkan komentar yang menyakitkan.

Cyberbullying sering dilakukan oleh anak zaman sekarang karena dianggap dapat melecehkan target secara lebih luas karena sesama remaja akan saling terhubung lewat sosial media, dengan risiko kecil bagi pelaku untuk tertangkap.

Agar si kecil tidak menjadi pelaku ataupun korban dari Cyberbullying, penting bagi Anda untuk tetap memonitor konten dan tingkah laku anak saat berselancar di dunia maya. Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik bersama anak, agar ia tidak terlalu ketagihan dengan smartphone ataupun sosial media.

Penindasan Seksual
Lebih sering dialami oleh anak perempuan, jenis penindasan ini biasanya melecehkan korban secara berulang, dengan memberikan panggilan atau julukan yang bernada seksual. Misalnya, bagian tubuh anak perempuan, komentar kasar, gerakan vulgar, hingga sentuhan tanpa diundang.

Seorang penindas mungkin membuat komentar kasar tentang penampilan, daya tarik, perkembangan seksual, atau memberikan sentuhan tidak terduga pada bagian sensitif teman perempuan sebayanya.

Penindasan seksual sangat berisiko merusak kesehatan mental anak. Oleh karena itu, orang tua wajib memberikan sex education sejak dini mulai dari, mengenalkan bagian-bagian tubuh yang harus dilindungi. Saat merawat bayi, Ayah dan Bunda harus izin terlebih dahulu ya, sebelum menyentuh area sensitif anak. Hal ini dapat mengajarkan anak mengenai pentingnya menghormati privasi seseorang.

Baca juga:
3 CARA SUPAYA ANAK ANDA BEBAS BULLY

AGAR ANDA TAK MEMBESARKAN SI TUKANG BULLY
BERIKUT INI TANDA ANDA SEBENARNYA MEMBULLY SUAMI

Debbyani Nurinda

 



Artikel Rekomendasi