Kata Psikolog, Pekerjaan Anak Memang Bermain

 

freepik


Si bayi dan balita diajak main apa, ya?
 
Bermain adalah dunia anak. Jadi jangan salahkan atau jangan larang bila aktivitas mereka yang tampak adalah bermain terus-menerus. Sebab, bermain bukan sekedar aktivitas yang menghibur bagi anak-anak, melainkan juga cara mereka untuk belajar banyak hal di dunia ini. Bahkan, saking pentingnya, Konvensi bermain juga tak luput dari hak anak yang tertera dalam Konvensi Hak Anak PBB yang harus dipenuhi oleh orang tua.
 
Susana Ang, BBA., Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini dan Praktisi Terapi Bermain dari Love to Learn Indonesia mengatakan, “Main itu kebutuhan mereka. Kalau kita larang anak-anak main, bisa mengganggu kesehatan fisik, emosional, motorik, dan kognitifnya.” Menurut Susan, untuk mengoptimalkan manfaat bermain bagi perkembangan anak secara keseluruhan, maka orang tua perlu memahami permainan apa yang cocok untuk dimainkan sesuai usia.
 
Nah, berikut ini referensi mengajak si kecil bermain sesuai dengan usianya:
 
0-12 Bulan
Kata siapa bayi tidak bisa bermain? Cilukba adalah salah satu permainan yang paling disukai bayi. Di usia ini, orang tua bisa mengajak bayi bermain dengan merangsang inderanya. Misalnya saja dengan memasang gantungan warna-warni yang bisa berbunyi di atas box bayi. Mainan ini bisa merangsang indera penglihatan serta indera pendengaran bayi.
 
“Kalau sudah bisa duduk, kasih mainan yang bisa dia pencet. Misal komputer-komputeran yan bisa mengeluarkan bunyi berbeda-beda,” saran Susana. Atau Anda juga bisa memberinya soft book atau buku bertekstur yang juga mengeluarkan suara bila disentuh. Ini akan melatih indera peraba, penglihatan serta pendengarannya.
 
1-2 Tahun
Menurut Susana, hingga usia dua tahun, permainan yang sangat baik untuk mengoptimalkan perkembangan anak adalah permainan sensori yang dilengkapi dengan stimulasi untuk motorik halus. Melanjutkan dari usia bayi, di usia ini anak bisa diajak bermain menggenggam berbagai tekstur yang berbeda, seperti pasir, tepung, dan beras. Perlahan, ajarkan mereka untuk mengganti menggenggam dengan mencubit atau menjumput atau menggunakan berbagai media seperti sendok. Anak-anak juga bisa diajak membuat air berwarna-warni.
 
Susana juga mengatakan bahwa ada masa transisi di usia 12-13 bulan di mana anak sudah mulai bisa diajak bermain pretend play seperti mobil-mobilan, masak-masakan, atau dokter-dokteran. Komnbinasikan pretend play dengan permainan yang bisa melatih semua panca inderanya termasuk indera penciuman dengan mengajaknya bermain “tukang sayur” di mana ia bisa mencium aroma berbagai rempah. Atau latih indera perasanya dengan bermain “menu rahasia” di mana Anda menjadi koki yang menutup matanya dan minta ia mencicipi berbagai bahan makanan seperti garam, gula, selai nanas, dan lain sebagainya.
 
2-3 Tahun
Di usia ini, orang tua bisa memfasilitasi permainan yang mengasah motorik kasar atau kemampuan fisik anak-anak, misalnya melompat atau berlari. “Kasih mainan yang lebih challenging, misalnya sepeda roda tiga, atau main melempar bola,” ujar Susana.
 
Buat permainan yang seru seperti “kebun binatang” di mana anak bisa memerankan menjadi katak dan mempraktikkan lompat katak atau berperan menjadi flamingo di mana mereka harus mencoba berjalan dengan satu kaki.
 
3-4 Tahun
Di usia ini, rentang perhatian anak-anak sudah meningkat. Mereka sudah bisa bertahan fokus menyelesaikan sesuatu sampai selesai. Beri mereka permainan sejenis puzzle, play dough, atau balok. “Di umur segini, apa yang mereka bangun sudah ada artinya,” ujar Susana.
 
>4 Tahun (Usia TK)
Orang tua bisa mengajak anak bermain board game sederhana seperti ular tangga atau congklak. “Mereka juga sudah mulai permainan kooperatif dengan teman, misalnya lari-larian atau petak umpet,” ujar Susana lagi. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi mereka.
 
Tak Harus Mahal
Menurut Susana, tidak semua mainan anak harus mahal. Bahkan, juga tak harus beli.” Anak saya main kardus bekas aja happy nya bukan main,” ceritanya. Memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar kita untuk bermain juga bisa menjadi contoh kreativitas untuk anak.
 
Kotor Lagi, Kotor Lagi
Susana berkata, “Kadang ada Mama-Papa yang gak mau repot, gak mau kotor. Padahal ada masa anak perlu main messy play yang bener-bener ngeberantakin, misalnya cat air dicoret ke mana-mana atau gliter dituangin dan gak ada tujuannya.” Manfaatkan momen ini untuk mengajarkan mereka berdisiplin juga membereskan semua mainan setelah selesai digunakan.
 
15 Menit Sehari
Permainan semenarik apa pun atau semahal apa pun akan kurang bila orang tua tidak terlibat. Oleh karenanya, Susana menyarankan agar orang tua punya special time untuk menemani anak bermain. “Gak perlu lama, komitmen 15 menit sehari, deh, di jam yang sama setiap hari,” sarannya. “Tapi, itu benar-benar jadi waktu buat anak. Gadget taruh dulu. Bermain bersama anak bisa menumbuhkan kedekatan,” tutupnya.
 
Jadi, sudah kepikiran mau main apa dengan si kecil?
 
Lela Latifa
 
 

 

 



Artikel Rekomendasi