LinkedIn Menambahkan Ibu Rumah Tangga Sebagai Profesi Resmi

 

Foto ilustrasi (Freepik)

Media sosial LinkedIn dikenal sebagai platform jejaring profesional berbasis internet. Sesuai namanya, pengguna LinkedIn umumnya adalah kalangan profesional yang ingin memperkuat relasi maupun berbagi informasi seputar karier dan bisnis. 

Karenanya, tak heran jika LinkedIn memiliki citra serius dan identik dengan kelompok eksekutif - khususnya yang bekerja di perusahaan. 

Namun belum lama ini LinkedIn membuat pembaruan yang cukup menarik perbincangan banyak orang di internet, dan dibahas di berbagai media.

Pada akhir April 2021 lalu, LinkedIn menambahkan pilihan 'Stay-at-Home Mom' atau Ibu Rumah Tangga sebagai profesi di profil penggunanya. Dengan pilihan tersebut, ibu rumah tangga yang tidak terikat bekerja dengan perusahaan dapat menyematkan jabatan ini di profilnya. 

Selain 'Stay-at-Home Mom', LinkedIn juga memberikan pilihan 'Stay-at-Home Dad' atau ayah rumah tangga dan 'Stay-at-Home Parent' atau orang tua pengurus rumah tangga. 

Banyak orang yang menilai bahwa penambahan job title tersebut merupakan bentuk pengakuan terhadap orang tua - baik ibu maupun ayah - yang menjalani peran sebagai pengurus rumah tangga. Ibu rumah tangga dan ayah rumah tangga juga layak untuk disebut sebagai profesi atau pekerjaan.

Akan tetapi di balik penambahan pilihan pekerjaan tersebut, LinkedIn bertujuan ingin membantu para orang tua agar lebih mudah menunjukkan profil mereka. 

Seperti dikatakan Bef Ayenew, direktur teknik LinkedIn, job title baru ini "memungkinkan orang tua penuh waktu untuk menampilkan peran mereka dengan lebih akurat," katanya seperti dikutip dari Forbes, Senin, 17 Mei 2021. 

Sebagai informasi, karena LinkedIn merupakan media jejaring sosial untuk profesional, job title yang terlihat di profil kerap dianggap penting. Melalui job title tersebut, pengguna dapat menampilkan pekerjaan sehingga mudah dikenali oleh pengguna lain. 

Pro dan Kontra
Meski banyak yang memuji LinkedIn karena menampilkan job title peran domestik di keluarga, namun ada juga yang menilai bahwa itu bisa merugikan penggunanya sendiri. 

Menurut profesor dari Stanford dan direktur Lab Inovasi Kepemimpinan Wanita Stanford VMware, Shelley Correll, pengguna mungkin tak ingin menampilkan profesi sebagai ibu atau ayah rumah tangga di profil LinkedIn. 

"Terus terang, saya akan khawatir tentang wanita atau pria yang menggunakan opsi ini," kata Shelley. 

Shelly mengatakan bahwa berdasarkan penelitiannya, perusahaan mungkin cenderung lebih memilih calon karyawan yang bukan orang tua daripada mereka yang memiliki peran sebagai orang tua. 

Dengan menampilkan job title sebagai ibu atau ayah rumah tangga, pengguna LinkedIn yang sedang aktif mencari kerja bisa jadi akan kehilangan kesempatan untuk dihubungi perusahaan guna melakukan wawancara kerja. 


ALI


 

 



Artikel Rekomendasi