Memahami Kontroversi Sinetron Suara Hati Istri

 

Tangkapan layar sinetron Suara Hati Istri

Sinetron Suara Hati Istri yang ditayangkan stasiun televisi Indosiar ramai menjadi perbincangan di media sosial baru-baru ini. Sinetron ini memicu kontroversi hingga LSM dan figur publik bersuara. Kenapa?

Isu yang mengakibatkan pandangan kontra terhadap sinetron Suara Hati Istri yaitu karena sinetron ini mempertontonkan pemeran Zahra (LCF), aktris berusia 15 tahun yang memainkan karakter berusia 17 tahun dan menjadi istri ketiga Tirta - karakter pria berusia 39 tahun. Dengan kata lain, Zahra yang masih belia berada dalam pernikahan poligami. 

Mempertontonkan LCF yang masih di bawah umur untuk memerankan istri muda - Zahra yang juga menikah di bawah umur - dianggap tidak sesuai dengan norma dan pasal perlindungan anak.

Salah satu publik figur yang bersuara menolak sinetron ini adalah Ernest Prakasa, sebagaimana ia tuliskan dalam unggahan di Instagram pada 2 Juni 2021. "Wahai @indosiar, ini keterlaluan. Sangat amat keterlaluan. Pemeran Zahra itu usianya masih 15 tahun. Okelah tolak ukur TV adalah rating, tapi tolak ukur manusia adalah nurani dan akal sehat. Menurut kalian ini wajar?"

Menurut akun Instagram @awaskbgo (Awas Kekerasan Berbasis Gender Online), sebuah program kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan SAFEnet, penayangan sinetron Suara Hati Istri dianggap telah melanggengkan praktik perkawinan anak dan telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) pasal 14 Ayat 2 yang berbunyi "Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi siaran".

Dalam Undang-undang Perkawinan No. 16/2019, usia minimal bagi perempuan maupun laki-laki untuk bisa menikah adalah 19 tahun. Sementara itu, di sinetron Suara Hati Istri, Zahra diceritakan diculik oleh Tirta kemudian dipaksa untuk menikah. Poin ini mengandung unsur kekerasan atau pemaksaan terhadap perempuan. 

Selain itu, ada pula asumsi tentang tindakan eksploitasi anak. Karena LCF dianggap masih berusia anak dan belum dapat memberikan konsen terhadap dirinya sendiri. Sehingga ia masih di bawah tanggung jawab walinya. Ditambah lagi dengan skenario poligami yang di Indonesia kerap menimbulkan salah persepsi. 

Meski ada yang mengecam, ada pula yang mempertanyakan (atau mungkin membela karena ketidaktahuan). Beberapa komentar warganet menyebutkan bahwa mengapa sebuah sinetron dipermasalahkan, padahal sinetron hanyalah sebuah sandiwara di televisi yang belum tentu terjadi di kehidupan nyata. Di samping itu, warganet menganggap LCF sebagai pemeran Zahra pun tidak keberatan memainkan karakter itu. 

Benarkah demikian? Apakah Bunda setuju jika sesuatu yang terjadi di televisi tidak akan berdampak apapun terhadap kehidupan di dunia nyata? 

Dalam ilmu sosiologi, televisi disebutkan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Televisi adalah agen sosialiasi yang mampu melakukan penyebaran nilai-nilai. Individu-individu atau masyarakat dapat belajar segala sesuatu dari televisi baik yang sifatnya informatif maupun persuasif. 

Televisi juga menjadi media penyampai informasi yang menghibur bagi masyarakat. Sebuah ide dapat dipaparkan melalui televisi dengan cara yang halus dan menyenangkan namun bisa berdampak. Semakin halus dan menarik sebuah pesan dari televisi, semakin masyarakat mudah menerima pesan tersebut ke dalam pikirannya.

Sebagai contoh, sebagian orang mungkin akan terpengaruh ingin meniru fesyen baju kekinian yang programnya baru ditayangkan di televisi. Seorang anak mungkin akan ingin makan cokelat setelah menonton iklan tentang cokelat di televisi. Sebagian orang mungkin akan ingin masak resep tertentu yang demo masaknya baru mereka tonton di televisi. 

Televisi yang memiliki fungsi sebagai agen sosialisasi, tentu akan berdampak baik ketika menayangkan konten-konten edukatif yang mendidik masyarakat. Televisi dapat berkontribusi untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat dengan tayangan-tayangan yang positif. Namun bagaimana jika sebaliknya? Mungkin Anda dapat menilai sendiri.


ALI


 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more