Mencerdaskan Emosi Bersama Anak

 

Foto: shutterstock


Kecerdasan emosi sangat penting untuk orang tua, terutama saat mengasuh dan membesarkan anak. Kecerdasan emosi sangat dibutuhkan untuk membangun karakter anak, memilih gaya pengasuhan, dan membangun dinamika keluarga.

 

Yang termasuk kecerdasan emosi adalah memiliki kesadaran diri - ini sangat penting terutama bagi orang tua yang ingin menerapkan mindfullness parenting atau pengasuhan yang disadari. 

 

Bagi Anda, tidak ada hal lain yang lebih penting selain membuat anak bahagia. Sayangnya, membuat anak bahagia ini adalah visi Anda yang sempit untuk anak. Demikian pendapat  Gertrude Lyons, MA, Ed.D, Doktor di bidan pendidikan dalam tulisannya di mindbodygreen.com. Mengapa dia katakan visi yang sempit? 

 

Visi Anda menjadi lebih luas ketika tujuan Anda mendidik dan mengasuh anak adalah yang memvalidasi dan memungkinkan mereka untuk mewujudkan semua emosi secara bertanggung jawab dalam menghadapi pasang surutnya kehidupan. 

 

Mungkin Anda sering mengekang perilaku dan ekspresi anak-anak karena beberapa alasan, seperti:

- Secara sosial tidak dapat diterima untuk menunjukkan emosi yang dianggap mengganggu.

- Ekspresi emosional tidak disukai dalam keluarga Anda sendiri.

- Perilaku atau emosi yang ditampilkan anak kita memicu peristiwa yang belum diselesaikan semasa kita masih anak-anak. 

 

Kalau kita mau memahami diri kita sendiri, memunculkan kesadaran dan menyembuhkan trauma masa lalu kita, anak-anak kita akan banyak mengalami perkembangan.  

 

Mengapa kita marah? Apa yang menyebabkan kemarahan kita begitu cepat melesat ketika anak berperilaku tertentu? Mengapa perilaku anak bisa membuat saya begitu marah, sementara pasangan saya tenang-tenang saja? 

 

Nah, kunci jawabannya ada pada tombol di otak kita yang sudah diprogram sejak kita masih kanak-kanak. Saat kita berkata, ‘ih, anak-anak bikin otakku miring’, itu benar. Kita mengubur dalam-dalam kenangan yang tidak menyenangkan ke dalam bawah sadar kita dan terus berada di situ sampai kita mengasuh dan mendidik anak kita sendiri. 

 

Ketika tombol dari masa lalu itu dipicu, kita kehilangan kontak dengan otak kita di bagian pengambilan keputusan, tergelincir ke bagian otak dengan fungsi yang lebih rendah; ketakutan, freeze dan lari - itu yang ada di sistem limbik kita. Lalu kita bisa apa? 

 

1. Bangunlah kesadaran diri. Lakukan identifikasi terhadap pemicu masa lalu, kemudian temukan akar penyebabnya untuk membawa Anda kembali ke saat sekarang. Cara tercepat untuk kembali kepada diri kita sendiri adalah, berikan label pada emosi kita saat masa lalu itu terpicu. Ini gunanya untuk ‘menjinakkan’ emosi itu.


2. Bergabunglah. Kita semua butuh amukan yang baik. Mengapa harus dibiarkan muncul? Ketika emosi anak kita meningkat, itu adalah tanggung jawab kita di dalam keluarga. Di lingkungan yang aman, Anda dapat memberikan ruang untuk mengekspresikan kemarahannya; biarkan menjerit, memukul bantal, dan berteriak. Coba arahkan kemarahan anak, kemudian gabungkan dengan emosi Anda sendiri. Berbicaralah dengan anak bahwa kita semua perlu mengekspresikan diri dan membiarkan perasaan mengalir. 


3. Terimalah anak Anda. Berterima kasihlah kepada anak karena ia sudah membantu Anda menyembuhkan masa lalu Anda. Manfaat menggali masa lalu adalah terbukanya ruang-ruang untuk membangun relasi. Manfaat tambahannya adalah Anda menciptakan hubungan yang lebih menyenangkan dengan anak-anak. 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Intuisi Ibu: Natural atau Bisa Diasah?

Calon ibu terkadang dihinggapi rasa ketakutan akan kemampuan dirinya sendiri dalam merawat anak. Beberapa ibu pun meragukan dirinya memiliki intuisi. Benarkah intuisi terjadi alami atau harus diasah?... read more