4 Mitos ADHD yang Kurang Tepat

 


Foto: Pixabay

 

Banyak kesalahpahaman yang terjadi seputar ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Kondisi gangguan kesehatan mental ini membuat individu yang menderitanya kesulitan dalam bersosialisasi sementara lingkungan sering kali punya persepsi berbeda. Untuk menghindari kesalahpahaman, yuk, pahami empat mitos ADHD yang salah seperti dilansir dari www.healtline.com.

 

Mitos 1: Anak perempuan bebas ADHD
Secara umum anak perempuan tidak menampilkan perilaku hiperaktif dibanding anak laki-laki sehingga sering kali kita tidak mengenali ADHD pada anak perempuan. Alhasil anak perempuan jarang teridentifikasi ADHD oleh gurunya dan kecil kemungkinannya dirujuk untuk pengobatan dibandingkan dengan teman laki-laki sekelas mereka.

Jika ADHD pada anak perempuan tidak terdeteksi sedini mungkin maka di masa dewasa mereka cenderung bermasalah dalam hal mengatur suasana hati, tingkat kecemasan, kepribadian antisosial, serta gangguan komorbiditas lainnya. Oleh karena itu, sangat penting meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi anak perempuan dengan ADHD serta memberikan dukungan yang mereka butuhkan.

 

Mitos 2: Pola asuh buruk penyebab ADHD
Dr. Vania Manipod, DO, Psikiater sekaligus Asisten Profesor Klinis Psikiatri di Western University of Health Science menyebutkan bahwa beberapa pasiennya yang sudah dewasa dan memiliki ADHD kadang membawa orang tuanya untuk mengikuti sesi konseling. Pada sesi tersebut Dr. Vania memang sering menemui para orang tua yang merasa bersalah. Mereka berharap bisa berbuat lebih banyak untuk membantu anaknya dalam mengendalikan gejala ADHD.

Meskipun ketertiban penting bagi seseorang dengan ADHD namun hukuman konstan lebih merugikan dalam jangka panjang—akibat melontarkan kata-kata buruk, gelisah, hiperaktif, dan impulsif sebagai gejala yang menimbulkan masalah di tempat umum. Banyak orang akan menilai perilaku anak tersebut kurang sopan, tetapi orang tua sering mendapati diri mereka dihakimi karena tidak mampu mengendalikan anaknya. Inilah sebabnya mengapa intervensi profesional seperti psikoterapi dan obat-obatan diperlukan. Yang jelas pengasuhan yang buruk bukanlah penyebab ADHD pada anak.

 

Mitos 3: Orang dengan ADHD malas
Banyak pasien ADHD yang ditangani oleh Dr.Vania dituduh malas yang membuat mereka merasa bersalah karena tidak produktif dan kurang motivasi seperti yang diharapkan orang lain. Fyi, orang dengan ADHD cenderung membutuhkan lebih banyak struktur dan pengingat untuk menyelesaikan sesuatu—terutama kegiatan yang membutuhkan upaya mental yang berkelanjutan. Berhubung gejala-gejala ADHD dapat muncul dalam bentuk ketidaktertarikan, disorganisasi, dan kurangnya motivasi (kecuali berkaitan dengan kegiatan yang benar-benar mereka nikmati) maka anggapan malas adalah keliru.

Kenyataannya seseorang dengan ADHD benar-benar ingin berhasil, tetapi butuh perjuangan untuk memulai dan menyelesaikan apa yang orang lain anggap sebagai tugas sederhana. Bahkan memilah atau menjawab e-mail bisa terasa menakutkan karena memerlukan energi mental berkelanjutan bagi mereka. Mitos ini bisa sangat berbahaya karena penilaian ini dapat membuat seseorang merasa gagal, yang dapat berkembang menjadi berkurangnya harga diri maupun kadar percaya diri untuk mengejar tujuan dalam hidupnya.

 

Mitos 4: Memiliki ADHD bukan kondisi serius
Benar ADHD tidak mengancam jiwa, tetapi ADHD memiliki implikasi serius terhadap kualitas hidup seseorang secara keseluruhan. Orang dengan ADHD cenderung mengalami kecemasan, memiliki suasana hati naik-turun, dan mudah terlibat dalam penggunaan narkoba dibandingkan populasi umum.

Pasien ADHD juga sulit memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan. Mereka harus terus dipantau atau selalu dalam masa percobaan. Biasanya mereka hidup dalam ketakutan akan kehilangan pekerjaan dan tidak mampu mengatur keuangan yang akhirnya merugikan kehidupan pribadi mereka. Orang-orang dengan ADHD butuh lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah-masalahnya—meskipun ‘latihan’ ini sebenarnya bisa didapat saat usia sekolah. Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi gejala ADHD sesegera mungkin!

 

PRIMA SOERATNO

 

Baca juga:
Bunda Simpan Dulu Gawai di Masa Kehamilan
Mengenali Gejala ADHD pada Balita

 

 

 

 



Artikel Rekomendasi