7 Pelajaran Positif dari Pandemi Covid-19

 

Foto: Freepik

Setiap orang di seluruh dunia kini was-was karena virus corona. Wabah Covid-19 yang ditimbulkan oleh virus asal China tersebut telah menyebabkan krisis global. Bukan hanya sektor kesehatan yang terdampak, tetapi juga sosial dan ekonomi. 

Kesulitan pangan di sejumlah kalangan mulai terlihat karena mata pencaharian mereka tidak berjalan seperti hari-hari biasanya. Ribuan jiwa tutup usia termasuk para petugas medis. Orang-orang pun mulai jenuh dan stres sebab dipaksa tinggal di rumah saja dengan menghadapi ketidakpastian ekonomi. 

Di tengah situasi yang gelisah, menonton atau membaca berita tentang pandemi ini rasanya semakin menambah cemas. Maka belakangan ini kita pun mulai banyak melihat sejumlah tayangan bagaimana mengatasi kecemasan di situasi seperti sekarang, misalnya meditasi maupun ceramah agama yang mengajak manusia melihat pandemi dari sudut pandang lain. 

Tanpa mengabaikan beragam krisis yang ditimbulkannya, pandemi Covid-19 juga membawa sejumlah pelajaran berharga dari sisi kemanusiaan. Ayahbunda merangkum beberapa di antaranya sebagai berikut: 

Membangkitkan kepedulian terhadap orang lain
Dengan diberlakukannya lockdown dan arahan untuk tinggal di rumah saja, banyak orang mengeluh bosan. Beberapa orang bahkan mungkin merasa bahwa itu adalah pelanggaran hak individu mereka. 

Namun, tak sedikit orang juga sadar bahwa tinggal di rumah saja bukan hanya tentang menjaga kesehatan dirinya sendiri tapi juga menjaga nyawa orang lain. Sebab itu adalah salah satu cara untuk menekan penyebaran virus corona. 

Kita juga diajak untuk peduli terhadap keselamatan orang lain dengan mengenakan masker dan menjaga jarak fisik. Karena virus corona bisa menjangkiti siapa pun termasuk kita yang terlihat sehat-sehat saja. 
 
Foto: Freepik


Lebih disiplin menjaga kebersihan
Tak dimungkiri bahwa, dulu, kesadaran menjaga sanitasi diri dengan mencuci tangan menggunakan sabun hanya berlaku di sebagian kalangan di Indonesia. Akan tetapi kini dengan adanya virus corona, semua lapisan masyarakat menjadi lebih melek terhadap pentingnya mencuci tangan dengan sabun, baik mereka sudah terkena virus atau tidak. Ditambah lagi, banyak orang juga sadar tentang etika batuk dan bersin.

Bekerja dari rumah juga bisa produktif
Gara-gara corona semua orang terpaksa dan dipaksa bekerja dari rumah. Dengan segala faktornya, setiap karyawan tetap diminta untuk mengerjakan tugas-tugas kantor. Hasilnya? Tentu Anda yang saat ini bekerja dari rumah mempunyai jawaban masing-masing.

Jika ternyata Anda dan tim tetap bisa produktif selama bekerja di rumah, berarti aturan lama bahwa bekerja itu harus ke kantor tidak sepenuhnya benar. 

Setelah wabah virus berakhir, mungkin ada baiknya mengobrol dengan bos Anda tentang bekerja dari rumah jika perlu.  Sebagian besar pekerjaan memiliki sejumlah pekerjaan yang dapat dilakukan dari jarak jauh, meski tidak semua sektor pekerjaan.
 
Foto: Freepik


Mengambil cuti sakit bisa menyelamatkan hidup orang satu kantor
Dulu mungkin kita merasa segan ataupun kesulitan untuk mengambil cuti sakit karena tekanan pekerjaan. Namun ketika wabah corona mulai menyerang, atasan Anda tentu langsung mengumumkan siapa pun yang sakit atau merasa tidak enak badan tidak perlu datang ke kantor.

Internet harus menjadi hak dasar
Semua saat ini mengandalkan internet untuk bekerja dari rumah. Begitu juga anak-anak, mereka sekolah dari rumah dengan cara online. Ini setidaknya membuka mata kita bahwa internet seharusnya menjadi hak dasar dan kebutuhan semua orang. 

Orang-orang yang tidak dapat online — baik itu karena tidak memiliki perangkat maupun tak mampu membeli kuota - maka kehidupannya menjadi tertinggal. 

Selain itu, pada saat-saat seperti ini, sangat penting untuk dapat menghubungi keluarga, teman. Internet adalah salah satu sarana yang bisa melakukannya.

Belajar menghargai alam
Anda tentu sudah menyaksikan tayangan video atau membaca informasi mengenai laporan ilmuwan bahwa lapisan semakin membaik karena tingkat polusi menurun. Langit juga tampak biru dan cerah, udara segar, sungai menjadi jernih, ikan laut berenang bebas ke permukaan tanpa ada kapal-kapal yang mengganggu. Perlahan alam menemukan harmoninya ketika manusia dipaksa tinggal di rumah. Ini tentu membuka mata kita bersama, bahwa alam membutuhkan waktu untuk 'bernapas' lega.
 
Foto: Freepik


Keluarga adalah tempat pulang kita
Ketika wabah melanda seluruh dunia, rumah adalah tempat di mana kita tinggal. Bukan hotel yang sudah tak beroperasi, bukan mal yang sudah tutup, bukan restoran, bukan pantai, bukan bandara, bukan gunung, tetapi rumah yang di dalamnya ada keluarga kita. 

Orang-orang yang terikat darah dengan kita itu mungkin bukan sosok yang sempurna. Suami yang kadang tak romantis, anak-anak yang memancing emosi, orang tua dan mertua dengan segala keluhannya, tetapi merekalah orang yang membersamai kita di masa-masa sulit seperti sekarang. Merekalah tempat pulang kita.

Alika Rukhan

 



Artikel Rekomendasi