Terlalu Lama Sekolah dari Rumah, Mending Homeschooling Saja?

 



Kegiatan belajar dan sekolah dari rumah sudah berlangsung selama beberapa bulan. Anak-anak tak dapat pergi ke sekolah karena adanya pembatasan sebagai dampak dari pandemi, dan belum ada kepastian kapan situasi yang aman untuk kembali ke kelas. Meski sekarang kita sudah mulai menjalani transisi kehidupan normal baru, dan andaikata suatu hari nanti sekolah dibuka lagi, tentu orang tua masih akan khawatir untuk melepas anak. 

Karena kondisi tersebut, sebagian orang tua, atau mungkin juga Anda, menjadi berpikir; apakah sebaiknya anak ikut homeschooling saja, ya? Bunda dan Ayah, saat ini si kecilnya mulai masuk sekolah baru di tahun ini, mungkin sedang menimbang-nimbang apakah akan mendaftarkannya ke sekolah konvensional yang nanti kegiatan belajarnya berlangsung dari rumah, atau lebih baik sekalian saja homeschooling?

Nah, sebelum mengambil keputusan, tentunya kita perlu mengetahui dan mengenali lebih jauh tentang homeschooling dan apa bedanya dengan sekolah dari rumah dalam konteks masa pandemi seperti sekarang.

Menurut psikolog Agustina Hendriati, sekolah dari rumah dan homeschooling merupakan dua hal yang berbeda, meski lokasi kegiatannya sama yaitu di rumah. Sekolah dari rumah sebenarnya sekolah konvensional yang kurikulum dan program-programnya bersumber dari sekolah, sedangkan homeschooling lebih memerlukan keterlibatan orang tua. 

"Itu berbeda sekali, ya. Beda dari berbagai tataran. Kalau homeschooling, itu sudah pasti kunci atau pengendali programnya adalah orang tua. Tetapi kalau sekolah dari rumah, itu sebenarnya hanya lokasinya saja di rumah, tetapi semua program, kurikulum, semua panduan kegiatan belajar itu ditentukan oleh sekolah," kata perempuan yang akrab disapa Mbak Atik ini, di acara Live Meet Up on Instagram Parenting Indonesia, Kamis, 11 Juni 2020. 

Dalam menentukan apakah anak sebaiknya belajar di homeschooling atau sekolah umum, menurut Mbak Atik, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai oleh orang tua. Misalnya, orang tua ingin memberikan anak kesempatan untuk bereksplorasi yang seluas-luasnya dan membiarkan anak untuk belajar secara mandiri, maka homeschooling mungkin bisa menjadi pilihan. Atau bisa juga orang tua merasa kurang cocok dengan kurikulum di sekolah, sehingga menilai homeschooling dapat menjadi alternatif pembelajaran anak yang dapat disesuaikan dengan keinginan orang tua. 

Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah proses belajar homeschooling memerlukan keterlibatan yang intens dari orang tua. Orang tua harus menginvestasikan waktu dan tenaga untuk membuat kurikulum dan program belajar anak. 

"Kalau tujuannya itu, benar-benar berbasis pada kepercayaan orang tua, jadi misalnya 'saya tidak percaya pada kurikulum yang dilakukan di sekolah reguler, hal-hal seperti itu, maka orang tuanya harus bekerja keras menyusun kurikulum sendiri," kata Mbak Atik. 

Selain homeschooling, ada juga pendidikan non-formal yang dapat menjadi pilihan orang tua. Namun lagi-lagi, keputusan untuk memilih model pendidikan mana yang akan dijalani oleh anak, seharusnya dilihat dari alasan dan tujuan yang ingin dicapai. 

"Kalau keputusan homeschooling-nya itu hanya supaya anak belajar di rumah karena tidak suka dengan lingkungan sekolah atau karena kebutuhan khusus, maka orang tua dapat memilih pendidikan non-formal," kata Mbak Atik. 

Pendidikan nonformal, kata Mbak Atik, sudah mulai banyak diterapkan di Indonesia. Melalui sistem pendidikan ini, anak-anak belajar dengan mengikuti kurikulum pendidikan non-formal. Jika sudah lulus, ia akan memperoleh ijazah atau sertifikat. 

"Nah, kalau yang seperti ini orang tua tidak terlalu harus bekerja keras untuk menyusun kurikulum," jelas Mbak Atik.

Jika orang tua tetap memilih homeschooling, yang perlu diperhatikan adalah minimal anak mulai masuk SD. Selain itu, perlu ditanyakan kepada diri sendiri, seberapa besar niat orang tua untuk mau berdedikasi - termasuk membuat kurikulum dan sebagainya - dalam proses kegiatan homeschooling tersebut.

"Kalau masih ragu-ragu, timbang lagi seberapa penting tujuan yang ingin dicapai orang tua (untuk menerapkan homeschooling pada anak)," kata Mbak Atik. 

Poin pentingnya dalam homeschooling adalah waktu dan tenaga. Dua hal inilah yang setidaknya akan didekasikan orang tua dalam menjadi fasilitator belajar anak. 

Anda dapat menyaksikan bincang-bincang tentang topik ini di Instagram @parentingindonesia. 

ALI



 

 



Artikel Rekomendasi