Kerja Sosial dan Kebangkitan Anak Muda

 

Foto: dok. Shutterstock.
 
Gores Denai, sebuah lembaga berbasis kerelawanan yang berfokus pada pendidikan, bertujuan untuk membuka jalan bagi anak-anak muda Indonesia membuka wawasan terhadap akses dan kesempatan di skala global. Siapa sangka, organisasi ini digerakkan oleh orang muda. Didirikan oleh  Ayesha Felice, yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswi di Erasmus Universiteit, Rotterdam, Belanda. 

Ada pula, Liberty Society, organisasi yang memberdayakan perempuan para pengungsi yang lari dari negara asalnya menghindari konflik, dengan memberikan kursus menjahit sebagai bekal keberdikarian mereka. Liberty Society didirikan dan dikelola oleh Tamara Wu

Di bidang seni, ada I Exist, yang berfokus pada pendidikan seni dan membuka akses bagi anak-anak, termasuk kaum marjinal, serta memberi panggung agar karya mereka bisa lebih dikenal di khalayak luas. Di balik I Exist adalah gadis 16 tahun bernama Lil'Li Latisha. 

Apa persamaan dari ketiga perempuan inspiratif itu? Selain sama-sama alumni Gadis Sampul, ketiganya memiliki karya nyata lewat komunitas yang didirikan berbasis kerelawanan atau volunteerism. Kerja sosial ala anak muda inilah yang diangkat dalam salah satu masterclass Indonesian Women’s Forum, yang berlangsung pada Senin (19/12/2022) lalu. Sesi kolaborasi dengan Gadis ini dimoderatori oleh Amanda Endrinayla, Alumni GADIS Sampul 2019, yang juga Founder Generaction Project. 

Tema kerja sosial ini sangat penting buat remaja, khususnya Gen Z, sebab dari sisi karakteristik, generasi ini merupakan generasi paling filantropis. Paparan kerja sosial juga bisa pengalaman berharga bagi Gen Z untuk lebih membuka wawasan dan memahami bidang yang ingin mereka tekuni. Kerja sosial bukan soal uang.

“Tidak ada insentif secara ekonomi. Di Gores Denai tidak ada yang dibayar. Begitu juga di Layar Belajar. Tapi dari situ kita bisa belajar dan berjejaring dengan mentor, pembicara, dan tidak menutup kemungkinan ke depan membuka kerjasama dengan mereka,” tutur Ayesha.  

Tamara bercerita, awal keterlibatannya dengan kerja sosial adalah saat ia di bangku SMP kelas 8. Musibah banjir di Jakarta yang terjadi berulang kali membuatnya tergerak untuk membuat yayasan. Dimulai beraktivitas di panti asuhan, ia menjadi mentor belajar, sampai membuat child fostership program atau anak asuh. 

Pengalamannya bekerja sebagai volunteer di YCAB memperdalam pemahamannya pada kerja sosial. Tamara belajar bagaimana mengelola program dan berjejaring dengan mitra yang tepat. Banyak dari pengalaman itu ia aplikasikan saat mendirikan Liberty Society. 

“Saya punya kesempatan bekerja di perusahaan konsultan internasional, tapi saya memilih untuk fokus di sini. Saya betul-betul menemukan value saya di sini, terutama bisa membantu perempuan marjinal. Ada kesenangan tersendiri, bisa konsisten bekerja buat mereka, walaupun banyak halangan. Di situ karakter saya sangat terbentuk, betul-betul dari kerja sosial, mulai dari nol, sampai bisa menggaji diri sendiri dari bisnis,” cerita Tamara. 

Ada banyak tantangan dalam mengelola atau memulai organisasi. Bagi Lil’li’ juga tidak gampang. Terlebih yang ia angkat adalah anak-anak yatim dan anak jalanan. “Tantangan terbesar adalah untuk memamerkan karya mereka, 8 menit video misalnya. Kegiatan sosial seperti ini tidak gampang untuk viral. Susah mencari audiens,” ujar Lil’li’ tentang karya video musik I Exist yang berhasil meraih Global Winner 2021 Rise for the world

“Di sosial, saya ingin membuat seni yang berkualitas, merepresentasikan kerja keras dan pengorbanan mereka,” tambahnya lagi. 

Tentang bagaimana memulai kerja sosial, Tamara menyarankan, hal tersulit adalah meyakinkan diri untuk memulai. Yang perlu diingat adalah ‘who you with’, ‘what you have’, dan ‘with who you are’. Jadi dengan siapa kamu saat ini, apa yang kamu punya, dan dengan siapa pihak yang tepat untuk diajak bekerja sama. “Lalu, untuk meyakinkan diri, jawab dua pertanyaan ini: “kenapa harus kamu?” dan “kenapa harus sekarang?” 

Apa yang dilakukan Tamara, Ayesha, dan Lil’li’ menunjukkan bahwa anak muda tidak identik dengan hura-hura, sibuk mencari kesenangan buat diri sendiri, tapi juga bisa membuat perubahan dunia. 
 
Ficky Yusrini - Kontributor

 


Topic

#kerjasosial #kebangkitananakmuda #charity #indonesianwomensforum



Artikel Rekomendasi

post4

Siapa Siap Ikut Menjaga Bumi?

Sesi kedua bertajuk Mengapa Kita Harus Menjaga Bumi? menghadirkan 4 pembicara inspiratif dari berbagai sektor yang berbagi tentang cara-cara mereka untuk bertanggungjawab menjaga Bumi. ... read more