Kanker Limfoma yang Mematikan

 

Fotosearch
Penyakit kanker masih menjadi penyakit yang paling mematikan di  dunia. Di seluruh dunia, ebih dari 62.000 orang terdiagnosa limfoma hodgkin,  25.000 orang penderitanya meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Di Indonesia, kasus baru limfoma hodgkin pada tahun 2012 mencapai  1.168, dengan jumlah kematian sebesar 687.4. Bila tidak terdeteksi lebih dini, menurut data Globocan, angka ini diprediksi akan mengalami peningkatan di tahun 2020, dengan kasus baru sebesar 1.313 serta angka kematian sebesar 811.

“Kanker limfoma hodgkin adalah kanker yang menyerang sistem kelenjar getah bening yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh,” ujar Prof. Dr. dr. Arry H. Reksodiputro, SpPDKHOM, Ketua Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik (PERHOMPEDIN). Menurutnya, meski penyakit ini dapat menyerang siapa saja, data menunjukkan mayoritas penderitanya ada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda. Lebih dari sepertiga kasus ditemukan pada usia 15-30 tahun dan menyumbang sekitar 20 persen dari total jumlah kasus limfoma.

“Sayangnya, karena tidak umum, banyak masyarakat tidak mengenal faktor risiko dan gejalanya. Padahal, 80 persen dari kasus limfoma hodgkin dapat disembuhkan melalui kemoterapi jika terdeteksi dini . Untuk itu, penting untuk tidak meremehkan benjolan pada tubuh, meski ukurannya kecil,” tambah Prof. Dr. dr. Arry.

Limfoma Hodgkin disebabkan oleh sel kanker yang berkembang pada sistem limfe. Sel-sel limfosit tipe B (sel darah putih yang bertugas melawan infeksi dan memproduksi antibodi) yang ada di dalam sistem limfa berlipat ganda secara tidak biasa dan bermutasi menjadi sel kanker. Sel ini terus bertambah banyak hingga membunuh sel-sel yang sehat dan menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit, menyebabkan munculnya gejala

Gejala paling umum dari limfoma hodgkin diantaranya benjolan pada kelenjar getah bening yang ditemui di daerah leher, ketiak dan pangkal paha. Gejala lainnya termasuk demam atau meriang, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas hingga sebesar 10 persen atau lebih, kelelahan yang berlebihan dan kekurangan energi, kehilangan nafsu makan, batuk yang berkepanjangan, pembesaran limpa atau hati.

Pada limfoma hodgkin, kombinasi kemoterapi awal dapat memberikan respon yang bertahan lama. Namun demikian, petugas kesehatan di Indonesia menyatakan sebanyak 20 persen dari pasien tersebut akan mengalami relaps (atau kambuhnya penyakit limfoma) atau refrakter (tidak memberikan respon) terhadap pengobatan awal. “Prognosis pasien dengan kondisi relaps dan refrakter biasanya lebih buruk dan akan lebih sulit untuk disembuhkan,” kata Dr. dr. Dody Ranuhardy, SpPD-KHOM, MPH, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik (PERHOMPEDIN).

Lebih lanjut, Dr. dr. Dody menjelaskan bahwa dengan perkembangan teknologi dan terapi baru, harapan kesembuhan bagi para pasien dengan kondisi relaps dan refrakter dapat meningkat. Terdapat beberapa opsi pengobatan limfoma hodgkin di Indonesia. Salah satu inovasi terkini adalah pengobatan Antibody Drug Conjugate (ADC), yang dikategorikan sebagai terapi bertarget (targeted therapy).

Terapi bertarget dapat membantu mengirimkan agen yang kuat ke sel kanker yang menjadi target terapi ini, sekaligus meminimalisir paparan kepada sel yang tidak ditargetkan. ADC terdiri dari sejumlah terapi kanker bertarget yang telah menunjukkan keberhasilan dalam berbagai jenis kanker, termasuk limfoma hodgkin dengan kondisi relaps dan refrakter.

(DESY SEPTIYANI)

Baca Juga:

Macam-macam Kanker Anak dan Gejalanya

 



Artikel Rekomendasi