Siapkah Anak-anak Sekolah Tatap Muka?

 

Target sekolah tatap muka di tahun ajaran baru, benarkah tepat? Foto: Shutterstock


Sudah lebih dari setahun lamanya, sebagian besar anak-anak Indonesia belajar dari rumah karena pandemi. Ketika mulai tahun ajaran baru, mereka tidak pernah bertemu langsung dengan teman-teman di kelas baru.
 
Tantangan sekolah daring cukup banyak, mulai dari masalah jaringan, kesulitan memahami penjelasan guru, hingga tidak ada alat ukur yang benar-benar efektif dalam menilai pembelajaran anak, karena ditengarai terlalu banyak campur tangan orang tua dalam mengerjakan PR bahkan ujian anak. Membahas masalah ini, Ayahbunda dan Parenting Indonesia mengadakan Webinar Millenial Parents Academy  bertajuk Siap-Siap Sekolah Tatap Muka, dengan narasumber pakar pendidikan, psikolog, dokter, dan publik. Apa saja yang mereka katakan?
 
Anak Bosan, Orang Tua Terbebani
Samanta Elsener, S.Psi., M.Psi., Psikolog Anak dan Keluarga, mengatakan bahwa sering kali yang terjadi bukan anak-anak saja yang merasa bosan dengan sistem pembelajaran daring ini. Ia mengamati banyak orang tua yang juga merasa terbebani. Penyebabnya, banyak orang tua yang harus meninggalkan anak untuk bekerja. “Mereka bingung, anak-anak di rumah sama siapa. Makanya, mereka butuh anak-anak untuk sekolah,” ujarnya.
 
Di samping itu, orang tua juga merasa terbebani dengan kesulitan mata pelajaran yang harus diajarkan kepada anak-anak. Orang tua juga terbebani dengan keharusan lebih kreatif memberikan anak alternatif kegiatan di rumah, di tengah kesibukannya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga atau bekerja.
 
Keselamatan dan kebahagiaan Anak yang  
Doni Koesoema A.M.ED, Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan Periode 2019-2023 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia juga mengamati hal yang serupa. Akan tetapi, ia berpendapat, “Jangan hanya karena orang tua sudah bosan anaknya di rumah atau merasa sekolah daring berjalan kurang jelas, akhirnya memaksa (anak-anak) untuk masuk sekolah bahkan mendesak sekolah.” Ia menambahkan, “Orang tua harus sadar atau terinformasi tentang pandemi, untuk membuat keputusan yang mengizinkan anaknya sekolah atau tidak.”
 
Menurut Doni, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) memang merupakan bagian fundamental dalam proses pendidikan. “Sekolah tatap muka memang tidak bisa ditiadakan. Kadang bapak atau ibu guru tidak bisa memberikan penjelasan yang lebih personal lewat daring.”
 
Ia juga mengatakan, “Dalam konteks pandemi, keselamatan dan kebahagiaan peserta didik sebagai tujuan pendidikan sebagaimana digagas Ki Hajar Dewantara harus menjadi pertimbangan utama. Apakah kondisi daerah sudah aman dan bisa menjamin keselamatan anak untuk PTM.” Karena itu, menurutnya, pelaksaanan PTM harus benar-benar melihat pertimbangan dari epidemiolog atau Satgas COVID-19 mengenai zona daerah tersebut.
 
Kesiapan Prokes Sekolah
Oleh karenanya, sebelum melaksanakan sekolah tatap muka, Doni menekankan agar unit satuan sekolah benar-benar memenuhi check list, seperti ketersediaan sarana sanitasi, alat pengukur suhu, maupun pemetaan warga sekolah berkaitan dengan penyakit komorbid, mobilitas, serta kontak dengan pasien positif COVID-19. “Check list ini harus diisi dengan sejujur-jujurnya. Karena nyawa satu orang saja sangat penting,” tandasnya.
 
Doni juga berpesan agar orang tua benar-benar memerhatikan apakah daerahnya aman, sekolah siap, serta anak sudah bisa menjalankan protokol kesehatan dengan baik, sebelum memutuskan untuk melepas mereka sekolah tatap muka.


(Lela Latifa)

 


Topic

#pembelajarantatapmuka #corona #coronavirus #viruscorona #covid19 #dirumahsaja #dirumahaja #belajardirumah #workfromhome #vaksin #vaksincovid19 #sinovac



Artikel Rekomendasi

post4

Donasi Untuk Anak Terdampak Covid-19

Bulan Ramadan bulan kebaikan. PT Frisian Flag Indonesia selama bulan Ramadan tahun ini, melalui brand FRISIAN FLAG® PRIMAGRO® telah menyelenggarakan kampanye 1000 #LangkahKebaikanPrima ‘Pintarny... read more