6 Kelainan Sperma Penyebab Infertilitas

 

Foto: Huftington Post

Saat calon ayah dan ibu menyiapkan kehamilan, biasanya fokus pada kesehatan calon ibu, makanan yang dikonsumsi, dan gaya seks yang akan dilakukan untuk memudahkan pembuahan. Padahal, ada juga yang perlu diperhatikan agar kehamilan segera terjadi. Yaitu, kualitas sperma calon ayah.
 
Sperma yang berkualitas tentu saja sperma yang sehat. Dengan ciri-ciri antara lain, jumlahnya cukup banyak (setara dengan satu sendok makan), kental, dan berwarna bening.
 
Selain itu, gerak sperma harus lincah untuk mencapai sel telur dan bentuk kepala sperma harus lonjong serta memiliki ekor yang panjang.
 
Kebalikan dengan sperma sehat, ada 6 kelainan sperma yang dapat menghambat proses kehamilan. Proses pemeriksaan sehat atau tidaknya sperma dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium.

Berikut ini merupakan 6 kelainan sperma yang terjadi pada pria.
 
Oligoteratozoospermia
Merupakan kondisi di mana jumlah cairan semen pria hanya mengandung sedikit sel sperma. Normalnya, dalam 1 cc cairan semen terdapat 20 juta sel sperma agar terjadi pembuahan.
 
Pada pria yang mengalami oligoteratozoospermia jumlah sperma yang dihasilkan kurang dari 10 juta sel sperma. Sebagian wanita tetap bisa hamil meskipun suaminya oligoteratozoospermia, dengan cara bayi tabung atau suami mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.
 
Oligoteratozoospermia disebabkan oleh gangguan hormonal, infeksi pada daerah kelamin misalnya gonore, klamidia, dan prostatitis. Penyembuhan dapat dilakukan tergantung penyebabnya.
 
Azoospermia
Inilah kondisi yang paling ditakuti oleh para pria, yaitu  sperma kosong. Jadi, saat ejakulasi cairan semennya tidak mengandung sel sperma sama sekali.
 
Penyebabnya beragam. Bisa karena gangguan hormon pada perokok berat, pengguna narkoba dan alkoholik, terdapat sumbatan pada saluran sperma dan penurunan produksi sperma.
 
Azoospermia akibat adanya sumbatan pada saluran sperma dapat disembuhkan, sehingga masih berpeluang untuk memiliki keturunan. Jika suami Anda azoospermia karena penurunan produksi, persentasenya cukup kecil untuk memperoleh keturunan.
 
Asthenozoosperma
Kondisi asthenozoosperma yaitu kondisi sel sperma yang hanya mampu bergerak kurang dari 40% dari jumlah seluruhnya. Gerakan sperma yang lincah sangat penting untuk membuahi sel telur.
 
Astenozoosperma tidak dapat disembuhkan, namun Anda dan suami tetap dapat berupaya dengan melakukan terapi hormonal, inseminasi buatan, dan bayi tabung.
 
Teratozoosperma
Merupakan kondisi di mana bentuk sperma tidak normal sehingga sulit terjadi pembuahan. Penyebabnya adalah faktor usia, penyakit medis seperti celiac, hodgkin, dan chron.
 
Teratozoosperma dapat diatasi dengan obat antiestrogen, pemberian vitamin tertentu, olahraga sehat, dan cukup istirahat.
 
Hypospermia
Yaitu kondisi di mana jumlah sperma seorang pria hanya mencapai 1,5 ml saat ejakulasi. Hypospermia disebabkan karena ejakulasi retrograde atau sperma tidak keluar melalui penis, gangguan hormon atau justru karena terlalu sering berhubungan seks sehingga jumlah cairan semen menurun.
 
Dengan melakukan penanganan segera dari dokter, pria dengan hypospermia masih memiliki peluang untuk memiliki keturunan.   
 
Hyperspermia
Kebalikan dari hypospermia, hyperspermia ini jumlah spermanya lebih banyak dari volume normal yaitu lebih dari 6 ml. Meskipun, cairan semen yang dihasilkan sangat banyak namun tidak berpengaruh pada kualitas sperma.
 
Pria hyperspermia saat ejakulasi akan mengalami sakit bahkan lebih mudah lelah setelah berhubungan seks. Bahkan, sebagian pria hyperspermia mengalami sesak napas dan pusing saat ejakulasi.
 
Hyperspemia bukan merupakan kondisi patologis. Kondisi ini disebabkan oleh penggunaan obat-obatan berkaitan dengan aktifitas seks (obat kuat), diet  tinggi protein, serta kecanduan obat-obatan.
 
Agar suami Anda sembuh dari hyperspermia, hentikan penggunaan obat kuat dan lakukan pengobatan yang tepat dengan dokter.
 
Maria Soraya Az Zahra

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

ASI Deras Juga Harus Berkualitas

Kampanye “Peduli ASI Berkualitas” oleh IDAI, BKKBN dan Blackmores mengajak calon ibu, ibu hamil hingga ibu menyusui untuk menyiapkan ASI berkualitas demi menurunkan risiko stunting.... read more