Kesuburan Sperma Menurut WHO

 

Kuantitas dan kualitas sperma berhubungan erat dengan kesuburan atau fertilitas pria. Maksudnya, jika sperma baik, maka peluangnya membuahi sel telur dan menghasilkan kehamilan, semakin besar.
 
Sperma dihasilkan oleh buah zakar atau testis. Ketika seorang pria mengalami ejakulasi, maka sprema akan terdorong keluar. Dalam perjalanannya, sperma diberi cairan (semen) yang dihasilkan oleh kelenjar prostat dan kantung mani (vesika seminalis). Selain sebagai penghantar sperma, cairan ini juga berfungsi mempertahanakan kondisi asam basa agar sperma bisa melawan keasaman vagina, serta sebagai sumber energi.
 
Testis sendiri dikelilingi oleh kantung testis (scrotum) yang berfungsi sebagai pelindung testis, sekaligus sebagai tempat mengatur suhu testis. Suhu testis idealnya harus lebih rendah daripada suhu tubuh, yaitu 34 derajat celsius. Itu sebabnya, kantung testis harus longgar agar testis bisa bergantung atau tidak melekat pada tubuh, berlekuk sehingga bisa membuang panas dengan mudah, serta tipis.
 
Untuk mengetahui kesuburan pria yang dikaitkan dengan kuantitas dan kualitas spremanya, maka pria yang bersangkuan akan diminta untuk menjalani serangkaian tes di laboratorium klinik kesuburan. Hasil tes tersebut biasanya dibandingkan dengan kriteria kesuburan pria menurut WHO berikut:
 
Volume
Ada 2 hingga 5 mililiter (ml) semen yang keluar dalam sekali ejakulasi. Warnanya putih keruh (putih mutiara) dengan kekentalan biasa atau normal, serta berbau khas, bukan busuk.
 
Jumlah
Dalam setap milliliter semen, terdapat lebih dari 15 juta ekor sperma. Kalau ada minimal 2 ml per ejakulasi, maka ada 30 juta ekor sperma yang berenang menuju sel telur agar terjadi pembuahan.
 
Gerak (motilitas)
Sperma yang dibutuhkan untuk pembuahan adalah yang memiliki gerak lurus minimal 30% dari keseluruhan sperma yang keluar.
 
Bentuk
Untuk bisa masuk ke rahim dan mencapai sel telur, sperma juga harus memiliki bentuk normal minimal 15%. Sisanya, yang bentuknya tidak normal dan tidak punya gerak bagus, akan keluar lagi bersama semen.
 
Jika kriteria sperma sesuai dengan kriteria WHO tersebut, maka kesuburan pria yang bersangkutan dikatakan baik. Sebaliknya, jika ada kelainan jumlah, gerak, atau bentuk sperma, maka pria yang bersangkutan dikatakan mengalami gangguan kesuburan.
 
 

BILA SPERMA TERGANGGU
 
Gangguan kesuburan pria yang terkait dengan masalah sperma, bisa dibedakan menjadi gangguan sebelum testis (prestesticular), gangguan pada testis (testicular), dan gangguan setelah testis (pottesticular). Penyebab semua jenis gangguan itu bisa karena genetika (bawaan lahir) atau didapat (trauma, terpapar radiasi, atau terinfeksi penyakit).
 
Yang penting, jika dinyatakan ada gangguan kesuburan, maka harus dicari penyebabnya. Jika sudah diketahui penyebabnya, maka hal pertama yang dilakukan dokter adalah memperbaiki fungsi testis dengan pemberian obat-obatan. Misalnya, jika ada infeksi, maka infeksinya diobati sampai tuntas.
 
Bila testis dapat memroduksi sperma, maka dipertimbangkan lagi tindakan selanjutnya, yakni:

 
  1. Jika sperma yang dihasilkan testis jumlahnya normal, maka bisa dilakukan pembuahan alami atau spontan.
  2. Jika jumlah sperma sedikit di bawah normal, maka mungkin dilakukan pembuahan atau inseminasi buatan.
  3. Jika jumlah sperma jauh di bawah normal, maka akan dipertimbangkan program bayi tabung. Jadi, program bayi tabung adalah pilihan terakhir bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan. (ES)
 
 

 



Artikel Rekomendasi

post4

ASI Deras Juga Harus Berkualitas

Kampanye “Peduli ASI Berkualitas” oleh IDAI, BKKBN dan Blackmores mengajak calon ibu, ibu hamil hingga ibu menyusui untuk menyiapkan ASI berkualitas demi menurunkan risiko stunting.... read more