Belajar dari Keluarga Cemara

 


Awal tahun 2019 ini ditandai dengan dirilisnya film Keluarga Cemara, yang berkisah tentang kehidupan satu keluarga yang terdiri dari Abah, Emak, Euis, dan Ara. Dikisahkan, setelah rumah dan hartanya disita debt collector untuk membayar utang perusahaan, Abah (Ringgo Agus Rahman) memboyong sementara keluarganya ke satu rumah di desa terpencil di Jawa Barat. Rumah itu merupakan rumah masa kecil, warisan dari ayahnya. Namun, karena kasusnya kalah di pengadilan, keluarganya terancam selamanya hidup dalam kemiskinan di desa itu.

Abah harus beradaptasi secara ekonomi bersama istrinya yang dipanggil Emak (Nirina Zubir), juga anak-anaknya, Euis (Zara JKT48) yang beranjak remaja, Cemara/Ara (Widuri Puteri). Mereka bersama-sama menghadapi bermacam masalah yang menguras emosi dan air mata, namun sekaligus menciptakan kebahagiaan.

Lewat film yang merupakan remake sinetron berjudul sama di tahun 90-an ini, kita bisa menemukan nilai-nilai positif yang seharusnya dimiliki oleh keluarga, seperti kejujuran, kebersamaan dalam kondisi susah maupun senang, serta ketulusan. Intinya, keluarga yang bahagia adalah yang mempunyai ikatan yang kuat. Bagaimana cara menciptakannya?

-Buat jadwal waktu keluarga. Dalam keseharian, bunda dan ayah disibukkan dengan bermacam aktivitas, yang membuat waktu untuk bersama menjadi sedikit. Karena itu, upayakan untuk meluangkan family time, bisa di malam hari saat semua anggota keluarga ada di rumah, dan dijadwalkan setiap akhir pekan melakukan aktivitas bersama. Usahakan untuk tidak terlalu sering terganggu gadget, fokuskan pada anak dan keluarga. Sejak dini, si kecil perlu mengenal kebersamaan ini. Semakin anak-anak tumbuh besar, bersekolah, dan memiliki banyak aktivitas lainnya, family time akan menghadapi lebih banyak tantangan dan tidak sebanyak sebelumnya. Walaupun begitu, jika sudah dibiasakan, maka itu tetap bisa diupayakan, disesuaikan dengan aktivitas masing-masing dan dikompromikan.

-Makan bersama. Pernah dengar pepatah ‘Families that eat together stay together’? Ya, meja makan bisa dijadikan tempat ideal untuk family time rutin, bisa di pagi hari saat sarapan, atau saat makan malam. Si kecil bisa belajar untuk makan bersama sejak mengenal MPASI. Dia bisa duduk di kursi tingginya, menikmati makanannya bersama bunda dan ayah. Dari meja makan ini, biasanya tercipta lebih banyak komunikasi, asalkan Anda bisa menciptakan suasana makan yang menyenangkan dan santai untuk anak. 

-Bekerja sama dan saling bantu. Urusan pengasuhan anak bukan hanya tanggung jawab bunda, melainkan ayah juga. Jika sejak dini si kecil melihat dan merasakan kerja sama kedua orang tuanya dalam urusan rumah tangga maupun pengasuhan dirinya, saat lebih besar, dia akan lebih mudah diajak terlibat (membantu). Apa yang bisa dilakukan anak? Misalnya, selesai bermain, minta anak membereskan mainannya dan Anda membantunya. Ini mengajarkan tanggung jawab sekaligus kerja sama. 

-Menjalin komunikasi dan memiliki nilai kejujuran. Komunikasi yang baik penting dimiliki keluarga. Biasakan untuk berbicara secara jelas dan terbuka dengan pasangan maupun anak-anak, sekaligus menjadi pendengar yang baik. Anda tidak akan bisa menciptakan komunikasi yang baik jika tidak mau mendengarkan orang lain, termasuk anak-anak, lho. Miliki empati saat berkomunikasi, sehingga Anda bisa memahami pasangan dan anak-anak dengan baik. Jangan pula membiasakan diri untuk berbohong kepada si kecil, mengancam atau menakut-nakutinya hanya agar dia menuruti kemauan Anda. Sampaikan alasan-alasan yang masuk akal, dan dengarkan pendapat atau keluhan si kecil dengan baik. Sekali lagi, miliki empati.

-Ekspresikan rasa cinta dan respek. Ungkapkan ekspresi cinta dan respek lewat sikap, perhatian, pelukan, dan kata-kata yang tulus kepada pasangan dan si kecil. Boleh saja beradu pendapat dengan pasangan di depan anak, tetapi lakukan dengan sikap baik dan hindari kata-kata dan perilaku kasar. Anak-anak perlu melihat bagaimana orang tuanya menghadapi masalah dan menemukan solusi, yang dilandasi respek dan cinta. Oh, ya, jangan ragu untuk mengungkapkan cinta Anda kepada pasangan di depan si kecil, ya, karena anak-anak pun perlu melihat kedua orang tuanya saling mencintai.  (grc)

 



Artikel Rekomendasi