Lemak Baik dan Lemak Jahat Untuk Balita

 

Pixabay


Balita Anda sejak lahir hingga berumur 2 tahun, membutuhkan kalori yang 40 sampai 50 persennya berasal dari lemak. Artinya, jumlah lemak yang dikonsumsi balita tak boleh dibatasi. Termasuk diantaranya lemak yang terkandung dalam ASI, susu formula dan susu sapi segar.

Tentu saja, hal berbeda berlaku untuk balita 2 tahun. Menurut MedlinePlus, layanan informasi online yang diproduksi oleh Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, anak usia 2 tahun membutuhkan sekitar 1.000 kalori dan anak usia 3 tahun membutuhkan 1.000 hingga 1.400 kalori setiap hari. Dan kebutuhanya akan lemak hanya sebesar 30 hingga 40% dari total kalori mereka. Lemak menyediakan sembilan kalori per gram. Karena itu, seorang balita yang mengonsumsi 1.000 kalori akan membutuhkan 33 hingga 45 gram lemak setiap hari. The Institute of Medicine merekomendasikan balita usia 1 hingga 3 tahun mengonsumsi 700 miligram omega-3 setiap hari. 



Pandangan keliru.

Kekuatiran yang berlebih terhadap risiko berbagai penyakit akibat kadar kolesterol yang tinggi dalam darah seperti penyakit jantung pada usia dini, membuat orang tua masa kini menerapkan diet rendah lemak pada anak balitanya. Wah, ini bukan tindakan yang tepat, Bunda!

Penelitian para ahli gizi dari University of Nebraska-Lincoln Institute of Agriculture and Natural Resources (AS) melaporkan anak umur 2-5 tahun yang diberi diet makanan rendah lemak, hasilnya adalah mereka mengalami difisiensi vitamin E!

Untuk apa saja lemak di dalam tubuh balita?
  • Memenuhi kebutuhan energi atau kalori untuk menjalankan proses pertumbuhan dan perkembangan serta berbagai proses metabolisme tubuh
  • Membentuk sel-sel otak. Sebanyak 70% bahan pembentuk otak adalah lemak!
  • Bahan baku aneka hormon, antara lain hormon seks dan hormon kortikosteroid yang bahan bakunya adalah kolesterol
  • Bahan baku membran atau selaput setiap sel tubuh, selubung semua jaringan saraf dan sel-sel saraf.
  • Membantu penyerapan berbagai vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E dan K
  • Membantu merasa kenyang, sehingga tidak makan terus
Dalam kadar yang tepat, lemak “baik” membantu mencegah penyakit jantung


Yang “baik” dan yang “jahat”

Lemak memiliki struktur kimia yang bermacam-macam. Secara umum, bisa dikelompokkan menjadi:
  • Lemak tidak jenuh  yaitu senyawa lemak yang memiliki ikatan ganda atau rangkap pada atom karbonnya. Ciri-ciri: berbentuk cair pada suhu ruangan. Inilah jenis lemak yang sekarang disebut lemak “baik” yaitu berupa senyawa high-density lipoprotein (HDL). Jenis lemak ini bisa kita temui pada tempe, minyak zaitun, minyak almond, ikan salmon, alpukat, dll.
  • Lemak jenuh yaitu senyawa lemak yang memiliki ikatan tunggal pada atom karbonnya. Ciri-ciri: ada yang berbentuk padat maupun cair pada suhu ruangan. Semua jenis lemak jenuh disebut sebagai lemak “jahat”. Lemak ini biasa kita temukan dalam menu makanan sehari-hari seperti kulit ayam, mentega, keju, susu full cream, seafood, minyak goreng yang dipakai berkali-kali, dll.
  • Lemak trans Ciri-ciri: berbentuk padat pada suhu ruangan. Lemak trans ini terbentuk ketika minyak sayur dihidrogenasi, yaitu struktur kimianya mengalami penambahan atom hidrogen. Lemak trans juga termasuk lemak “jahat”. Sebab senyawanya yang disebut low-density lipoprotein (LDL) selalu menjadi biang keladi terjadinya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah sehingga mengakibatkan serangan jantung atau stroke. Contoh makanan yang mengandung lemak trans adalah biskuit, makanan belu olahan siap pakai, makanan ringan (keripik kentang, dll), fast food, krimer kopi, dll
    Jaga keseimbangan.

    Yang penting, jagalah komposisi antara agar lemak “baik” senantiasa lebih tinggi ketimbang kadar lemak “jahat” di dalam tubuh. Selain itu, perhatikan jumlah asupan lemak agar si kecil terhindar dari risiko mengalami obesitas. (WIT)



    Baca juga:
    Tak Suka Susu Ganti Keju Saja
    Amunisi Untuk Otak Balita
    Jangan Musuhi ‘Tiga Serangkai’ Ini

 



Artikel Rekomendasi

post4

Makanan Tepat Untuk Anak Autisme

Banyak peneliti menyatakan makanan mengandung gluten dan kasein memicu sikap agresif, dan tidak baik untuk anak autis. Saatnya merevisi menu makan untuk anak autis?... read more