Jangan Berikan Soda Pada Anak

 


Para ahli gizi, petugas medis, dan dokter gigi menyarankan, agar orang tua tidak mengizinkan anaknya mengonsumsi soda. 
Dr. William Sears, dokter anak asal Amerika mengatakan pada Parenting.com bahwa, sesekali minum soda untuk pengobatan tidak akan membahayakan anak. Namun soda memiliki beberapa efek biokimia yang berbahaya.

Salah satu kandungannya adalah kafein. 'Hentakan' kafein pada minuman bersoda pada satu waktu dalam perkembangan anak bisa membuat anak jauh lebih aktif sampai hiperaktif. Kafein juga mengubah suasana hati naik-turun.

Tingginya kandungan gula dalam minuman bersoda juga menjadi masalah. "Soda mengandung terlalu banyak gula. Cairan soda 12 ons rata-rata mengandung sekitar sepuluh sendok teh gula! Gula ini berbeda dengan zat gula yang terdapat pada nutrisi seperti protein, serat, dan lemak, dan tidak dapat terserap dan diproses tubuh, tapi langsung masuk ke aliran darah dengan cepat," terang Dr Sears.

Seringkali jenis gula yang digunakan minuman bersoda adalah high fructose corn syrup (HFCS) atau sirup jagung fruktosa tinggi. HFCS diekstraksi secara kimia dan diproses dari jagung, dan karena harganya lebih murah daripada gula tebu, gula tersebut hampir sepenuhnya menggantikan gula tebu.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tubuh tidak dapat memetabolisme gula jagung dengan cara yang sama dengan gula tebu, karena HFCS diproses secara kimia. Banyak peneliti percaya bahwa HFCS sebagai pemanis merupakan salah satu penyumbang utama epidemi obesitas pada anak. 

Dr Sears juga menjelaskan bahwa soda merusak kalsium pada tulang anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Diperkirakan seorang anak bisa kehilangan kalsium sebanyak 100 miligram (lebih dari 10% kebutuhan sehari-hari) dari satu botol minuman bersoda 12 ons. 

Otak anak berkembang sepanjang masa remaja. Ketika seorang anak minum soda, mereka mengonsumsi bahan kimia yang mengubah otak mereka. MSG (bersifat eksitotoxin) bisa bersembunyi di asam sitrat soda, begitu juga dengan perasa buatan. Eksitotoxin ini telah terbukti merusak neuron di otak tikus. Selain itu, tingkat tinggi excitotoxins telah dikaitkan dengan tumor otak dan penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson, kerusakan otak, gangguan belajar, dan masalah perilaku. Aspartam, yang ditemukan dalam diet soda, menyebabkan efek yang sama. Konsumsi aspartame jangka panjang menyebabkan ketidakseimbangan di otak. Kandungan metanol Aspartame juga berkaitan dengan kesehatan otak, karena mengubah menjadi formaldehid (neurotoxin yang diketahui). Minuman bersoda dapat membuat anak bodoh.

Ada banyak kemungkinan alasan untuk masalah perilaku dari anak-anak yang minum soda. Bisa dari kafein, gula, pewarna buatan, atau lonjakan gula darah. Menurut sebuah survei terhadap lebih dari 3.000 ibu, anak-anak yang minum soda jadi lebih agresif, menarik diri, dan sulit fokus.

Siapa yang tidak tahu kalau gula tidak baik untuk gigi, begitu juga asam dalam soda. Asam sitrat dan fosfor bisa menghilangkan enamel gigi dan menyebabkan pembusukan. Dikombinasikan dengan sifat adiktif soda, gigi yang sering terkena minuman berbahaya ini beresiko mengalami pengikisan.

Tikus yang diberi pemanis buatan, seperti aspartam yang ditemukan dalam diet soda, mengembangkan intoleransi glukosa yang bisa menjadi tanda awal sindrom metabolik dan diabetes tipe 2. Yang lebih menakutkan lagi, sedikitnya satu kaleng soda 12 ons bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 22%.

Penyakit jantung memang tidak 'akrab' dengan anak-anak, namun satu kaleng minuman  bersoda setiap hari dapat meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular sebesar 61%. Jumlah soda yang sama juga terkait dengan peningkatan penyakit jantung sebesar 19%. 

Soda dan kafein adalah diuretik dan bisa menyebabkan dehidrasi, terutama jika soda diganti air. Gula dan kafein dapat meningkatkan kadar asam dalam perut yang menyebabkan irritable bowel syndrome (IBS) atau gangguan pencernaan pada usus besar. Karbonasi juga merupakan pemicu IBS yang umum, karena menghasilkan lebih banyak gas.

(Ester Sondang)
   

 



Artikel Rekomendasi