8 Masalah yang Bikin Anak Sulit Beradaptasi dari TK ke SD

 

123rf

Hari-hari pertama si kecil menjalani sebagai murid kelas 1 SD (Sekolah Dasar) merupakan pengalaman yang sarat dengan cerita seru. Wajah si kecil terlihat bangga karena pakai seragam baru tapi juga cemas karena akan bertemu guru dan teman-teman baru.

Namun, tak semua anak merasa siap sebagai murid kelas 1. Beberapa sudah lancar membaca dan menulis, namun tidak berarti hal ini menjamin si kecil bisa melewati masa-masa penyesuaian diri di kelas 1 dengan mulus. Ada banyak hal baru dan berbeda dari TK (Taman Kanak-kanak) yang akan mereka temui. Ada masa-masa menyesuaikan diri yang harus dilalui sebelum murid-murid kecil ini benar-benar jadi anak besar di SD.

Apa saja masalah yang mungkin si kecil hadapi? Simak 8 permasalahan anak di kelas 1 SD dan solusinya:

Masalah #1
Kok Tidak Ada Mainan di Kelas?
“Bu, di kelas 1 tidak ada balok susun?” Rasha bertanya mengapa di kelas barunya ini tidak banyak mainan seperti di TK. Salah satu perubahan besar yang akan dialami murid-murid kelas 1 adalah tata ruang yang sangat berbeda dari TK. Umumnya, kelas di TK ditata dengan memberi ruang yang sangat besar untuk bermain, sedangkan SD akan ditata lebih formal dengan meja dan kursi yang lebih banyak digunakan untuk membaca dan menulis.

Jika anak-anak TK bisa bermain dengan berbagai alat permainan di luar dan dalam kelas, kesempatan itu lebih terbatas di SD. Apa lagi? Di waktu istirahat, murid-murid SD lebih banyak bermain berkelompok dengan teman-teman di halaman sekolah. Nah, sekolah yang baik akan memberi ruang bagi murid kelas 1 SD untuk menyesuaikan diri. Biasanya, guru masih menggunakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan bermain atau bernyanyi sebagai kegiatan belajar. Dengan begitu, anak-anak tak mudah bosan.

Sebagai orang tua, Anda bisa berbicara dengan guru kelas anak Anda untuk mengetahui bagaimana rutinitas kelas serta kegiatan belajar di kelas. Anda bisa mengobrol dengan si kecil tentang perbedaan kegiatan sehari-hari di TK dan SD. Tunjukkan bahwa ia tetap bisa bermain dengan teman-temannya sebelum masuk kelas atau selama waktu istirahat.
 
Masalah #2
Waktu Sekolah Lebih Panjang
“Kapan pulang, ya?” Ella, guru kelas 1, sedang menemani anak-anak menulis kata-kata sederhana dari buku cerita yang ia baca bersama anak-anak beberapa menit sebelumnya.

Dari ujung kelas, Emir bertanya, “Bu, kapan kita pulang?” Ella melihat ke arah jam dinding yang baru menunjukkan pukul 09.30. Padahal, kelas baru akan usai pukul 13.00. Waktu belajar di SD memang lebih panjang daripada di TK. Jam masuk sekolah di SD pun umumnya lebih pagi daripada TK. Anak perlu bangun lebih pagi, bersiap-siap lebih pagi, tetapi pulang sekolah lebih siang. Di minggu-minggu awal, mungkin si kecil mudah lelah atau uring-uringan di rumah.
 
Inilah beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu si kecil menyesuaikan diri dengan jadwal belajar yang lebih panjang:
 
- Cari tahu jadwal kegiatan dan istirahat di sekolah, lama perjalanan ke sekolah, dan lama waktu untuk bersiap-siap sebelum berangkat ke sekolah.
 
- Bangun rutinitas yang mirip dengan rutinitas baru di SD beberapa minggu sebelum tahun ajaran dimulai. Bangunkan anak di jam yang sama dengan jam bangun pagi saat hari sekolah nanti. Minta ia mandi dan sarapan dengan jadwal baru ini. Cari tahu juga pukul berapa biasanya anak-anak beristirahat di sekolah dan jadwalkan untuk memberi camilan di jam yang sama.
 
- Bila anak terbiasa tidur siang, cobalah geser waktu tidur siangnya hingga jam pulang sekolah atau tiba di rumah.
 
- Lebih disiplin mengatur jam tidur malam si kecil agar waktu tidur untuk anak seusianya, yaitu 8 - 10 jam sehari, terpenuhi.
 
- Perhatikan asupan gizi si kecil. Tawarkan anak sarapan yang sehat dan bawakan camilan bergizi yang rendah gula. Makanan dengan gula tinggi akan membuat anak aktif dan bersemangat dalam sekejap, tetapi juga cepat merasa lemas karena kandungan gula dalam darah cepat pula turun.
 
Masalah #3
Tersesat di Sekolah
“Aku tidak tahu bagaimana caranya.” Ella bercerita bahwa di kelasnya ada beberapa anak yang masih kesulitan menolong dirinya sendiri ketika ke kamar kecil atau mengenakan baju sendiri. Tidak seperti di TK dengan guru yang selalu siap membantu anak, anak-anak diharapkan sudah cukup mandiri untuk menolong dirinya sendiri di SD.

Sebelum si kecil masuk SD, sempatkan untuk mengajaknya berkeliling sekolah dan menunjukkan di mana kamar kecilnya. Di rumah, Anda bisa mulai membiasakannya melepas dan mengenakan baju sendiri, serta menolong diri sendiri untuk pipis serta pup sejak awal hingga selesai. Bantu anak menemukan cara yang paling nyaman dan mudah untuk membersihkan diri, dan latih langkah demi langkah.
 
Jika murid kelas 1 SD mengalami ‘kecelakaan’, itu masih wajar, lho, Ma. Tak perlu marah padanya, tapi ajarkan apa yang harus dilakukan bila mengalami ‘kecelakaan’ seputar urusan kamar kecil.

Masalah #4
Bosan pada Satu Pelajaran
“Menulis terus dan terus?” Farhan tidak terlihat senang ketika mengerjakan lembar kerja dalam pelajaran Bahasa Indonesia. “Kok, dari tadi kita menulis,” keluhnya.

Sekolah di TK memang berarti bermain, bernyanyi, menggunting, dan menempel. Di kelas 1 SD, ia lebih banyak mendapat tugas yang menuntutnya menulis. Kurikulum SD lebih menekankan kemampuan dasar belajar, seperti membaca, menulis, dan berhitung, dibandingkan TK. Beberapa anak mungkin sudah bisa membaca dan menulis ketika masuk SD, sementara sewajarnya anak baru bisa membaca dan menulis di usia 7 tahun.

Umumnya, anak usia 6 - 7 tahun bisa mempertahankan perhatian dan konsentrasinya pada satu kegiatan, termasuk menulis, selama 10 - 15 menit. Lebih dari itu, perhatiannya bisa teralih pada hal lain. Brahm (6) memilih cepat-cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga sering kali ada huruf yang hilang dari tulisannya, atau besar kecil ukuran tulisannya tak selalu sama. Brahm berpikir, bila cepat menyelesaikan tugas, ia bisa segera bermain, mengobrol, atau jalan-jalan di kelas. Pelangi (6) perlu ditemani guru agar tugas-tugas tertulisnya bisa diselesaikan sebelum ia mengalihkan perhatiannya pada teman atau hal lain yang menarik di luar kelas.

Guru-guru yang cukup peka terhadap kemampuan murid kelas 1 memusatkan perhatian mungkin akan mengubah ragam kegiatan setiap 10 - 15 menit untuk membuat si kecil tetap terlibat dan tekun menyelesaikan tugas. Saat anak membaca atau mengerjakan PR di rumah, ada baiknya Anda memecah tugas ke dalam satuan 10 – 15 menit. Biarkan si kecil mengisi jeda waktu dengan bergerak atau melakukan permainan singkat. Minta ia kembali melanjutkan bagian tugasnya selama 10 menit kemudian.

Jika anak belum bisa bertahan selama 10 menit, Anda bisa memulainya dalam rentang waktu 2 menit, lalu ditingkatkan perlahan-lahan hingga mencapai 10 menit. Sebenarnya, ketahanan si kecil menyelesaikan tugas bisa dibangun dengan mengajaknya berkomitmen untuk tidak meninggalkan tugasnya selama 10 menit, dan mengambil jeda selama beberapa saat.

 

 



Artikel Rekomendasi