Anak Perlu Rasa Humor

 

Foto: freepic

Tidak semua anak terlahir humoris, tapi kemampuan ini dapat dipelajari. Tapi, bunda dan ayah yang punya rasa humor, dijamin anak-anak juga punya rasa humor. Eh, tapi apa gunanya rasa humor?
 
Anak mulai punya sense of humor sejak berusia 11 bulan. Daya ingatnya yang semakin tajam, membuatnya ingat betul gerakan apa yang mampu membuat Anda terpingkal-pingkal. Dan ia akan mengulanginya lagi untuk membuat Anda lagi-lagi tertawa.
 
Kemampuan anak  menciptakan humor didapatnya dari warisan genetik salah satu orangtuanya. Jangan kecewa dulu Bunda, karena kemampuan melontarkan candaan juga dapat dipelajari oleh buah hati Anda.
 
Sense of Humor itu penting karena
 
Mengajarkan anak lebih mudah memberikan apresiasi positif terhadap hidupnya kelak. Anak yang pandai melontarkan banyolan tumbuh menjadi sosok tangguh menghadapi situasi paling sulit sekalipun, karena mereka dapat melihat sisi lucu dari setiap kejadian.
 
Membuat anak tidak mudah depresi karena kemampuannya memancing tawa orang lain dapat membuatnya ikut gembira.
 
Indikator kecerdasan anak karena ia mampu menertawakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Misalnya saja ketika ia melihat gambar seekor monyet merokok dan tertawa terpingkal-pingkal, ia tahu betul bahwa yang merokok hanya manusia.
 
Alat  untuk bersikap lebih spontan, optimis, menikmati aspek permainan dalam hidupnya, tidak melihat segala sesuatu dengan sikap yang selalu serius, bisa  melihat segala sesuatu dari permukaan, dan menemukan cara berpikir yang tidak lazim.
 
Beda usia, beda humor
 
Bayi: Ia belum paham arti humor, tetapi ia tahu kapan Anda tersenyum dan tertawa. Ketika Anda, bunda dan ayahnya membuat suara dan gerakan lucu kemudian tertawa, bayi merasakan kegembiraan itu dan akan meniru Anda.  Ia akan merespon rangsangan fisik semacam gelitikan di telapak kakinya. Di usia 9 dan 15 bulan, ketika Anda memakai diaper di kepala dan bersuara seperti bebek, bayi Anda akan tertawa karena ia paham bahwa Anda melakukan hal yang tidak semestinya, dan itu lucu.
 
Anak kecil: Anak usia 2 ½ tahun menyukai candaan fisik semacam ciluk-ba atau digelitik. Saat kemampuan bicaranya mulai berkembang, ia mulai dapat menertawakan kata-kata aneh, misalnya ‘kucing’ menjadi ‘cuking’.
 
Usia prasekolah: Anak usia 3-4 tahun dapat menemukan kelucuan dari sebuah gambar. Misalnya gambar mobil dengan roda berbentuk segi empat, atau babi memakai kacamata gelap.
 
Sejalan dengan kemampuan bicaranya yang semakin baik, anak usia ini juga mulai dapat mengatasi situasi dengan humornya. Misalnya saja ketika Anda meminta ia menghabiskan susunya, ia berkata, “Ya kan Elmo, tadi aku bilang apa. Habisin susunya.”
 
Bisa dilatih
 
Jadilah model. Cara paling mudah memancing rasa humor anak adalah menyediakan diri menjadi lelucon.  Buatlah candaan, lakukan hal-hal di luar yang lazim, bacakan cerita-cerita lucu dan tertawalah. Yakinkan anak bahwa orang dewasa itu lucu, dan anak juga bisa menciptakan lelucon.
 
Ciptakan banyolan dengan serius, ceritakan kisah-kisah konyol dari buku humor. Gunakan juga alat gambar, buatlah gambar-gambar yang bisa memancing tawa Anda dan si kecil.  Tertawa dan pujilah anak ketika ia berhasil menciptakan banyolan.
 
Perkaya lingkungan sekitar anak dengan berbagai bacaan lucu untuk anak kecil maupun untuk anak usia prasekolah yang dilengkapi gambar-gambar dan bunyi-bunyi kata yang aneh. Sediakan juga film-film lucu sesuai tahap usia anak, bebaskan anak memilih sendiri tontonan lucunya.
 
Berikan batasan agar lelucon tidak kebablasan
Yang paling menakutkan bagi para Bunda adalah anak melontarkan lelucon tidak lucu dan memalukan. Ini batasannya:

- Tidak menyangkut fisik orang lain, seperti bentuk tubuh, rambut, atau kecacatan orang lain karena dapat melukai perasaan orang lain.

- Tidak porno, atau melontarkan lelucon ‘kamar mandi’  karena tidak sopan.

- Lelucon keluarga tidak dilontarkan di tempat umum karena belum tentu orang lain akan tertawa. Anak harus melihat waktu dan tempat saat ingin melucu. 

Imma Rachmani
 

 

 



Artikel Rekomendasi