Kendalikan Emosi, Bebaskan Anak dari Kekerasan

 

Foto: freepik

Kendalikan emosi sebelum kemarahan memuncak. Mengasuh anak bukan soal memaksanya berpikir seperti Anda.
 
 
Waspadai Jenis Kekerasan

- Kekerasan fisik dan seksual: dipukul, diraba-raba alat kelaminnya, diperkosa, dibunuh. Tanda-tandanya; kerusakan mental dan fisik, dan kematian.

- Kekerasan emosional - verbal: dibentak, diancam/ditakut-takuti. Tanda-tandanya; gangguan pada kesehatan mental, murung, lebih agresif, dan tidak bisa konsentrasi sehingga tampak pada prestasi belajar apabila anak sudah duduk di bangku sekolah.

-Pengabaian: tidak dipenuhi kebutuhan kesehatan (gizi dan layanan kesehatan), dan tidak diasuh dengan benar. Tanda-tandanya; tampak kurang gizi, gigi rusak, pakaian kotor, minta/mencuri makanan, prestasi di sekolah buruk.
 
Bunda, ini cara mengendalikan kemarahan


- Relaksasi dengan mengatur napas. Tarik napas dalam dari diafragma, bukan dari  leher. Imajinasikan kemarahan itu keluar dari dalam perut Anda. Ulangi perlahan, sambil mengucap kata ‘relaks’, ‘tenang’. Lakukan gerakan yoga yang sudah biasa Anda lakukan untuk mengurai ketegangan otot.

- Menata kembali pikiran Anda. Orang yang sedang marah akan mengeluarkan bermacam kata yang menggambarkan isi pikirannya yang terlalu dramatis. Hindari kata ‘tidak pernah’ dan ‘selalu.’ Misalnya, “Aduh, Nak, kenapa kamu selalu membantah, sih? Kamu nggak pernah dengar omongan Bunda.” Daripada bicara asal-asalan, lebih baik bicara dengan diri sendiri, “Aku sedang frustrasi, aku marah.” Kemarahan bisa dalam sekejap membuat orang tidak rasional. Ucapkan kembali harapan Anda, “Aku lebih senang kalau anak terjaga kesehatannya.” Maka yang akan muncul dalam pikiran Anda adalah mengajak anak untuk melakukan, bukan menyuruhnya.

- Komunikasi lebih baik. Orang yang marah cenderung langsung membuat kesimpulan, dan kesimpulan itu sering tidak tepat. Misalnya, “Ini anak memang ingin menguji kesabaran.” Hindari mengatakan sesuatu yang muncul pertama dalam pikiran Anda. Lebih baik Anda diam dulu dan dengarkan jawaban anak Anda, mengapa ia menyemburkan makanannya, misalnya.

- Gunakan humor. Lelucon konyol dapat membantu Anda mendapatkan sudut pandang yang lebih seimbang. Ketika Anda mulai marah karena anak menolak mandi, coba ambil rubber duck, letakkan di atas kepala Anda, berjalanlah seperti bebek sambil mengajak anak mandi. Mungkin ia masih ingin melanjutkan bermain, tapi melihat Anda dengan bebek karet di kepala, anak akan senang mengikuti Anda ke kamar mandi.

Imma Rachmani
Konsultan:
 Evi Sukmaningrum, M.Si, Ph.D Kepala Pusat Penelitian HIV/AIDS dan Pengajar di Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya Jakarta.
 
 
 

 


Topic

#corona #coronavirus #viruscorona #covid19 #dirumahsaja #dirumahaja #belajardirumah #workfromhome



Artikel Rekomendasi