Tak Perlu Menghukum Anak untuk Belajar Benar dan Salah

 

shutterstock

Anak belajar benar dan salah bukan dari hukuman, tapi dari perilaku orang tua yang mereka amati.
 
Laura Markham Ph.D penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting dalam artikelnya di jurnal Psychology Today menyatakan bahwa hukuman untuk membuat anak tahu bahwa dia salah, tidak membuat anak belajar benar salah.
 
Anak-anak memang sering melakukan apa saja yang mereka mau dan hanya peduli diri mereka sendiri.  Mereka tidak melakukan apa yang Anda omongkan, tetapi meniru apa yang Anda lakukan sehari-hari.
 
Itu sebabnya sadari sepenuhnya apa yang Anda lakukan karena anak menonton dan meniru.  Inilah pelajaran kehidupan yang dipelajari anak tentang benar dan salah, baik dan buruk, dari orang tuanya.
 


- Ketika Anda membantu anak membersihkan susu yang tumpah, anak belajar bahwa hal itu bukan bahaya sehingga anak tak perlu menangis dan menyalahkan pihak lain. Menumpahkan susu adalah masalah kecil yang bisa diatasi.

- Kalau kita menjelaskan pada anak mengapa kita tidak memenuhi tuntutannya, anak paham bahwa tidak semua keinginannya bisa terpenuhi, tapi anak mendapatkan yang lebih baik, yaitu penjelasan orang tuanya.

- Kalau kita selalu mendengarkan anak, anak belajar bahwa hidup memang berat, tapi mereka tahu bahwa selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah.

- Ketika kita menyukai kehadiran mereka, mereka merasa berharga.

- Ketika kita memaafkan kesalahan mereka, mereka belajar bahwa tak ada orang yang sempurna tetapi mereka puas terhadap diri mereka.

- Ketika kita minta maaf dan berjanji, mereka belajar cara memperbaiki kerusakan.

- Bila kita memandang mereka dari sudut pandang lain, anak pun akan melihat kita dalam sudut pandang yang berbeda.

- Kalau kita yakin pada niat baik anak, dia akan berbuat semaksimal mungkin meski tidak sempurna.

- Kita kita membuat batasan yang tegas dan mendukung anak untuk tidak melanggarnya, anak akan berusaha mencapai harapan kita.

-  Bila kita peduli dan peka terhadap perasaannya yang terluka, emosi bukanlah sesuatu yang berbahaya dan bisa dikelola.

- Ketika kita menjadi model dalam mengelola emosi, dan mengharapkan perilaku bertanggung jawab dari anak, kita mengasuh anak yang membanggakan kita.

- Ketika anak melakukan kesalahan dan kita bicara intim tanpa menyalahkannya, mengatakan betapa laparnya anjing kita karena anak lupa memberinya makan, anak akan berusaha untuk tidak membuat anjingnya kelaparan lagi.

- Ketika kita menciptakan sebuah sistem pengingat agar anak tidak lupa memberi makan anjingnya, anak belajar mengelola waktunya.

 
Sebaliknya

- Bila kita menghukum anak karena lupa memberi makan anjingnya, ia marah pada kita dan anjingnya, dan tidak memotivasi anak untuk merawat anjingnya.

- Ketika kita berteriak pada anak, mereka belajar bahwa mengamuk itu boleh, dan ia belajar meneriaki kita.

- Ketika kita menghukum anak, mereka belajar begitulah cara menyelesaikan masalah – orang yang lebih kuat dibolehkan menggunakan kekuatannya untuk menyerang orang yang lebih lemah.

- Ketika kita menyumpahi pengemudi lain di jalanan, mereka belajar tidak sopan dan kata-kata kasar yang kita ucapkan.

- Saat kita berbohong di telpon dan anak mendengar, anak belajar bahwa tidak jujur itu boleh.

- Ketika kita mencatut usia anak dengan menambah tua umurnya supaya bisa nonton film, anak belajar curang itu boleh.

- Ketika kita ngebut di jalan, anak belajar bahwa melanggar peraturan itu boleh kalau tidak ada polisi.

- Ketika kita berjanji mau bermain bersama anak dan batal, anak belajar bahwa janji itu boleh dilanggar.

- Kalau kita mengabaikan emosi di balik perilaku buruknya, anak belajar bahwa tidak ada orang yang membantunya saat dia merasa sangat ketakutan dan menekannya untuk berbuat buruk.

- Kalau kita memukul anak, mereka belajar bahwa orang yang lebih besar boleh memukul orang yang lebih kecil.

- Ketika kita menghukum anak, mereka  yakin bahwa mereka anak jahat. Jahat karena berbuat salah, jahat karena punya perasaan buruk yang membuatnya bertingkah buruk. Anak merasa jahat karena membuat orang tuanya marah dan menghukum, dan ia merasa jahat karena tidak dapat mencegah diri sendiri untuk tidak melakukannya lagi.

  
Anak-anak belajar benar salah tidak dari hukuman. Anak belajar ketika kita menunjukkan kepada mereka perilaku yang benar, tanggung jawab, jujur, dan empatik, dan perilaku baik lain yang ingin kita ajarkan – setiap hari. 
 
Ketika anak merasa dekat dengan orang tua, mereka mau mengikuti orang tuanya. Melawan orang tua berarti melawan sebagian besar orang penting di dalam kehidupannya. Itu sebabnya keberhasilan pengasuhan anak 90 persennya adalah karena bonding yang kuat. Sampai anak betul-betul merasa dekat dengan orang tuanya, dia akan membuka diri untuk kita arahkan.
 
Prefrontal cortex – bagian otak yang berfungsi pengambilan keputusan yang rasional – memang akan berkembang sampai anak berusia 20-an tahun dan anak tidak selalu mau mengambil keputusan yang tepat. Tetapi bila Anda mengarahkan anak dengan cinta, anak akan lebih senang mengambil pilihan yang tepat. 
 
Apakah berarti kita harus sempurna? Tentu saja tidak. Dengan begitu Anda juga tidak dapat menuntut anak untuk sempurna.  Menjadi contoh untuk selalu memaafkan diri sendiri dan berdamai dengan orang yang Anda sayangi adalah bagian dari mengajar anak untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi di antara sesama manusia. Itu adalah bagian dari cara Anda menjaga anak untuk tetap mau berbuat benar.
 
Imma Rachmani

 



Artikel Rekomendasi