Teknik Hadapi Si Kecil yang Agresif

 



Anda boleh  kaget, ternyata perilaku agresif pada balita adalah bagian dari proses perkembangannya.    Berkembangnya kemampuan bicara dan dorongan kemandirian  yang menyala-nyala, sementara control dirinya  belum matang,  membuat anak usia pra sekolah  rentan melakukan kekerasan fisik.
 
’’Beberapa perilaku seperti memukul dan menggigit dalam kadar tertentu sangatlah wajar pada balita,’’ demikian pendapat Nadine Block, pendiri Center for Effective Discipline di Columbus, Ohio, Amerika Serikat. Namun Anda tetap harus mengawasinya.
 
Tanamkan pada si kecil  bahwa perilaku agresif tidak dibenarkan, dan ajarkan ia untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara lain. Ada beberapa tip yang bisa Anda coba untuk menghadapi perilaku agresif si kecil
 
Terapkan aturan dengan konsisten
Aturan gunanya sebagai rambu bagi perilaku anak. Anak-anak tidak tahu adanya aturan di rumah hingga Anda mengajarkannya. Jangan pernah anggap anak akan tahun sendiri ya, Bunda. Kewajiban Anda adalah memberitahu anak bahwa ada aturan dalam hidupnya.
 
Di rumah ada aturan tidak boleh merusak barang. Anak-anak, didorong rasa ingin tahunya sangat senang memegang dan   bereksplorasi dengan apa saja. Jika ada benda yang rapuh, sebaiknya Anda menyembunyikan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak.
 
Berikan ruang untuk melakukan eksplorasi, sediakan mainan berupa tiruan benda-benda yang ingin dia mainkan. Misalnya telpon seluler, berikan mainan ponsel dari plastik.  Ketika si kecil memainkan ponsel Anda, tegur, dan jelaskan bahwa barang bunda bukan untuk dimainkan.  Terapkan aturan dengan konsisten, jangan sekali ini boleh, lain kali tidak boleh melanggar. Anak akan bingung dan rambu yang Anda berikan pun tidak ada gunanya.
 
Tak perlu mengancam
Mengancam memang enak. “Jangan pukul-pukul ya…  bunda cubit, ya…” “Ayo, teriak-teriak terus… mulutmu bunda plester!” Berapa kali sehari Anda melontarkan ancaman untuk mendisiplin? Memperbaiki perilaku agresif anak tidak semestinya menggunakan cara yang agresif pula.
 
Akan lebih efektif bila Anda menawarkan alternatif lain. “Nak, bunda mau pakai ponselnya untuk menelpon ayah. Pinjam ya. Kamu pakai ponselmu sendiri. Sama, kok, bisa dipencet-pencet.” Si kecil marah, mengamuk dan membanting mainannya?  Alihkan perhatiannya.
 
Alihkan perhatian pada hal positif
Sementara mengajarkan si kecil untuk merespon dengan cara lain emosi negatifnya, tidak ada ruginya mencoba cara lain dengan mengalihkan perhatiannya. Misalnya, “Yuk sayang, kita keluar sebentar ke taman… Di taman ada kakak-kakak yang main sepeda.”
 
Jangan mengalihkan atau membujuk perilaku agresif anak dengan makanan. Dengan memberinya makanan sebagai hiburan, mengajarkan anak perilaku makan yang salah. Makanan yang manis juga membuatnya seperti api disulut bensin. Ia akan lebih bersemangat.
 
Kendalikan diri Anda
Menghadapi perilaku agresif anak bisa menyulut emosi. Si kecil melempar piringnya, misalnya. Atau membuang makanannya. Kendalikan diri Anda sebelum Anda membantu anak mengendalikan dirinya.  Balita hanya memiliki sedikit kemampuan untuk mengendalikan emosi. Membantunya mengendalikan perilaku agresif berarti Anda membantu perkembangan otaknya.
 
Teman tidak saling menyakiti
 Awasi si kecil saat ia bermain dengan teman sebayanya. Jika ada pertengkaran kecil, biarkan ia menyelesaikannya sendiri. Namun Anda harus turun tangan saat pertengkaran itu sudah berubah menjadi adu jotos, menggigit, dan saling dorong.  
 
Segera pisahkan mereka sampai keduanya mulai tenang. Dan jika pertengkaran sudah di luar batas maka lebih baik sudahi acara bermainnya. Katakan pada si kecil tidak masalah siapa yang memulai tapi tidak ada alasan untuk saling menyakiti. Lalu ajak anak pergi dari tempat itu.
 
Jangan lupa memuji
Saat si kecil tidak memilih untuk memukul, menendang atau menggigit saat berselisih, beri ia pujian. Selalu ingatkan anak untuk berperilaku baik dan sopan setiap saat.
 
Tetaplah tegar
Jika Anda harus mendisplinkan si kecil, jangan punya perasaan bersalah apalagi meminta maaf. Karena jika Anda tegas kemudian merasa bersalah dan minta maaf maka si kecil akan merasa apa yang dia lakukan tidak sepenuhnya salah.  Andalah yang dianggapnya salah dan jahat.
 
Meski tak pernah mudah untuk menerapkan disiplin, tapi apa yang Anda lakukan adalah untuk kebaikannya, agar si paham apa yang dilakukan salah dan tujuan akhirnya ia bisa bertanggung jawab atas segela tindakan yang dilakukannya. Prima Soeratno
 

 

 



Artikel Rekomendasi