Generasi Alfa Vs Gadget

 

Ilustrasi batita bermain gadget. (Foto: Freepik)


Banyak orang tua mencemaskan kelekatan generasi alfa dengan gadget. Namun menurut Spesialis Anak dan Konsultan Tumbuh Kembang dari IDAI Cabang DKI Jakarta, dr. Jenni K. Dahliana, Sp.A(K), dunia digital tidak sepenuhnya membawa dampak negatif bagi anak. Dia mengatakan, dunia digital juga mampu memberikan pengaruh positif perkembangan motorik halus, fungsi kognitif, sebagai media edukasi dan belajar untuk berkompetisi.
 
Namun, pelaksanaannya harus selalu dalam pengawasan ketat dan tepat dari orang tua. Hal ini disampaikan dr. Jenni saat berbicara di sesi Masterclass Millenial Parents Series bertajuk Membesarkan Generasi Alpha yang Cerdas & Sehat, Indonesian Women's Forum (IWF) 2019, Kamis (21/11).
 
Untuk mendapatkan manfaat positif tadi, dr. Jenni menjelaskan, dalam membesarkan generasi alfa orang tua milenial wajib mengetahui konsep tumbuh kembang anak mulai dari 1.000 hari pertama kehidupan. Lalu, mengoptimalkannya melalui stimulasi gerak, dan melakukan pemantauan.
 
Ditambahkan dr. Jenni, 1.000 hari pertama kehidupan anak itu, yakni sejak anak masih di dalam kandungan hingga usianya 2 tahun, merupakan periode keemasan (golden period), yang mana tumbuh kembang anak terjadi dengan pesat. Contohnya saja otak. Hingga usia 2 tahun, otak anak berkembang sampai 80%. Sisanya berkembang setelah usia 2 tahun. Karena itulah periode keemasan menjadi penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. 
 
“Dan apabila ada kelainan yang dideteksi selama golden period anak, pemulihannya akan lebih mudah dilakukan,” ujar Jenni.

 
dr. Jenni K. Dahliana, Sp.A(K), spesialis tumbuh kembang. (Foto: dok. Prana Groupp)

 
Menurut dr. Jenni, tumbuh kembang anak dipengaruhi beberapa hal. Yaitu, faktor genetik (internal) dan nutrisi, lingkungan, serta hormon (eksternal). Sementara, untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, kebutuhan dasar yang wajib terpenuhi adalah fisik (ASUH), kasing sayang (ASIH), dan stimulasi (ASAH). 

Kebutuhan ASUH yang wajib terpenuhi meliputi gizi, seperti protein, karbohidrat, dan lemak untuk pertumbuhan tubuh dan otak. Kemudian pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, dan bisa berlanjut hingga 2 tahun. Lalu MPASI setelah masa ASI eksklusif dan dilanjutkan makanan keluarga saat usianya 1 tahun. Yang tak boleh dilupakan juga adalah imunisasi, kebersihan lingkungan, pengobatan yang tepat bila sakit, lalu aktivitas fisik dan bermain.

Kebutuhan ASIH meliputi rasa dilindungi, rasa nyaman dan aman, diperhatikan, dihargai, dan orang tua tidak menghukum tapi lebih memberikan contoh.
 
Kebutuhan ASAH yaitu permainan yang dapat merangsang semua indra, gerak motorik kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial, kreativitas, serta kemandirian. 

“Di dalam memenuhi kebutuhan ASAH, orang tua wajib melakukan interaksi setiap kali ada kesempatan, seperti saat makan, mandi, atau saat mengganti popok bayi, karena interaksi adalah dasar dari komunikasi,” tegasnya.

 
Peserta masterclass Millennial Parents Series, di IWF 2019.

 
Kembali ke kegelisahan orang tua milenial soal gadget, dr. Jenni mengingatkan, jika semua kebutuhan tersebut di atas terpenuhi, anak tidak akan terlalu terikat dengan gadget dan orang tua lebih mudah menerapkan kendali. Penggunaan gadget yang tidak terkendali bisa berbahaya terhadap kesehatan anak. Yakni, screen-based behavior bisa menyebabkan aktivitas fisik sangat minim, terpapar iklan makanan yang memulai kebiasaan ngemil, serta gangguan tidur, dan memicu terjadinya overweight. (Debby)




 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Cara Tepat Bergawai pada Anak

Data riset brand smartphone Huawei tahun ini, 87% orang tua Indonesia memberi gawai ke anak. Dan anak-anak usia 5 hingga 8 tahun di negeri ini, sudah memakai gawai. ... read more