Jejak Digital Anak, Apa Saja yang Perlu Bunda Pahami

 

Foto: Freepik

Bunda, pernah dengar cerita tentang seorang gadis yang batal magang di NASA gara-gara berkomentar kasar di Twitter? 

Singkatnya, gadis pemilik akun @NaomiH_official itu diterima magang di Lembaga Antariksa Amerika. Atas pencapaian prestisius tersebut, ia membagikan kegembiraannya di Twitter. Namun sayangnya, kata-kata yang dituliskannya bernada kasar. 

Malang tak dapat ditolak. Seorang pria yang belakangan diketahui salah satu pejabat NASA mengetahui ujaran kasar itu. Pria ini kemudian memeringatkannya. Tetapi bukannya minta maaf, Naomi malah makin sombong. 

Akhirnya NASA mengeluarkan keputusan yang membatalkan magangnya. Peristiwa ini terjadi sekitar Agustus 2018 lalu dan menjadi pelajaran bagi banyak orang bahwa jejak digital atau digital footprint memiliki pengaruh penting terhadap kehidupan seseorang. 

Digital footprint adalah jejak data yang Anda buat saat menggunakan internet. Ini termasuk situs web yang dikunjungi, email yang dikirim, dan informasi tentang kita di layanan online. 

Karena pengguna internet saat ini bukan hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak, fakta tentang jejak digital semestinya perlu dipahami juga oleh orang tua. Karena anak berada di bawah pengawasan dan pengasuhan Anda.  

Baca juga: Jangan Abaikan Hak Privasi Anak di Media Sosial, Kata Ahli Siber

Menurut survei pada tahun 2010 yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber AVG, pada usia dua tahun, 92 persen anak memiliki identitas digital mereka sendiri. Data ini bisa berupa anak memiliki akun media sosial sendiri atau orang tua yang rajin membagikan 'identitas' digital anak mereka. 

Jejak digital anak-anak tersebut dimulai sejak mereka dalam kandungan, yaitu ketika orang tua mengunggah foto hasil USG. Menariknya, meski sebagai pengguna aktif internet, banyak orang tua yang tak tahu apakah itu jejak digital. Hal ini diungkap penelitian dari Allstate dimana 1/3 respondennya mengaku belum paham tentang digital footprint

Karena tanggung jawab orang tua adalah memastikan keamanan anak di mana pun berada, termasuk dunia maya, maka pemahaman mengenai jejak digital ini tentunya perlu dimiliki. Selain sebagai bekal pribadi sebagai warganet, juga untuk mengajarkan anak strategi aman berselancar di dunia maya.

 
Foto: Freepik

Jejak digital membekas selamanya
Informasi yang dibagikan ke internet bisa tersimpan selamanya. Ini penting untuk diketahui orang tua dan disampaikan pada anak, supaya tidak mengunggah konten-konten yang tidak pantas.

Banyak perusahaan, perguruan tinggi, mencari kandidat potensial dengan melihat profil seseorang dari internet. Baik itu akun media sosial atau mengetikkan nama orang yang bersangkutan di halaman Google. Pastikan informasi yang keluar bersifat positif. 

Hindari memberikan informasi pribadi di media sosial
Data pribadi seperti hari ulang tahun, nama lengkap, nomor telepon, nama sekolah atau kota asal sebaiknya tidak dibuka di akun media sosial. Informasi ini bisa disalahgunakan oleh penjahat siber. 

Hanya orang-orang yang berkepentingan yang boleh mengetahuinya dan mereka bisa meminta secara langsung kepada Anda. 

Baca juga: Pro dan Kontra Mengumumkan Kehamilan di Media Sosial

Pentingnya kata sandi yang kuat
Password adalah hal yang krusial. Password yang kuat melindungi data Anda dari risiko peretasan. Sebelum Anda mengajari anak, perhatikan tip keamanan password ini. Kata sandi berupa tanggal kelahiran sangat tidak dianjurkan. 

- kombinasi huruf besar dan kecil
- minimum 10 karakter
- susun kata-kata yang tak memiliki arti, misalnya indukkelapalucu331, saudarakelinci717
- gunakan password yang berbeda untuk setiap akun

Isu tentang phising
Phising merupakan metode penipuan yang bertujuan mencuri akun korban dan mengambil informasi penting seperti nomor kartu kredit. 

Tak sedikit orang dewasa yang masih asing dengan modus ini. Supaya terhindar dari phising, hindari mengklik pesan atau email tak dikenal, atau iklan pop up dengan iming-iming hadiah bernilai besar. 

 
Foto ilustrasi phising (Freepik)

Phising ini bisa juga melalui DM media sosial dan apa pun yang memungkinkan Anda klik. Kita dapat mengenali modus penipuan phising dari ciri-cirinya. 

- cenderung salah dalam pengejaan nama, misalnya Marc Zucenberg
- logo dan gambar tidak jelas
- alamat email tidak jelas, tidak menggunakan nama merek, seperti @server197.web-hosting.com. email yang memakai nama merek misalnya ayahbunda@pranagroup.co.id.
- menjanjikan hadiah yang bombastis
- memberitahukan Anda menang kuis atau kontes pada Anda tak pernah ikut
- meminta informasi pribadi

(Alika Rukhan)

 



Artikel Rekomendasi