Ayo, Makan Dulu! - Bagian 1

 


Foto: Unsplash/ Tanaphong Toochinda

Mungkin tak banyak Bunda yang menyadari bahwa hobi si kecil pilah-pilih makanan, kebiasaan makan dalam jumlah berlebihan, terobsesi pada junk food, serta berbagai masalah makan lainnya dipicu oleh jenis pendekatan orang tuanya kala memberi makan. Ya, gaya pengasuhan Anda berdampak besar terhadap perilaku si kecil. Bagaimana gaya yang tepat untuk memberi makan si kecil sebelum Anda melanjutkan cita-cita menerapkan pola makan sehat baginya? Menurut Katie Kavanagh, PhD, RD, LD, profesor di bidang Nutrisi dari University of Tennessee, Amerika, berikut ini adalah empat gaya pengasuhan yang paling sering diadopsi oleh para orang tua sedunia:

1. Tipe Otoriter
Sesuai namanya, orang tua otoriter menerapkan peraturan kaku yang berlaku pada setiap acara makan. Semboyannya hanya satu,“Habiskan apa pun yang tersaji di piring.” Bukan hanya mengatur porsi dan waktu makan, orang tua otoriter juga menyeleksi betul jenis makanan yang boleh dicicipi oleh si kecil. Anak hanya diizinkan menyantap jenis makanan sehat atau jenis makanan apa pun yang lolos seleksi orang tuanya. Selain itu? Sama sekali tidak boleh!
 
Di satu sisi, penerapan gaya otoriter memang akan memungkinkan orang tua mengendalikan kualitas makanan yang masuk ke dalam tubuh si kecil. Tetapi, jangan lupa, kegiatan makan itu bukan semata-mata tentang mekanisme mengisi tubuh dengan ‘bahan bakar’. “Selain berguna memenuhi kebutuhan energi, acara makan juga dapat berfungsi sebagai kegiatan untuk mengasah kemandirian anak sekaligus ajang berinteraksi dengan keluarga,” jelas Kavanagh.
 
Penarapan gaya pengasuhan otoriter berpotensi memunculkan sejumlah kebiasaan berikut ini pada diri si kecil:
- Jadwal makan yang waktunya selalu ditentukan oleh orang tua berpotensi menghambat kemampuan anak untuk mengenali sinyal lapar dan kenyang.
- Kegiatan makan yang berbeda dalam suasana penuh tekanan akan membuat anak cenderung memiliki berat badan berlebih atau terlalu rendah.
- Anak akan cenderung makan berlebihan ketika suatu saat mendapatkan akses pada jenis-jenis makanan yang biasanya dilarang.
- Karena acara makan tidak terasa fun, anak kurang antusias terhadap makanan dan kegiatan makan. Anak yang lebih kecil juga akan cenderung menunjukkan perilaku rewel saat mendekati jam makan.
- Anak cenderung berlama-lama ketika menyantap makanannya.
 
2. Tipe Permisif
Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif tak punya aturan yang jelas mengenai kegiatan makan. Jadwal makan serta jenis makanan yang hendak disantap sepenuhnya berada dalam kendali si kecil. “Bisa dibilang, orang tua permisif beranggapan bahwa selama ada makanan yang masuk ke dalam tubuhnya, maka tidak masalah kapan si kecil mau makan dan apa yang ingin disantapnya,” jelas Kavanagh.
 
Selain kebebasan dalam mengatur jadwal makan, si kecil juga memegang kendali penuh dalam menentukan pilihan menu. Tidak mau makan nasi dan lauk-pauk yang tersedia di atas meja? Tidak masalah, karena orang tua atau pengasuh siap dnegan tawaran sejumlah alternatif masakan lain yang terkadang melibatkan jenis makanan instan.
 
Orang tua permisif juga sering kali membolehkan anaknya ngemil makanan ringan hingga kenyang menjelang waktu makanan. Kebiasaan ini lah yang sering kali mengakibatkan si kecil memundurkan atau melewatkan jadwal makan. Berdasarkan penelitian, pola pengasuhan permisif berpotensi memunculkan sejumlah hal di bawah ini:
- Kebebasan memilih jenis makanan sendiri memang akan membuat anak-anak lebih bersemangat di saat makan. Hanya saja, berdasarkan sebuah penelitian yang terbit dalam International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, kebebasan ini berisiko mengakibatkan anak terlalu banyak menyantap junk food, namun kurang mendapatkan asupan buah serta produk olahan susu.
- Terlalu banyak konsumsi makanan berlemak bisa mengakibatkan si kecil berisiko tinggi mengalami obesitas. Sejumlah penelitian menyatakan bahwa pola makan permisif mengakibatkan tingginya kasus obesitas di kalangan anak prasekolah.
- Meski berat badannya tinggi, anak berisiko kekurangan zat gizi lain yang semestinya terkadung dalam asupan maknan sehari-hari terutama serat, vitamin dan mineral dari sayur dan buah-buahan.


ESTER SONDANG


Baca juga:
Ayo, Makan Dulu! - Bagian 2
Jangan Merusak Rasa Percaya Diri Anak dengan 7 Hal Ini
Apakah Anak Sehat Membutuhkan Suplemen dan Vitamin?

 

 



Artikel Rekomendasi

post4

Ayah Generasi C

Ketahui ciri-ciri Generasi C dan apa yang dapat dilakukan orangtua terutama ayah masa kini, sebagai salah satu dari generasi C.... read more