Faktor Usia Ibu Melahirkan, Berisiko Anak Stunting

 

Foto: shutterstock


Tubuh perempuan dirancang untuk melahirkan di usia 20-an tahun. Terlalu muda dan terlalu tua, berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

 

Memiliki anak di usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun bukan usia ideal. Di bawah usia 20 tahun, seseorang belum punya karier yang baik untuk membiayai barbagai kebutuhan anak. Di atas usia 35 tahun, kita berada pada situasi sandwhich family, yaitu ketika orang tua kita mulai tidak produktif dan mengandalkan penghidupan dari kita. 

 

Robert J. Havighurst seorang ahli perkembangan mengembangkan sebuah teori perkembangan manusia. Setiap orang dalam rentang hidupnya memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dijalani secara berurutan. Lompatan satu tahap, akan mengembalikan orang tersebut pada tahap sebelumnya, kelak di usia tertentu. 

 

Sejak lahir sampai dewasa, manusia mengalami perkembangan. Tetapi di usia dewasa pun seseorang masih akan terus mengalami fase perkembangan. Havighurst membagi 6 fase dalam rentang hidup manusia mulai dari bayi hingga berumur 80 tahun.

 

Tahap 1: Bayi sampai kanak-kanak awal dimulai sejak lahir sampai usia 5 tahun. Ini adalah masa awal anak belajar tentang dunia sekitarnya.

 

Tahap 2: Masa kanak-kanak pertengahan dimulai usia 6 sampai 12 tahun. Yaitu masa ketika anak masuk sekolah dan belajar berteman

 

Tahap 3: Masa remaja yaitu usia 13 sampai 18 tahun. Saat seseorang mengalami perubahan hormon dan sedang mencari jati diri, ‘siapakah aku ini.’ 

 

Tahap 4: Masa dewasa awal, yaitu mulai usia 19 sampai 30 tahun. Di tahap ini seseorang mulai membangun kariernya dan mencari pasangan. 

 

Tahap 5: Usia pertengahan, yaitu mulai 30 sampai 60 tahun. Mulai membangun keluarga hingga betul-betul mapan membina rumah tangga. 

 

Tahap 6: Akhir usia matang, yaitu 60 tahun ke atas. Di usia ini, seseorang sudah berhenti bekerja dan mempersiapkan diri menghadapi kematian. 

 

Seperti yang kita lihat, setiap tahap memiliki ciri khas tugas perkembangan. Seorang anak di masa kanak-kanak awal tidak akan membangun keluarganya sendiri - kecuali bermain rumah-rumahan. Sebaliknya, di usia dewasa awal seseorang tidak akan belajar bicara. 

 

Havighurst menyebut bahwa tugas-tugas perkembangan ini akan dijalani sesuai tahap. Seorang remaja berusia 18 tahun yang membangun rumah tangga, akan masuk ke dalam tugas perkembangan usia di atasnya, sementara tugas perkembangan dirinya belum sepenuhnya tercapai. Penemuan jati dirinya belum dicapai ketika dia mengemban peran baru sebagai ayah atau ibu misalnya yang mengasuh bayi. Apakah ini akan berhasil?

 

Punya anak sebelum usia 20 tahun

Usia ini memang usia subur dari segi organ reproduksi. Di usia ini berat badan ideal menurunkan risiko diabetes gestasional pada kehamilan. Sayangnya, usia belasan dan di atas 35 tahun merupakan usia dengan risiko tinggi mengalami preeklamsia. Demikian penjelasan Wendy C. Goodall McDonald, M.D., obgin dari Chicago, Illinois.

 

Phlycia, seorang ibu berumur 29 tahun yang tinggal di Atlanta berkisah. Ia mempunyai anak di usia 18 tahun. “Mindset saya masih anak-anak. Saya sangat emosional dan bingung bagaimana menjadi ibu. Rasanya berat menjadi ibu sementara kita sendiri masih dalam masa perkembangan.” Phlycia mengatakan bahwa kalau saja dia mau menunda punya anak, hasilnya akan berbeda karena sekarang di usianya yang 29 tahun pengetahuannya lebih banyak dan lebih sabar menjadi ibu. 

 

Punya anak di usia  35 - 39 tahun

Kesuburan mulai berkurang. Tetapi ini masih termasuk usia yang mapan dalam hal pekerjaan, kondisi keuangan dalam keadaan puncak, tapi baru punya bayi. Di saat yang sama, kita juga memiliki orang tua yang sudah tidak produktif dan menggantungkan hidupnya pada anak. Tingginya biaya persalinan, biaya sekolah anak mulai TK sampai Perguruan Tinggi, tidak memberi kesempatan pada suami istri untuk lebih rileks membesarkan anak dan menikmati hasil kerja. 

 

Dari segi kesehatan, dokter Mc Donald mengatakan bahwa biaya untuk menjaga kesehatan pun akan semakin tinggi. Risiko preeklamsia juga tinggi di usia ini, dan kelainan kromosom pada anak bukannya tidak ada. 

 

Monika (43) dari New York berkisah. “Dari segi karier, usia 35 tahun adalah puncak karier saya. Saya punya anak pertama di umur 35 tahun dan anak kedua di umur 37 tahun. Penghasilan saya cukup untuk menyekolahkan anak-anak. Tetapi saya tidak dapat berkomunikasi dengan orang tua teman-teman anak saya karena perbedaan umur yang cukup jauh,” kata Monika. 

 

Deputi Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso dalam pertemuan diskusi di Solo, Kamis 27/1/22 membahas  isu stunting, mengatakan bahwa ada formula untuk mencegah anak dari stunting. 

 

Mengejar penurunan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024, Kementrian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) bersama BKKBN mengampanyekan EMPAT TERLALU. Yaitu Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat dan Terlalu Banyak jumlah anak. 

 

Formula tersebut tidak hanya mampu mengendalikan masalah kependudukan tetapi juga relevan mengurangi prevalensi stunting. 

 

Usia ideal ibu melahirkan adalah 21 sampai 35 tahun. Usia terlalu muda, tulang panggul perempuan di bawah usia 20 tahun belum siap untuk proses melahirkan. Sedangkan usia melahirkan terlalu tua seorang ibu terisiko preeklamsia dan ketuban pecah dini. 

 

Jarak terbaik untuk kehamilan adalah 5 kali masa kehamilan atau 4,5 tahun. Dalam jarak ini seorang ibu dapat fokus memberikan asih asah asuh sampai anak betul-betul mendapat gizi maksimal dan mencapai kemandirian. (IR)

Baca juga

- Hamil di Bawah Usia 20 Tahun Bahaya!
- Hamil di Bawah Usia 20 Tahun Berisiko Tinggi
- Hamil di Usia 40an
- Tantangan Hamil di Usia 40an
- Risiko Hamil di Usia 20, 30 dan 40 
- Ini Risiko Hamil di Usia 40 Tahun

 



Artikel Rekomendasi