Hati-hati, Stres Orangtua Menular ke Anak!

 


Foto: Pixabay/Mohamed Hassan


Bunda pernah bertengkar dengan pasangan soal keuangan di balik pintu tertutup, atau terus-menerus meneriaki si kecil atas sesuatu yang salah—meskipun bukan mereka pelakunya? Hati-hati, stres ‘model’ ini berdampak pada seluruh anggota keluarga—tanpa terkecuali balita Anda. Diungkapkan oleh Claire Du Toit, psikolog pendidikan di Johannesburg, via Livingandloving.co.za, anak usia 1-3 tahun bisa terpapar kecemasan akibat stres dari lingkungan rumahnya.
 
“Anak-anak sangat intuitif. Mereka seperti spons kecil yang menyerap semua yang dikatakan bahkan tidak diucapkan oleh orang dewasa. Anak-anak cenderung menginternalisasi stres dan tanpa sadar memengaruhi tingkah lakunya. Jadi, saat Anda sedang tertekan, ada kemungkinan si kecil ikut ‘emosi’ dengan menunjukkan prilaku tantrum atau malah menjadi lengket dengan Anda,” jelas Claire.
 
David Code, penulis buku Kids Pick Up on Everything: How Parental Stress Is Toxic to Kids juga menyetujui bahwa stres pada orang tua memengaruhi seorang anak. Selain itu, stres selama masa kehamilan dikatakan dapat memengaruhi otak anak yang sedang berkembang bahkan gennya.
 
"Jika seorang ibu mengalami stres yang signifikan saat hamil, hormon stres akan mengalir deras seperti kortisol melalui plasenta. Otak janin yang sedang berkembang akan menerima sinyal ini dan mengartikannya bahwa ada pencetus stres serius di lingkungannya. Jika otak janin yang sedang berkembang terlalu banyak terpapar stres, maka si kecil akan berisiko tinggi mengalami gangguan ADHD di kemudian hari."
 
Ingin menciptakan lingkungan tumbuh kembang yang baik bagi anak? Saatnya mengelola emosi, terutama stres, agar menjadi orangtua yang efektif dengan tiga cara berikut ini:

1. Menarik napas dalam-dalam
“Ini mungkin terdengar klise, tetapi bernapas perlahan merupakan salah satu hal yang harus dilakukan ketika Anda merasa stres. Bernapas dalam-dalam memiliki efek psikologis pada pikiran dan tubuh,” kata Claire. Anda pun dapat mengajarkan anak-anak untuk berhenti sejenak dan mengambil napas dalam-dalam bersama Anda ketika situasi tidak terkendali. Ambil napas secara perlahan, tahan sebentar beberapa detik, dan buanglah napas. Latihan sederhana ini telah terbukti dapat mengusir stres yang luar biasa.

2. Berbicara secara terbuka kepada anak
Menyembunyikan perasaan bukanlah kebiasaan sehat. Bahkan, menahan stres terlalu lama dapat membuat Anda kehilangan kendali diri terhadap hal-hal remeh. “Sikap yang Anda pilih untuk menghadapi perasaan stres, marah, atau cemas menjadi penting,” kata Claire.

Anda bisa berbagi dengan si kecil yang sudah berusia lebih dari tiga tahun soal stres yang sedang dialami. Komunikasikan dalam Bahasa yang sederhana seperti, “Bunda sedang stres, perasaan yang sebenarnya bisa dialami semua orang. Untuk mengusirnya, Bunda mau melompat, kamu mau ikut melompat juga?”. Setelah mengungkapkannya kepada seseoran dijamin Anda merasa lega karena sebenarnya anak-anak tidak perlu menanggung emosi negatif itu.
 
3. Buat prioritas
Tidak mudah menjadi seorang ibu karena banyak hal harus dipikirkan sekaligus, mulai dari anak, pasangan, hingga kebutuhan sehari-hari. Keluarga memang penting, tapi kesehatan fisik dan mental Anda juga harus diutamakan. Jika Bunda sehat dan bahagia, pasti keluarga juga akan lebih terurus.


PRIMA SOERATNO


Baca juga:
Janin Harus Diajak Ngobrol
Hamil? Happy Saja!
Dunia Baru Ayah

 



Artikel Rekomendasi