Seperti tak terbendung, berbagai informasi seputar kesehatan, mulai dari berita tentang virus berbahaya, hingga cara pengobatan tersebar lewat
chat group dan media sosial. Gawatnya, tak sedikit dari berita tersebut adalah
hoax dan justru merugikan. Karenanya, jangan telan bulat-bulat info yang Anda baca sebelum mencari tahu kebenarannya, seperti dijelaskan oleh para ahli, yang dilansir oleh
www.femina.co.id, berikut ini:
Hoax 1:
Penyebaran HIV lewat makanan kemasan kaleng impor, karena para pekerja yang menderita HIV memasukkan darah mereka ke dalam kemasan makanan tersebut.
Faktanya:
Selain tidak masuk akal, menurut
dr. Adityo Susilo, SpPD-KPTI, FINASIM, Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, FKUI-RSCM, cara tersebut diklaim tidak bisa menularkan virus HIV kepada orang lain. “HIV itu virus yang
fragile. Penularannya hanya bisa dilakukan lewat
direct contact blood to blood atau lewat cairan seksual,” jelas dr. Adit.
Sebagai virus yang rentan, HIV tidak mampu bertahan hidup begitu keluar dari tubuh manusia (
host). Di luar udara bebas atau udara kering, HIV hanya bisa bertahan dalam hitungan menit. Jadi logikanya, jika virus tersebut dimasukkan ke dalam kaleng makanan, virus tersebut akan segera mati. Selain itu, makanan kalengan akan mengalami proses sterilisasi, baik lewat pemanasan atau penambahan zat kimia tertentu. Dalam kondisi tersebut, bisa dipastikan HIV akan mati.
Perlu diingat, HIV hanya bisa bertahan hidup saat berada di dalam tubuh atau
host. Jadi, yang perlu dihindari agar tidak tertular virus HIV adalah perilaku-perilaku yang berisiko terhadap penularan HIV, seperti berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan alat pelindung, seperti kondom, dan penggunaan narkotika suntik yang bisa menularkan HIV ketika berganti-ganti jarum suntik dengan orang yang terkena HIV.
Hoax 2:
Virus berbahaya yang menyerang anak-anak yang bermain di tempat mandi bola. Virus ini menyerang tulang belakang hingga ke otak, sehingga menyebabkan kelumpuhan.
Faktanya:
Orang tua memang harus memperhatikan kondisi tempat anak-anaknya bermain. Logikanya, menurut dr. Adit, tempat permainan anak seperti mandi bola memang perlu diperhatikan kebersihannya. Tempat tersebut dikunjungi banyak anak dengan berbagai kondisi, dan belum tentu dibersihkan tiap hari.
Pada tempat yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik, kuman dan bakteri tentu akan lebih mudah berkembang, sehingga anak-anak yang bermain di tempat tersebut berisiko tinggi terpapar penyakit. “Memang ada risiko terjadinya infeksi karena faktor kebersihan yang tidak baik. Virus dan bakterinya bisa apa saja, tapi yang lebih rentan itu berhubungan dengan pencernaan, seperti diare atau muntah-muntah,” jelas dr. Adit.
Namun, terkait dengan virus meningitis, dr. Adit melihat hal ini mungkin terjadi jika anak tersebut memang sedang dalam masa inkubasi meningitis. Jadi, ketika ia dinyatakan menderita meningitis, lalu dikaitkan dengan tempatnya bermain, walaupun sebenarnya itu adalah dua kasus yang berbeda.
Penyakit meningitis yang disebabkan oleh virus meningitis memang bisa menyebabkan kelumpuhan. Meningitis juga bisa disebabkan oleh bakteri, dan ini jauh lebih berbahaya. Virus ini bisa menular dari udara atau kontak langsung dengan penderita meningitis dan bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di kolam bola.
Hoax 3:
Menusuk jari dengan jarum adalah cara pertolongan pertama pada penderita stroke.
Faktanya:
Tusuk jarum dianggap efektif untuk pertolongan pertama pada penderita stroke, karena dengan membuat tusukan pada jari tangan seakan membuka sumbatan yang dianggap menjadi masalah pada penderita stroke. Padahal, menurut dr. Adit, tindakan ini salah besar dan justru bisa berbahaya bagi penderita.
Stroke biasanya disebabkan oleh adanya penyumbatan di pembuluh darah otak. Padahal, pembuluh darah di otak dengan pembuluh darah di tangan letaknya berjauhan. “Dengan kondisi tersebut, rasanya membuat tusukan pada jari tangan tidak akan menyelesaikan masalah. Justru yang ditakutkan adalah kondisi pasien yang makin berisiko,” jelas dr. Adit.
Sementara itu, menurut dr. Adit, seseorang yang mendapat serangan stroke memiliki
golden period, masa krisis bagi pasien untuk segera mendapat penanganan tepat yang dilakukan oleh profesional dengan standar protokol untuk memperbesar peluang kesembuhan. Dengan tindakan tusuk jarum di tangan dikhawatirkan pasien tidak segera dibawa ke rumah sakit dan justru melewati
golden period-nya.
Selain itu, melakukan penusukan jari pada pasien stroke hanya akan menambah masalah baru, seperti membuat luka yang menyebabkan infeksi akibat penggunaan jarum yang tidak steril. Ingat, tiap detik yang dilalui penderita stroke sangat penting. Jadi, langkah terbaik untuk penanganannya adalah dengan membawa pasien langsung ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat.
(Dok. FG)
Baca Juga:
Ibu Masa Kini Perlu Tahu Bagaimana Mengenali Ciri Berita Hoax