5 Kiat agar Ramadan Membekas di Hati Anak

 

Foto Ilustrasi (Freepik)


Ramadan tahun ini terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena ada pandemi Covid-19, tradisi salat tarawih berjamaah di masjid dan aktivitas apa pun yang bersifat mendatangkan kerumunan massa ditiadakan. Namun, bukan berarti nilai-nilai mulia Ramadan tidak dapat kita ajarkan kepada anak. 

Banyak aspek Ramadan, seperti puasa, salat, membaca Al-Quran, memperbanyak sedekah dan berbuat baik kepada sesama yang bisa kita tanamkan kepada anak. Melalui beberapa latihan, Anda bisa mengajak anak merasakan nuansa Ramadan dan memperoleh pelajaran berharga dari bulan mulia ini. 

Ajak anak terlibat
Ada quote yang cukup terkenal dari Herbert Spencer, "Tujuan utama pendidikan bukanlah pengetahuan, tetapi tindakan."
 
Jika Anda ingin mengajarkan sesuatu kepada anak, maka jangan hanya berteori, tetapi libatkan ia dalam kegiatan. Misalnya, Anda ingin mengajari anak konsep berpuasa, maka ajak ia berpuasa. Tentunya ini merupakan proses yang bertahap, mulai dari anak balita yang belum wajib puasa, namun dapat dilibatkan dalam kegiatan menyiapkan makanan untuk berbuka dan sahur. 
 
Foto: Freepik


Anak kecil mungkin belum menyerap sepenuhnya makna dari puasa, tetapi mereka akan mengingat memori tentang puasa hingga bertahun-tahun kemudian. Suatu hari Anda mungkin akan melihat anak memberi tahu teman-temannya: 'Aku sudah latihan puasa sejak kecil!'

Praktik ini juga bisa dilakukan untuk kegiatan lain seperti menyiapkan zakat, tadarus Quran, dan lainnya.

Libatkan emosi anak
Ketika anak-anak terlibat secara emosional dalam suatu kegiatan, mereka akan menyukainya. Video game dan acara tivi, banyak yang menyasar emosi anak-anak. Karena itu kita dapat menggunakan teknik yang sama untuk melatih anak dalam bulan Ramadan ini.

Konten apa saja yang bisa melibatkan emosi anak? Jawabannya bermacam-macam, bisa cerita, lagu, film, atau permainan. Anda dapat memperdengarkan pada anak lagu-lagu tentang Ramadan, membuat permainan kartu hadis, atau membacakan kisah-kisah Nabi dan orang saleh. 

Sama seperti orang dewasa yang mudah mengingat peristiwa-peristiwa emosional, anak-anak juga menangkap konsep yang mereka pelajari melalui kegiatan yang menyenangkan, lucu, atau mengasyikkan.
 
Foto: Freepik


Jelaskan tujuannya
Apakah Anda pernah mendengar anak mengeluh, "Kenapa aku harus belajar Matematika? Ini tidak penting buatku," atau ia bertanya, "Kenapa aku harus melakukan ini dan itu?" 
 
Di sini, sama seperti orang dewasa, anak-anak juga melihat apa pentingnya ia melakukan suatu tindakan. Jika ia tidak menemukan tujuan atau nilai penting itu, anak tidak akan punya cukup motivasi untuk menyelesaikannya. 

Maka itu, jelaskan kepada anak kenapa kita harus membaca niat puasa sebelum fajar, apa manfaatnya membaca kisah Nabi, kenapa harus membaca Al-Quran, dsb.

Ingatkan anak-anak bahwa kita melakukan ibadah untuk Allah, bukan Anda orang tuanya. Jelaskan juga mengapa kita melakukan ibadah dan segala sesuatu untuk Allah dan bagaimana setiap tindakan dapat bernilai pahala. 
 
Foto: Freepik


Ajarkan dasar-dasar agama
Sebagai umat Islam, ada banyak hal yang perlu kita pelajari dalam menjalankan ibadah. Misalnya hukum fiqih zakat, sholat, wudhu, dan lainnya. Namun ketika kita mengajarkan kepada anak yang masih kecil, kita tak perlu menjelaskan semua secara detail, tetapi fokuslah pada ide-ide besar atau dasar-dasarnya saja. Seperti kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi kita, umat Islam wajib sholat sebagai sarana penyucian diri, puasa berarti menahan, dan sebagainya. 

Ulangi memberi penjelasan ide-ide tersebut setiap hari dengan cara yang berbeda. Sehingga anak-anak akan mengingat prinsip-prinsip ini dalam pikiran mereka. Ketika mereka sudah memiliki dasar-dasar beragama, pengetahuan spesifik lainnya mereka bisa pelajari kelak seiring waktu. 

Biarkan anak memimpin
Cara ini juga sama dengan membuat anak terlibat dalam aktivitas di bulan Ramadan. Anak-anak biasanya akan senang ketika mereka diberi tugas atau tanggung jawab. Misalnya, minta ia untuk memimpin doa saat berbuka puasa, atau tugaskan ia untuk membangunkan semua anggota keluarga saat sahur. Dengan begitu, anak jadi punya pengalaman. Seringkali, dalam proses belajar, pengalaman jauh lebih berkesan bagi anak dibanding instruksi. 


Alika Rukhan

 



Artikel Rekomendasi