Pahami Sensori Anak, Cegah Gangguannya

 

Jika Anda melihat anak menunjukkan gejala menolak makanan tertentu bahkan sampai muntah atau menutup kuping saat tiba-tiba saat mendengar suara yang kencang, bisa jadi anak mengalami Sensory Processing Disorder (SPD) atau Gangguan Proses Sensoris. Namun, perhatikan terlebih dahulu perkembangan sensori sesuai dengan usia anak.

• Saat Usia 1 - 2 tahun
Di usia ini, fungsi taktil (peraba), vestibular (keseimbangan)  dan proprioreseptif (gerak antarsendi) menjadi dasar kestabilan emosi anak kelak. Karena itu, sangat penting untuk membiarkannya mencoba banyak hal untuk memperbanyak pengalamannya.

Jadi, biarkan anak mengeksplor daya peraba, kesimbangan dan gerak antar sendinya antara lain dengan berlari dan melempar. Berdasarkan pengalaman itu  anak akan membentuk peta bagian tubuh di otak. “Data mentah”-nya adalah pengalaman sensasi dari kulit, otot, sendi, gravitasi dan reseptor gerak. Pemetaan yang baik akan menentukan keberhasilan anak dalam melakukan motor planning, yang berguna dalam kemampuan beradaptasi dengan hal yang tidak dikenal dan belajar melakukannya secara otomatis.

• Saat Usia 2 - 5 tahun
Di usia ini, anak mulai berinteraksi dengan lingkungan, perkembangan bicara dan bahasanya sudah  meningkat. Hal yang harus diperhatikan oleh orangtua adalah bahwa kemampuan bicara dan berbahasa tidak terjadi begitu saja. Sebelum mengerti kata, anak harus mampu memperhatikan orang yang berbicara.

Maka, jika anak terlalu banyak berinteraksi dengan gadget berlayar (ponsel, tablet, laptop), kesempatannya untuk mendapat banyak informasi melalui indera akan sangat sedikit. Anak hanya menonton orang yang menari, tapi tidak merasakan tubuhnya yang bergerak, perubahan gerak udara, perubahan tekanan pada otot. Tidak ada data yang masuk ke otak, tidak ada yang diintegrasikan sehingga pengalamannya sangat sedikit. Keseruan menonton juga mengurangi pengalaman sosialisasi dan berbahasa anak.

Terapinya dengan…
Jika Anda melihat anak mengalami salah satu gejala Gangguan Proses Sensoris, sebelum berkembang menjadi parah, buatlah janji dengan psikolog. Ia  akan melakukan terapi sensory integration untuk membantu anak agar  mampu meregister, memproses dan memahami berbagai input sensorik, sehingga ia akan lebih mengerti apa saja yang terjadi di sekitar dan bagaimana ia memberikan reaksi yang sesuai.  Setelah mengikuti terapi ini, anak yang perhatiannya mudah teralih dan sulit untuk memusatkan perhatian akan menunjukan peningkatan kemampuan untuk memusatkan perhatian.

KONSULTASI ROSLINA VERAULI, Psi., PSIKOLOG ANAK DARI RUMAH SAKIT PONDOK INDAH, JAKARTA.


 



Artikel Rekomendasi