Khawatir Anak Di-Bully

 

Merasa khawatir adalah bagian dari pola pengasuhan anak. Khawatir, sih, boleh-boleh saja. Namun, apakah kekhawatiran Anda itu normal, ataukah hanya sekadar kekhawatiran yang berlebihan serta cenderung tak masuk akal?

Bullying

Orang tua sering khawatir anak tidak bisa bersosialisasi dan malah menjadi bulan-bulanan teman-temannya.

Kenyataannya:

Kasus bullying memang sudah menyebar bahkan di tingkat Taman Kanak-kanak sekalipun. Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar cerita teman tentang seorang anak yang bisa mempengaruhi teman  untuk tidak berteman dengan anak lain. Di Amerika saja, 1 diantara 7 siswa TK sampai SMA menjadi korban bullying. Masalah ini perlu ditangani serius karena berkaitan dengan harga diri anak dalam jangka panjang, prestasi di sekollah, depresi, bahkan bunuh diri. Bullying juga bisa menjadi virus yang menyebar. Anak yang menjadi korban bully akan mem-bully anak lain.

Yang perlu dilakukan:

Para ahli mengatakan, anak yang mengalami kekerasan di rumahnya cenderung akan mem-bully orang lain. Jadi, hindari menyakiti anak secara fisik, emosi dan verbal. Anda juga wajib mengingatkan anak untuk tidak mengejek teman. Jika anak Anda menjadi korban bully, beritahu pihak sekolah agar guru mengawasi anak Anda dan mengajak bicara atau menegur pelaku bully. Ajaklah anak Anda berdiskusi bagaimana ia harus memperlakukan temannya dan bagaimana bertindak jika ia di-bully.

Baca juga
Khawatir Ancaman Orang Asing
Khawatir Anak Terluka
Khawatir Masa Depan Anak Suram
Khawatir Anak Obesitas

 



Artikel Rekomendasi