Cerdas di Masa Krisis

 


Bila Pendapatan Berkurang
Kalau sekarang penghasilan Anda dipotong, bagaimana beradaptasi atau mengatur kembali bujet rumah tangga? “Kalau bunda adalah karyawan, atau istri seorang karyawan, kalau ada pengurangan pendapatan, jangan dibawa marah,” tandas Prita.
 
Ia menjelaskan – sebagai business owner – bahwa pengusaha akan selalu menjaga napasnya. Kalau ada pengurangan, itu dimulai dari yang paling atas. Kalau sampai ke bawah, itu artinya napas perusahaan mulai pendek.
 
Kalau tiba-tiba mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), Prita mengatakan, dalam kondisi sulit, kreatifitas kerap kali muncul. “Dari 10 benih yang ditabur, belum tentu semuanya tumbuh. Kalau hanya lima, itu sudah bagus,” kata Prita. Jadi, penting bagi pebisnis untuk mengubah bentuk bisnisnya. 
 
Tetapi, menurut Prita, memulai usaha di masa krisis bukan keputusan yang tepat, karena bisnis plan bisa berubah. “Kalau kita mau membuka usaha, kita lihat apa yang dibutuhkan oleh orang di masa puasa. Mereka butuh frozen food. Kalau bunda bisa memasak, ya buat itu saja. Untuk pemasarannya bisa bekerja sama dengan teman, misalnya,” ujar Prita.
 
Komunikasikan Dengan Anak
Perubahan ini tentu akan dirasakan oleh anak. Biasanya setiap minggu jalan-jalan ke mal, kali ini tidak sama sekali. Kata Prita, anak usia di bawah lima tahun mungkin tidak merasakan perubahan ini. Anak yang lebih besar dapat merasakan.
 
Anak-anak yang lebih kecil pun dapat diajak kompromi, Misalnya dia menginginkan boneka, jelaskan bahwa sebuah boneka dapat ditukar dengan empat burger. Contoh ini lebih nyata. Pada anak yang lebih besar, ini bisa jadi kesempatan yang baik untuk mengajarkan menghemat dengan belajar memasak, memanfaatkan bahan yang ada di kulkas.
 
Untuk anak-anak mudanya, belanja online bisa menjadi godaan terberat. “Mengapa kita ingin belanja? Karena kita tidak punya kegiatan. Masak, berkebun, olah raga, nonton drakor, baca buku atau rebahan, bisa mengurangi keinginan belanja,” saran Prita.
 
Bagaimana masyarakat di negara lain beradaptasi dengan kondisi ini? Mengutip hasil riset McKenzie, Prita menyebut  perbedaan dan persamaan orang Indonesia dengan masyarakat di Cina, Jepang, dan Korea.
 
“Oang Indonesia optimis banget. Orang Jepang dan Cina tidak belanja banyak untuk stok, orang Indonesia suka nye-tok. Orang Indonesia dan Korea sama, suka entertainment. Orang Indonesia stop beli make up dan belanja baju berkurang banyak karena mungkin lebih suka dasteran. Sedangkan Cina dan Jepang selalu berpakaian rapi, tidak dasteran.”
 
Bagaimana bersikap tepat di masa krisis ini, Prita punya kiatnya. Yaitu jangan panik, jangan emosional. Bangkit, cari cara positif, atur bujet, punya dana darurat, donasi disesuaikan kemampuan, dan bersyukur!
 
Imma Rachmani

 

 


Artikel Rekomendasi

Load more