Mengenali Gejala ADHD pada Balita

 



Foto: Pixabay


Melihat anak aktif pasti orang tua merasa senang. Tetapi, bila hiperaktif harus diwaspadai karena bisa jadi si kecil mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas yang lebih dikenal sebagai ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Untuk memastikannya tidak mudah karena balita secara umum cenderung sulit untuk fokus. Menurut National Institutes of Health (NIH), ADHD selain terlihat pada usia balita juga akan memengaruhi perilaku seseorang saat mencapai usia remaja—bahkan dewasa. Inilah sebabnya mengapa penting untuk mengenali tanda-tanda ADHD pada anak sedini mungkin. Berikut gejala ADHD yang harus diwaspadai orang tua.

Apakah ADHD?
Menurut Mayo Clinic, anak-anak balita dengan rentang usia dari 2-3 tahun dapat menunjukkan gejala ADHD. Tiga tanda utama kondisi ADHD pada anak berusia di atas 3 tahun yaitu kurang perhatian, hiperaktif, dan impulsif—meski anak-anak tanpa ADHD juga menunjukkan perilaku tersebut. Jika gejala berlanjut selama lebih dari enam bulan dan memengaruhi kemampuan si kecil untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan usianya, maka barulah bisa didiagonosis ADHD. Dan, butuh perhatian khusus sebelum mendiagnosis anak di bawah usia 5 tahun dengan ADHD, terutama jika pihak dokter sudah mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan. Diagnosis di usia balita paling baik dikeluarkan oleh psikiater anak atau dokter anak yang memiliki spesialisasi dalam perilaku dan perkembangan.
 
Ada sejumlah perilaku yang dapat menunjukkan bahwa anak Anda bermasalah dalam hal perhatian. Pada anak usia sekolah tanda-tanda itu termasuk ketidakmampuan untuk fokus pada satu kegiatan, kesulitan menyelesaikan tugas sebelum bosan, kesulitan mendengarkan akibat gangguan, serta bermasalah mengikuti instruksi maupun memproses informasi. Namun, perilaku ini bisa saja normal pada balita sehingga orang tua harus memahaminya.

Hiperaktif vs impulsif
Di masa lalu, ADHD disebut ADD atau Attention Deficit Disorder. Seperti yang dilaporkan oleh Mayo Clinic, komunitas medis sekarang lebih suka menyebut kondisi ADHD karena gangguan tersebut sering termasuk komponen hiperaktif dan impulsif. Hal ini terlihat ketika dilakukan diagnosis pada anak usia prasekolah.

Gejala hiperaktif meliputi:
• Terlalu gelisah dan menggeliat.
• Memiliki ketidakmampuan untuk duduk diam saat berkegiatan yang menuntut ketenangan, seperti makan atau mendengarkan cerita yang dibacakan untuknya.
• Terus berbicara dan membuat suara berlebihan.
• Berlari dari mainan satu ke mainan lainnya, atau terus-menerus bergerak.
 
Gejala impulsif termasuk:
• Menampilkan ketidaksabaran luar biasa dengan orang lain.
• Menolak untuk menunggu giliran ketika bermain dengan anak-anak lain.
• Menyela ketika orang lain berbicara.
• Melontarkan komentar pada waktu yang tidak tepat.
• Mengalami kesulitan mengendalikan emosi mereka.
• Rentan terhadap ledakan emosi.
• Mengganggu ketika orang lain bermain, tidak meminta izin untuk bergabung
 
Sekali lagi semua perilaku di atas termasuk normal pada balita dan baru perlu mendapat perhatian jika menunjukkan kondisi ekstrem saat dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Jangan sampai salah!
Seperti dilansir dari Healthline.com, Institut Kennedy Krieger (KKI) juga telah mengidentifikasi beberapa tanda peringatan ADHD lainnya pada anak-anak berusia antara 3 – 4 tahun. Tanda-tanda ADHD lainnya termasuk perilaku agresif saat bermain, kurang berhati-hati terhadap orang asing, perilaku yang terlalu berani, membahayakan diri sendiri atau orang lain karena tidak mengenal rasa takut, serta ketidakmampuan untuk melompat menggunakan satu kaki pada usia 4 tahun. KKI mencatat bahwa anak-anak dalam kelompok usia ini sering terluka akibat berlari terlalu cepat atau tidak mengikuti instruksi.
 
Salah diagnosis ADHD mungkin terjadi karena sebagian besar balita kurang fokus, memiliki energi yang berlebihan, serta impulsif. Bahkan terkadang orang tua dan guru mudah ‘menempelkan’ gejala ADHD untuk masalah lain. Balita yang kurang memerhatikan dan tidak bisa duduk tenang di prasekolah bukan berarti menderita ADHD, sementara anak-anak yang hiperaktif mungkin hanya memiliki masalah disiplin.
 
Jika Ayah dan Bunda khawatir terhadap si kecil yang menunjukkan tanda-tanda ADHD, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Meskipun tidak ada obat untuk menyembuhkan ADHD, obat-obatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu meringankan gejala anak Anda serta memberi mereka peluang untuk kesuksesan di masa depan.


PRIMA SOERATNO


Baca juga:
Agar Anak ADHD Lancar Sekolah
Banyak Makan Gula Membuat Andak Hiperaktif?
 

 

 



Artikel Rekomendasi