Yuk, Lindungi Anak dari Dalam!

 

Freepik


Masalah penanganan anak kurang gizi atau yang saat ini lebih dikenal dengan istilah stunting sedang gencar dilaksanakan oleh berbagai pihak di Indonesia. Global Nutrition Report pada tahun 2018 menyebutkan bahwa Indonesia berada dalam zona darurat gizi sebab termasuk dalam daftar Negara dengan tiga masalah gizi sekaligus, yaitu stunting, wasting (kurus) dan obesitas. Ketiga masalah gizi ini berakar dari pemberian makan anak yang tidak tepat akibat ketidaktahuan orang tua.

Sudah diberi ASI, sayur-sayuran, dan buah mengapa stunting masih bisa terjadi? Ini bisa disebabkan oleh pemberian makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi anak pada 1000 hari pertama kehidupannya. Selain itu, bayi yang sering sakit atau yang mendapat pengasuhan kurang baik juga berisiko mengalami stunting. Akibatnya, anak-anak ini memiliki risiko kematian empat kali lebih besar.

Dr. Dian N. Hadiharjono, Msc, Nutrition Program Manager Helen Keller International (HKI) dalam acara Diskusi dan Nonton Bareng Video #MakanBener menyampaikan, “Meski saat ini jumlah bayi yang mendapat ASI hingga dua tahun cukup tinggi, namun nyatanya praktik pemberian ASI ekslusif masih rendah. Bahkan sempat ditemukan  kasus bayi  yang telah diberikan susu formula sebelum sempat menerima ASI sama sekali, sehingga nantinya akan mengganggu proses pemberian ASI.”

Selain itu, masih sangat umum terjadi di masyarakat anak diberi asupan makanan dan minuman sehat namun di sisi lain mereka juga diperbolehkan menyantap makanan dan minuman olahan pabrik yang cenderung memiliki kadar gula tinggi, MSG, dan berpengawet.

“Produk-produk olahan pabrik memiliki kadar gizi yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan pemberian makanan ini selama periode pemberian MPASI dapat menggantikan ASI dan makanan bergizi tinggi lainnya. Risiko yang muncul adalah anak bisa obesitas dan munculnya penyakit degenerative”, ungkap dr. Dian.

Untuk menurunkan angka stunting, pemerintah telah meluncurkan kampanye GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) dengan mempromosikan  konsumsi buah dan sayur serta keragaman pangan berbahan lokal sekaligus membatasi gula, garam dan lemak. Selain itu, penerapan hidup sehat juga telah dianjurkan melalui Permenkes No.41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi seimbang yang mengingatkan orang tua agar membiasakan anak usia 2-5 tahun makan tiga kali sehari bersama seluruh anggota keluarga.

Seberapa banyak porsi makan anak? Kementerian Kesehatan Indonesia telah mengaturnya dalam slogan Isi Piringku, yaitu separuh piring 2/3 berisi sayuran dan 1/3 buah, separuh sisanya berisi 2/4 karbohidrat dan 1/3 lauk pauk dengan protein hewani atau kacang-kacangan.

Melalui kampanye #MakanBener, diharapkan para orang tua dapat lebih memahami pentingnya asupan gizi seimbang sekaligus memngingatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya  pemilihan asupan gizi tepat sejak anak masih dalam kandungan hingga ia berusia dua tahun.

Masih bingung menentukan porsi dan mencari makanan apa yang dibutuhkan anak dalam proses tumbuh kembangnya? Anda bisa temukan jawabannya di serial video Youtube di channel Makan Bener atau melalui Instagram dan Twitter @makanbener_id. Pengguna Facebook juga dapat mencari informasinya di fanpage Makan Bener.


(Wita Nurfitri)



Baca juga:

30 Inspirasi Bekal Bergizi ke Sekolah
Tips Mempersiapkan Makanan Sehat untuk Anak
Waspada 5 Bahaya Balita Suka Makan Manis

 



Artikel Rekomendasi

post4

Anak Perlu Probiotik, Ini Alasannya

Probiotik merupakan mikroorganisme yang memberikan efek positif bagi kesehatan. Predikatnya sebagai 'bakteri baik' mampu menjaga proses metabolisme dan meningkatkan kekebalan tubuh, khususnya untuk ... read more