Tugas Orang Tua Dampingi Anak Menonton SpongeBob SquarePants

 


Foto: Pixabay
 
Sejak tanggal 15 September lalu tagar #BubarkanKPI muncul di Twitter. Masyarakat gemas terhadap surat teguran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang ditujukan kepada empat belas program siaran di sejumlah lembaga penyiaran di Indonesia. Termasuk di antaranya The SpongeBob SquarePants Movie yang dianggap melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) KPI tahun 2012.

Dilansir dari Tirto.id, film kartun yang ditayangkan oleh GTV pada 22 Agustus 2019 lalu memuat tindakan kekerasan seekor kelinci terhadap kelinci lain, yakni memukul wajah dengan papan, menjatuhkan bola bowling dari atas sehingga mengenai kepala, melayangkan palu ke wajah, dan memukul pot kaktus menggunakan raket ke arah wajah. Selain itu pada The SpongeBob SquarePants Movie juga terdapat adegan melempar kue tart ke muka dan memukul menggunakan kayu seperti ditulis KPI dalam surat keputusan dengan Nomor 385/K/KPI/31.2/09/2019.

Terlepas dari pro-kontra surat yang dilayangkan KPI, sudah seharusnya orang tua mendampingi anak ketika menonton suatu tayangan. Apalagi sudah sejak lama kita memahami bahwa TV, film layar lebar, serta video games membutuhkan pengawasan orang tua. Dilansir dari Psychologytoday.com, berikut tiga alasan mengapa anak harus diawasi ketika menonton kartun yang bermuatan kekerasan dan agresif.

1/ Mengikuti
Balita biasanya meniru apa yang dia lihat dan dengar, termasuk karakter kartun yang diidolakannya. Mereka belum bisa mengambil pelajaran dari kata-kata verbal—apalagi yang tersirat. Mereka mengikuti dan beraksi seperti tontonan yang dilihat.

2/ Merekam
Ketika anak melihat kekerasan digunakan untuk memecahkan masalah, maka ‘pelajaran’ ini akan terekam dalam saraf pusatnya. Begitu pula bila orang tua bisa membimbing anak untuk menggunakan pendekatan sosial saat memecahkan masalah, misalnya harus berbagi, berkomunikasi sebelum bertindak, serta berpaling kepada orang tua untuk meminta bantuan. Oleh karena itu, penting melakukan pengawasan terhadap aktivitas anak sedini mungkin.

3/ Mengidentifikasi
Paling bahaya bila anak mulai mengidentifikasikan dirinya dengan karakter tertentu. Bukan hanya kartun yang harus diwaspadai karena semakin banyak film maupun games yang mengandung unsur kekerasan dan terlalu agresif.  Jika sejak balita tidak dicegah, maka khawatirnya karakter tersebut melekat menjadi identitas anak.
 

ALICE LARASATI
 

Baca juga:
Teknik Hadapi Si Kecil yang Agresif
Menghukum Balita, Bolehkah?

 



Artikel Rekomendasi

post4

Kapan Balita Siap Nonton Bioskop?

Balita merengek ingin nonton film kartun di bioskop, tapi Ayah/Bunda khawatir balita tidak akan betah duduk lama dan menonton film di bioskop. Apalagi, keadaan gelap di dalam bioskop seringkali membua... read more