Bunda, Bayi Tidak Membutuhkan Tambahan Gula!

 


Foto: Pixabay
 

Bayi umumnya menyukai rasa manis, jadi sangat dipahami mengapa orang tua senang memberikan makanan bergula tinggi kepada anak-anaknya. Namun, semakin dini Anda memasukkan gula tambahan, semakin besar kemungkinan bayi atau balita lebih memilih mengonsumsi makanan manis di masa kanak-kanak hingga sepanjang sisa hidupnya. FYI, makanan tinggi gula sepanjang masa kanak-kanak dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya dapat dicegah, seperti penyakit jantung, obesitas, maupun tekanan darah tinggi. Itu sebabnya American Heart Association membuat rekomendasi untuk menghindari tambahan gula sebelum usia 2 tahun seperti dilansir dari www.strong4life.com.

Penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh dari semua bayi di rentang usia 7-8 bulan sudah mengonsumsi beberapa jenis makanan manis atau minuman manis. Meskipun Bunda berpikir sedikit gula tidak ada salahnya, memperkenalkan permen sedini mungkin dapat membentuk preferensi rasa si kecil. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memaparkan bayi Anda pada berbagai makanan sehat untuk membantunya mengembangkan preferensi rasa bagi mereka.

Jika minuman manis dan makanan manis selalu tersedia untuk si kecil, maka dia akan lebih suka memakannya sehingga tidak akan ada ruang tersisa di perut kecilnya untuk makanan bergizi yang Anda ingin agar dia konsumsi.
Apakah Anda berpikir jika tak memberi tambahan gula pada si kecil maka kesempatannya untuk mengonsumsi makanan lezat akan hilang? Tidak juga, kok. Si kecil belum memahami tentang berbagai jenis rasa makanan sampai mereka mendapatkan makanan dan minuman yang Anda berikan. Jika anak Anda sudah merasakan permen, bukan berarti Anda harus menghentikannya sama sekali, tetapi penting untuk mengurangi asupannya.

Industri makanan membuat setiap ibu sangat sulit untuk menemukan makanan yang tidak mengandung tambahan gula. Bahkan makanan yang dianggap sehat, seperti roti gandum, memiliki sedikit gula tambahan. Itulah mengapa sangat penting untuk menghindari makanan dan minuman yang dibuat dengan gula tambahan. 

Sebuah analisa terpisah dilakukan oleh World Health Organization (WHO) di Eropa tentang barang-barang yang dijual di Inggris, Denmark, dan Spanyol pada 2016-2017 menunjukkan bahwa makanan bayi pada umumnya mematuhi panduan tentang garam, protein, lemak, dan karbohidrat. Tetapi gula menyumbang 70% dari kalori makanan dalam pure buah, bahkan mencapai hampir 100% dalam beberapa produk pure buah campuran. Pure buah ini juga ditambahkan ke produk gurih, yang kemudian diakui sebagai 'gula tambahan' menurut WHO.

Berikut adalah beberapa kebiasaan yang disarankan untuk membatasi asupan gula tambahan kepada bayi atau balita Anda:
-Pilih air putih atau susu biasa dibanding memberikan minuman manis.

-Tawarkan buah-buahan lunak, seperti pisang, buah persik matang, dan buah kaleng yang dikeringkan dan dikemas dalam air atau jus 100% (bukan sirup) alih-alih memberikan jus.
-Sebagai ganti camilan buah, tawarkan buah kering-beku tanpa bahan tambahan.
-Tawarkan yogurt susu lengkap dengan buah daripada es krim.
-Alih-alih mengonsumi sereal manis sebagai menu sarapan, tawarkan oat panggang sederhana.

Meskipun jus buah 100% secara teknis tidak mengandung gula tambahan, ia tetap memiliki gula alami setara dengan yang terkandung oleh soda, dan tidak mengandung serat makanan seperti yang ditemukan dalam buah utuh. Faktanya, American Academy of Pediatrics tidak menyarankan memberikan jus sebelum si kecil menginjak usia 1 tahun karena konsumsi jus pada bayi dapat menyebabkan nutrisi buruk, peningkatan risiko kerusakan gigi, meningkatnya risiko diare, gas, dan kembung, serta meningkatnya risiko terpapar bakteri dalam jus yang tidak dipasteurisasi.

 

PRIMA SOERATNO

 

Baca juga:
Jika Anak Keracunan Makanan
8 Cara Gampang Hindarkan Anak dari Obesitas

      


 

 



Artikel Rekomendasi