Popok Bayi Bisa Disulap Jadi Pot Tanaman

 

Pot-pot tanaman dari popok bayi bekas pakai

Popok bayi merupakan salah satu penyumbang sampah rumah tangga terbesar. Dari sekian banyak sampah yang menjadi masalah bagi lingkungan, di antaranya terdiri dari popok bayi sekali pakai. Jika dibiarkan terus-menerus, kerusakan akibat sampah bisa semakin parah. 

Sebagai wujud aksi kepedulian terhadap lingkungan, popok bayi Merries di bawah naungan PT Kao Indonesia menjalankan gerakan Merries Senyumkan Lingkungan. Program ini dimulai sejak November 2019 yang berkolaborasi dengan 28 posyandu di wilayah Jakarta Barat untuk mengedukasi dan mengajak para kader posyandu serta masyarakat, agar memisahkan sampah popok bayi bekas pakai. 

"Di tahun 2019 mulai gerakan cinta lingkungan ini. Saat itu kami mengajak semua kader posyandu untuk membuang popok bayi pada tempatnya. Kenapa? Karena kita tahu saat kita tidak membuang sampah pada tempatnya, itu akan berakibat buruk bagi lingkungan," kata Vice President Marketing PT Kao Indonesia, Bun Susilowati, pada acara workshop Merries Senyumkan Lingkungan, di Kantor Walikota Jakarta Barat, Rabu, 4 Maret 2020. 

Sampah popok bayi tersebut tidak hanya dikumpulkan, tapi juga kemudian diolah menjadi barang yang bernilai guna. Prosedurnya dimulai dengan Merries menyediakan depo atau tempat sampah khusus untuk menampung popok bayi bekas pakai di posyandu-posyandu. 
 
Foto acara Merries Senyumkan Lingkungan

Setelah satu minggu, ada petugas yang mengambil depo-depo yang sudah terisi sampah popok bayi untuk dibawa ke tempat pengolahan yang berlokasi di Jawa Barat. Di sinilah sampah popok bayi tersebut dicuci dan diproses menggunakan teknologi hidrotermal, sehingga kemudian diperoleh hasil berupa fiber dan minyak. 

Selanjutnya, serat-serat itu diolah menjadi pot bunga, setelah dicampur dengan semen dan air. 

Menurut Susi, fiber yang dihasilkan dari pengolahan popok bayi bersifat higienis, karena sudah dicuci dan dipanaskan dalam suhu tinggi. 

Dalam acara ini, turut hadir Walikota Jakarta Barat, Rustam Effendi yang menjelaskan bahwa masalah sampah rumah tangga tidak dapat disepelekan begitu saja. Karena, dampaknya bukan hanya bagi lingkungan tapi juga ekonomi. 

"Sekian banyak APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dipakai untuk mengurusi sampah. Ini artinya, urusan sampah memerlukan biaya yang begitu besar,"  katanya. 

Rustam berharap, ada inovasi-inovasi dalam pengolahan sampah sehingga dapat menekan biaya APBD. "Kita semua harus berupaya bagaimana memperlakukan sampah ini sehingga biaya tidak terkuras sedemikian banyak," ujar Rustam. 

(Alika Rukhan)

Dalam acara ini, Merries juga menyerahkan pot-pot tanaman hasil recycle untuk menghijaukan lingkungan posyandu. 

 



Artikel Rekomendasi