3 Cara Halus Menyampaikan Perpisahan Orangtua kepada Anak

 




Foto: Pixabay


Pernikahan tidak melulu berlangsung bahagia karena pasti ada masa-masa sulit. Diperlukan komitmen dan kerja sama agar pernikahan Ayah dan Bunda bertahan hingga maut memisahkan. Sayangnya, kadang perpisahan bahkan perceraian menjadi solusi apabila sudah tidak ada ‘kata sepakat’ dari kedua belah pihak. Lalu bagaimana cara halus menyampaikan kabar perpisahan orangtua kepada anak? Simak apa kata para ahli berikut ini.
 
Terus terang
Sesulit apa pun kondisinya, Anda harus memberi tahu faktanya kepada anak--meskipun ia masih balita. Jangan sampai si kecil dengan kemampuan kognitif yang terbatas salah mengambil kesimpulan mengenai penyebab dan dampak perpisahan orangtuanya. “Jika Ayah yang meninggalkan rumah, maka mereka mungkin berpikir ‘Ayah meninggalkan saya’ bukannya ‘Ayah meninggalkan Bunda’. Anak-anak harus belajar memahami bahwa tinggal berpisah adalah keputusan orang dewasa. Meski pada kenyataannya balita sulit memahaminya,” ungkap Rhonda Freeman, manajer Families in Transition sebuah lembaga keluarga di Toronto, seperti dilansir dari Todaysparent.com.
 
Beri penjelasan sederhana
Balita mungkin belum membutuhkan alasan di balik perpisahan orangtuanya. Namun, Anda perlu memberikan penjelasan sesederhana dan seobjektif mungkin. Misalnya apa yang akan terjadi selanjutnya, bagaimana pengaturan menjaga si kecil nantinya, serta jelaskan mengapa keputusan ini adalah yang terbaik bagi keluarganya. Dilansir dari Familyrelationships.gov.au, orangtua perlu meyakinkan bahwa apa pun yang terjadi, cinta orangtua kepada anak tidak akan berubah.
 
Bersiap menghadapi ledakan emosi
Dilansir dari Huffington Post, Kate Scharff, psikoterapis dan konsultan perceraian, menyebutkan bahwa kesalahan orangtua adalah tidak mempersiapkan diri terhadap ledakan emosi anak pada saat memberi tahu soal perpisahan. Meski masih belia, bukan berarti si kecil tidak punya perasaan atau kebal ketika mendengar kabar buruk tersebut.
 
“Orangtua harus menyiapkan diri sebelum berbicara kepada anaknya. Ayah dan Bunda harus memutuskan apa saja yang akan diungkapkan, mengantisipasi pertanyaan, serta bisa merespons emosi anak. Meskipun merasa mengenal anak sendiri, Anda tidak bisa memprediksi reaksi anak terhadap perpisahan,” ujar Kate.
 
Cara terbaik menghadapi emosi anak, yaitu beri waktu bagi mereka untuk mengekspresikan emosinya (marah, sedih, takut, atau lega), yakinkan mereka bahwa tetap disayangi oleh kedua orangtuanya dan tidak perlu memilih/memihak, dan tekankan bukan kesalahan mereka. Sadari pula bahwa pembicaraan ini hanyalah awal dari komunikasi terbuka di antara orangtua dan anak.
 

ALICE LARASATI


Baca juga:
Bercerai Tak Selalu Jadi Solusi
7 Rahasia Perkawinan Langgeng
 

 



Artikel Rekomendasi