4 Tanda Anak Stres Menurut Psikolog Roslina Verauli

 

Caption
Tantangan kesehatan mental di masa pandemi Covid-19 tak hanya dihadapi oleh orang dewasa. Anak-anak pun bisa mengalaminya. Khususnya anak-anak di usia sekolah, dimana mereka menghadapi lingkungan yang lebih kompleks dibanding usia bayi dan balita, risiko stresnya lebih besar. 

Akan tetapi, stres pada anak jarang segera diketahui. Hal ini karena anak belum dapat mengomunikasikan perasaannya atau mengungkapkan hal-hal negatif yang ia alami. Karena itu, diperlukan kejelian orang tua untuk mendeteksi apakah anak-anak mengalami stres dan gangguan kesehatan mental. 

Psikolog Roslina Verauli bersama rekan pengajar di Universitas Tarumanagara  melakukan riset dengan 519 orang tua di berbagai wilayah di Indonesia untuk mengetahui apakah orang tua benar-benar menghadapi anak-anak yang menampilkan gejala-gejala atau keluhan stres. Ternyata dari riset tersebut, ibu dua anak yang akrab dipanggil Mbak Vera itu menemukan bahwa banyak orang tua yang tidak paham bagaimana mendeteksi stres pada anak.

Menurut Vera, ada beberapa tanda yang dapat ditengarai sebagai gejala stres pada anak. Tanda-tanda ini sebagian berupa keluhan fisik yang terjadi atau dirasakan oleh anak. Tentu tidak mengherankan ketika mental yang terganggu,  gejala yang tampak justru keluhan fisik, karena kondisi jiwa dan raga itu saling berkaitan.

Tanda-tanda anak mengalami stres seperti dikatakan oleh Vera, Bunda dan Ayah dapat mengamati beberapa hal berikut ini:

1. Keluhan fisik. Misalnya anak mengeluh sakit kepala, mudah lelah, capek, sakit perut, diare. 

"Ini beberapa keluhan yang muncul terkait apabila anak sebetulnya sedang stres. Terutama sakit perut dan sakit kepala. Ini hubungannya apa? Ternyata saat individu - baik orang tua maupun anak-anak - sedang mengalami stres, berdampak terhadap keseluruhan sistem di dalam tubuh," kata Vera di acara Instagram Live Meet Up Parenting Indonesia, Kamis 8 Oktober 2020. 

2. Anak mulai menampilkan perubahan emosional. Moodnya naik turun, mudah marah. 

3. Perubahan perilaku. MIsalnya ada perubahan perilaku yang berubah. Jika sebelumnya suka mainan tertentu, yang selama pandemi dia jadi tidak suka. Bisa juga berupa perubahan pola makan, dimana ada dua kemungkinan: antara sulit makan atau sebaliknya nafsu makan menjadi berlebihan. 

"Biasanya, pilihan makannya juga jadi tidak sehat. Ini lucu justru ketika stres, pilihan makannnya justru makanan-makanan yang tinggi kolesterol, dan kalori yang tinggi."

Selain itu, pola tidur pun juga ikut berubah, yaitu bisa jadi sulit tidur atau jam tidur yang kacau. Dan yang lebih menarik, dia merasa tidak disayang oleh orang tuanya, merasa tidak kompeten, merasa buruk. 

Jadi hati-hati jika anak-anak sudah mulai mengeluh tentang teman-temannya sudah tidak asik lagi, gurunya tidak menyenangkan, mengeluh membenci sekolah, jangan-jangan sebenarnya sedang stres. 

4. Menunjukkan keluhan ada masalah interaksi dengan orang-orang sekitar, mudah bertengkar dengan kakak/adik atau anggota keluarga lainnya. 

"Kalau Mama dan Papa melihat ada gejala-gejala dari keempat poin ini, nah coba diamati mungkin anak-anak sedang stres," kata Vera. 


ALI

 

 



Artikel Rekomendasi