Kesehatan Mental Ayah, Modal Penting Mengasuh Anak

 

Foto: envato


Menjadi ayah baru bisa menimbulkan perasaan campur aduk; senang dan khawatir bergantian.  Apalagi di masa pandemi ini, para ayah harus menjaga kesehatan mentalnya. 

Saat membawa bayi pulang dari rumah sakit, babak baru dialami ayah. Rutinitas berubah, juga hormonnya. Demikian temuan sebuah riset. Bahwa ayah juga mengalami perubahan hormon ketika anaknya lahir. 

Riset menunjukkan, 1 dari 10 pria mengalami sakit mental dalam 6 bulan pertama kelahiran bayinya - terutama ayah yang baru pertama kali punya anak. Demikian dilansir bbc.co.uk. Meski kesadaran akan kondisi mentalnya muncul, itu bukan berarti lantas para ayah dapat mencapai kesejahteraannya. Sama seperti ibu baru, ayah baru juga punya ketakutan

Raoul Lindsay, ahli kesehatan mental dan terapis di London menyatakan bahwa ketika bayi lahir, fokus ayah berubah drastis, yaitu fokus pada ibu dan bayi, sehingga ayah hanya menjadi latar belakang. Itu sebabnya para ayah baru harus punya support system. 

Ini saran Raoul Lindsay:

Ayah jangan memberi tekanan pada diri sendiri. Lengkapi diri dengan skill untuk mengurangi kecemasan. Skill sebagai ayah sangat diperlukan untuk terlibat dalam perawatan anak. Semakin terampil ayah, rasa khawatirnya akan berkurang. Berbeda dengan ibu yang punya maternal instinc, ayah harus berlatih. 

Baca: 10 Persiapan Istri Hamil di Masa Pandemi

Selalu terkoneksi dan berkomunikasi dengan istri
. Mungkin saja istri mengalami banyak perubahan setelah melahirkan, tetapi bukan berarti ia enggan diajak bicara.  Komunikasi dengan istri akan membuat para ayah lebih tenang. Di masa-masa awal bayi lahir, kenyamanan tidur Anda berdua pasti terusik. Bicarakan dengan istri, agar Anda berdua dapat memenuhi kebutuhan tidur. Bicara, dan dengarkan untuk menemukan kebutuhan masing-masing.

Lakukan sesuatu yang dapat membuat ayah mendapatkan keseimbangan. Saat ini mungkin kebiasaan lama belum dapat dilakukan - nongkrong bareng teman di hari Sabtu dan Minggu. Buat kebiasaan baru yang disesuaikan dengan kondisi sekarang. Jangan mencoba berkebun dengan berharap ini dapat menghibur, bila sebelumnya ayah tidak pernah berkebun. Kalau Anda ingin main game, mainlah sejenak. 

Tetap terhubung dengan para ayah baru. Bentuk komunitas sendiri, atau jadi follower socmed para ayah. Yang penting Anda bisa bicara. Jangan remehkan kekuatan bicara dengan orang senasib, kata Raoul. Anda akan takjub bagaimana ayah-ayah baru lainnya bisa memberikan cara pandang baru yang sangat penting. 

Baca: Dunia Baru Ayah

Yakinlah bahwa mengasuh anak akan semakin mudah
. Anda mungkin merindukan diri Anda sebelum menjadi ayah di tahap awal menjadi ayah. Anda tidak akan selamanya mengalami kesulitan. Sebaliknya Anda akan mendapatkan perasaan normal menjalani peran ayah. Tandai bahwa sejalan dengan waktu dan pengalaman, semuanya tidak lagi terasa menantang.

Jaga suasana hati. Kebanyakan ayah mengalami perasaan drop. Tapi kalau hal itu berlangsung lama, waspadalah, mungkin Anda mengalami depresi. Rasa cemas itu wajar, tapi bila kecemasan itu berkepanjangan Anda harus segera cari bantuan. Misalnya Anda mulai mengalami gangguan fisik seperti panic attack, atau tidak dapat kembali pada kondisi tenang. Kebiasaan makan berubah - menjadi over eating atau sebaliknya sangat kurang makan. Perhatikan juga apakah pola tidur Anda berubah. 

Terbukalah pada orang yang Anda percaya. Buka perasaan Anda meski mengawalinya sangat sulit. Mungkin Anda bicara bukan untuk minta tolong, tapi untuk menceritakan apa yang sedang Anda alami saat ini. (IR 6/02/22)

Baca juga:

7 Kalimat Pujian untuk Ayah
5 Trik Ayah dan Bunda Tetap Mesra

 



Artikel Rekomendasi