Orangtua Wajib Tahu, 5 Mitos Seputar Kesehatan Mental Anak

 

Kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan tubuh mereka. Agar si kecil bisa tumbuh menjadi anak yang tangguh dan cerdas, orangtua wajib menjaga agar kedua faktor ini tetaplah seimbang. Berbeda dengan isu kesehatan tubuh, sayangnya sebagian orang masih menganggap isu yang mengangkat topik kesehatan mental cukup tabu dan diselimuti dengan berbagai stigma.

Bunda mungkin sering melihat anak kecil yang menangis saat terjatuh atau terbentur, penanganan yang dapat Anda lakukan tentunya membersihkan luka yang memberikan obat untuk menyembuhkannya. Lain dengan luka yang terlihat, ketika anak mengalami gangguan kesehatan mental, mereka cendrung tertutup dan kesulitan untuk mengutarakan apa yang mereka rasakan.

Isu seputar kesehatan mental sering kali melahirkan berbagai stigma seperti, anak dengan gangguan kesehatan mental sulit bergaul, tidak memiliki masa depan, anak hobi tantrum berarti mentalnya terganggu, dan lain-lain. Disinilah peran orangtua sangat dibutuhkan, Anda harus lebih peka dengan perubahan emosi dan sikap anak. Terutama pada balita yang cendrung masih sulit untuk mengomunikasikan perasaan mereka.

Anak tidak bisa stres
Salah. Si kecil bisa stres. Tak hanya dialami oleh orang dewasa, stres juga bisa dialami oleh anak-anak bahkan balita hingga bayi. Penyebab stres pada anak tentu tidak serumit masalah orang dewasa, tetapi Bunda dan Ayah bisa menjadi penyebab buah hati Anda mengalami stres. Mengasuh anak saat kondisi mental orangtua sedang tidak stabil membawa pengaruh yang buruk untuk kesehatan mental anak Anda.

Tak hanya itu, stimulasi berlebihan juga bisa menjadi penyebab bayi Anda stres. Lingkungan, pola hidup tidak teratur, hingga kurang kasih sayang juga bisa menjadi faktor yang menyebabkan si kecil menjadi stres. Stres pada anak bisa memicu perubahan emosi dan sikap misalnya, lebih sering menangis, tidak bersemangat, nafsu makan menurun.

Tidak memiliki masa depan
Salah. Setiap anak terlahir dengan keunikan dan kelebihan masing-masing. Mendapatkan kasih sayang dan pengasuhan yang terbaik dari orangtuanya adalah hak bagi setiap anak. Begitu juga dengan masa depan mereka, kondisi psikologis tertentu yang dialami seorang anak tidak akan menjadi penghambat mereka untuk memperoleh kesuksesan di masa mendatang. Justru pola asuh buruk yang memiliki pengaruh besar dalam mematikan potensi anak. Kenali bakat dan potensi si kecil, kemudian kembangkan secara perlahan.

Sering tantrum tanda gangguan pada kesehatan mental anak
Tidak, Bun. Sering tantrum bukanlah sebuah pertanda si kecil memiliki gangguan kesehatan mental. Tatrum adalah ledakan emosi yang umumnya terjadi karena anak kesulitan  menyampaikan perasaan, juga bila keinginan mereka tidak terpenuhi. Biasanya saat tantrum anak akan menangis dengan keras, menjerit ataupun berguling di atas lantai. Hindari melakukan kekerasan fisik saat menangani anak yang sedang tantrum. Jika tantrum sering terjadi dan diiringi dengan tindakan agresif seperti menyakiti dirinya sendiri atau orang lain, maka Anda bisa konsultasikan pada pihak professional untuk penanganan yang lebih tepat.

Terapi untuk anak hanya buang-buang waktu
Perawatan untuk anak yang mengalami kondisi psikologis sangatlah dibutuhkan. Terapi ini memang tidak menyembuhkan kondisi psikologis anak, tetapi dapat membantu mereka dalam menyalurkan emosi ataupun menyampaikan perasaan mereka. Hasilnya tentu tidak dirasakan secara instan, dibutuhkan waktu dan konsistensi agar manfaat dari terapi ini bisa dirasakan si kecil dalam jangka waktu yang panjang. Orangtua juga harus terlibat langsung dalam proses terapi tersebut, agar si kecil bisa merasakan perhatian yang Anda curahkan.

Semua salah orangtua
Tidak selalu. Bila berbicara mengenai kesehatan mental pada anak, tentunya orangtua akan dianggap menjadi pelaku utama yang menyebabkan terganggunya kesehatan mental pada anak. Pola asuh yang kurang baik memang dapat membawa pengaruh buruk baik kesehatan mental anak, tetapi ada beberapa faktor lain yang bisa menjadi alasan dibalik perubahan emosi dan sikap pada anak. Misalnya, lelah karena terlalu banyak aktivitas, masalah pergaulan, ataupun sistem belajar online yang dialami anak-anak selama pandemi Covid-19 berlangsung.


Baca juga:
4 cara mengasuh yang merusak mental anak

4 cara mudah menjaga kesehatan mental
Mom shaming bisa merusak mental anak


Debbyani Nurida

 



Artikel Rekomendasi