Mom Shaming Bisa Merusak Mental Anak

 

Foto ilustrasi (Freepik)

Mom shaming/parent shaming, kerap menimbulkan perasaan buruk pada korban. Orang tua yang menjadi korban parent shaming, dikritik, dibuat merasa malu, dan disudutkan dengan komentar bernada miring oleh orang tua lainnya yang merasa dirinya lebih baik. Kritik dan komentar tersebut mengarah kepada cara orang tua korban dalam mengasuh anak. 

Akibat dari kritikan dan komentar miring dalam perilaku parent shaming, korban menjadi minder, tidak percaya diri, bahkan frustrasi dan merasa dirinya bukan orang tua yang baik. Meski tak terlihat di permukaan, dampak parent shaming begitu terasa bagi mental korban. 

Amy Morin, LCSW, pekerja sosial klinis yang menulis untuk Psychology Today menyebutkan bahwa perilaku parent shaming tak hanya merugikan orang tua yang menjadi korban tetapi juga anak-anak mereka. Komentar kasar dari perilaku parent shaming, memicu ketakutan pada orang tua. Mereka takut dianggap sebagai orang tua yang buruk. Dan itu memengaruhi cara orang tua dalam membesarkan anak-anak.

Setidaknya, ada dua hal mengapa parent shaming berdampak negatif pada anak korban: 

Orang tua menjadi takut anaknya gagal
Para orang tua yang menjadi korban parent shaming, menolak anaknya mengalami kegagalan. Hal ini karena mereka tidak ingin anak-anak mereka terlihat buruk sehingga ada celah bagi orang lain untuk berkomentar negatif tentang dirinya. Akibatnya, orang tua korban parent shaming berusaha sekuat tenaga menyelamatkan anak-anak mereka dari kegagalan dan mencegah mereka melakukan kesalahan.
 
Foto ilustrasi (Freepik)


Padahal, anak-anak perlu diajarkan kekuatan mental yang salah satunya adalah menerima kegagalan. Di perjalanan kehidupan yang panjang, mulai dari anak masih kecil hingga dewasa, pasti mengalami dinamika kehidupan. Ada saat naik, ada saat turun. 

Memaksa anak untuk harus selalu berhasil dan sempurna justru membuat mentalnya rapuh. Anak akan stres dan frustasi ketika dihadapkan kenyaataan yang tak sesuai keinginannya. Sebaliknya, membiarkan anak untuk gagal adalah pelajaran hidup yang sangat berharga yang melatih kekuatan mental mereka. 

Takut bertanya dan cenderung menyembunyikan kesalahan
Adakalanya dalam kegiatan pengasuhan, orang tua agak bingung atau butuh bantuan ketika menghadapi situasi tertentu. Misalnya, sedang bertanya-tanya apakah caranya merawat anak yang demam sudah benar atau belum, apakah susu formula tertentu cocok untuk anak atau tidak. 

Dalam situasi tersebut, mungkin orang tua ingin bertanya pada orang-orang di lingkungannya. Apakah ibu mertua, saudara, atau teman-teman di media sosialnya. Tetapi, karena takut menerima saran atau komentar yang tak diinginkan, akhirnya ia memilih diam. Tidak bertanya, dan tidak minta pendapat. 

Akibat dari hal ini, bisa saja orang tua menjadi lebih kesulitan, masalahnya tidak terpecahkan, dan apabila melakukan kesalahan, sangat mungkin akan ia sembunyikan. 
 
Foto ilustrasi (Freepik)


Jadilah diri sendiri
Dalam hal membesarkan anak, tidak ada cara yang benar atau salah untuk melakukannya. Ada banyak cara berbeda untuk membantu anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.

Prinsip dasar untuk membesarkan anak-anak adalah membantu mereka menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, dan menjadi cukup kuat secara mental. 

Ketika Anda yakin tentang cara Anda membesarkan anak adalah sudah di jalan yang benar, tak perlu risau dengan komentar orang lain. Kata orang biarlah kata orang. Karena akan selalu ada orang yang berkomentar dan mungkin juga orang yang berniat menjatuhkan. 


ALI

 



Artikel Rekomendasi