3 Cara Atasi Pertengkaran Orang Tua Baru - Bagian 1

 


Foto: Pixabay

 
 

Kehadiran ‘orang ketiga’ kerap memicu keributan dalam hubungan. Tidak terkecuali kelahiran bayi di dalam hubungan Ayah dan Bunda. Dalam artikel ini para ahli akan menjelaskan cara mengelola konflik yang dipicu oleh hadirnya bayi baru. Tanggung jawab orang tua yang terus bertambah dan kurangnya waktu tidur dapat membuat semua pasangan merasa lelah dan frustrasi sehingga mode ‘berkelahi’ selalu on. Berikut tiga ‘perkelahian’ umum yang dihadapi orang tua baru dan cara menghindarinya
 

Saya mengganti popok terakhir saat tengah malam!
“Sebagai seorang ibu baru, Anda mungkin mengalami perubahan fisiologis seperti gangguan tidur, kelelahan, dehidrasi, sakit punggung, ketegangan otot, dan sakit kepala. Kemudian ada perubahan emosional dan kognitif misalnya stres, kecemasan, suasana hati yang rendah, mudah marah, kurang perhatian, pelupa, dan kelelahan mental secara keseluruhan. Sangat normal bagi orang tua baru untuk ‘berkeringat’ pada hal-hal kecil di awal perjalanan pengasuhan mereka, jelas Psikolog Klinis, Candice Cowen.

Perubahan-perubahan tersebut membuat negosiasi 'giliran kamu' dengan pasangan sangat penting untuk dimiliki. Membuang energi untuk berdebat dan mempertahankan posisi Anda tentang tugas-tugas orang tua dapat mengakibatkan konflik yang tidak perlu. Sangat disarankan untuk menjaga komunikasi tetap terbuka tentang harapan serta kebutuhan emosional dan fisik. Katakan saja, “Saya merasa lelah, apakah kamu dapat melakukannya sekarang?”, atau justru bertanya kepada pasangan di pagi hari, “Apakah kamu dapat membantu menggantikan popok malam ini?” Pendekatan kerja sama akan membantu Anda dan pasangan menjaga perspektif dalam bekerja sebagai sebuah tim.

 

Ibumu memberitahu apa yang harus aku lakukan—lagi!
Harus diingat bahwa ibu dan ibu mertua Anda sudah lama menjadi orang tua. Secara alami, nih, mereka ingin berbagi saran dan pengalaman untuk mencegah Anda dan pasangan melakukan kesalahan yang sama. “Sangat penting untuk memisahkan saran dari pihak tersebut. Jika ada masalah sebelumnya, misalnya, Anda merasa mertua Anda berusaha mengendalikan. Anda mungkin bereaksi terhadap apa yang Anda anggap dia lakukan berulang kali, kata Psikolog Klinis, Dr. Colinda Linde.

Dr
. Colinda menyarankan agar bersikap terbuka terhadap saran dari ibu dan ibu mertua Anda. Namun, bukan berarti Anda memiliki kewajiban untuk mengikutinya. Sebenarnya gunakan kesempatan ini untuk bekerja dengan fakta bersama pasangan. Misalnya, Ini adalah saran yang diberikan ibumu, apakah ini yang ingin kita ikuti? Manfaatkan momen ini untuk mengonfirmasi nilai-nilai inti Anda berdua dalam membesarkan anak-anak. Anda pun dapat memilah saran mana yang bermanfaat dan dapat diterapkan.

 

“Di mana bayi harus tidur?”
Bayi baru lahir cenderung sangat bergantung pada ibunya di awal masa kehidupannya, terutama ketika masih menyusu. , kata Candice. Berhubung si kecil mengandalkan Anda untuk ketenangan dan kedekatan fisik, pemberian perawatan akan lebih praktis jika bayi berada dalam jarak yang dekat. Para ayah pun mungkin menganggap hal ini tidak terlalu mengganggu meskipun berisiko kurang tidur. Namun, setelah beberapa saat tangisan bayi dapat menyebabkan kualitas tidur semakin terganggu! Itulah mengapa Ayah dan Bunda perlu mendiskusikan di mana bayi harus tidur atau mungkin 'dipindahkan' ke kamarnya sendiri. Apa pun keputusannya, pilihan ada di tangan Anda berdua.



PRIMA SOERATNO


Baca juga:
5 Akibat Kurang Tidur Setelah Melahirkan
5 Penyebab Ibu Baru Menangis

 



Artikel Rekomendasi