Harus Operasi Ketika Hamil

 

Ada beberapa penyakit yang memerlukan tindakan operasi dan tidak bisa ditunda pelaksanaannya, bahkan ketika penderita sedang hamil. Apakah boleh ibu melakukan operasi ketika sedang hamil? Kenali risikonya dan rambu-rambunya agar kehamilan tetap terselamatkan meski harus operasi.

Ada tiga pertimbangan sebelum dilakukan operasi, yaitu menyelamatkan jiwa – diprioritaskan jiwa ibu – menghilangkan penderitaan, dan memperbaiki kecacatan. Tanyakan dan gali lebih jauh kepada dokter Anda, apakah operasi tersebut berdasarkan pertimbangan yang mana? Ada beberapa operasi yang memang tidak bisa ditunda sampai ibu melahirkan, misalnya, penyakit jantung rematik.

Namun calon ibu harus memastikan dan tahu apa saja risiko yang mungkin terjadi padanya dan kehamilannya. Cari informasi sebanyak mungkin tentang prosedur operasi, obat-obatan yang digunakan (pra-operasi, operasi, dan pasca-operasi), dan risiko serta potensi komplikasi operasi.

Ada beberapa risiko yang mungkin terjadi jika operasi dilakukan pada ibu yang sedang hamil. Risiko itu tergantung pada jenis operasinya. Beda operasi, beda pula risikonya. Namun dengan teknologi kedokteran saat ini, risiko bisa diminimalkan.

Meski demikian, dokter kandungan biasanya menghindari operasi pada awal kehamilan (kurang dari 13 minggu). Saat itu plasenta (ari-ari) belum terbentuk sempurna, sehingga tindakan intervensi dikhawatirkan mengakibatkan perdarahan yang mengancam keselamatan janin (keguguran).

Pertimbangan lainnya, pada trimester pertama janin tengah mengalami pembentukan organ. Diusahakan saat itu tidak ada pemberian obat-obatan berbahaya, seperti anastesi, yang dapat menyebabkan kecacatan.

Tindakan operasi juga biasanya tidak dilakukan setelah usia kehamilan 7 bulan atau trimester ketiga, karena risiko kontraksi rahim berisiko menyebabkan kelahiran prematur. Bila terpaksa operasi, ibu akan diberi obat tokolisis untuk mencegah kontraksi rahim.

Pada saat operasi, anastesi atau bius biasanya dilakukan regional, yaitu dengan menyuntik pinggang belakang sehingga efek pembiusan hanya separuh tubuh dan Anda tetap sadar. Tujuannya agar pembiusan tidak memengaruhi sirkulasi darah ke janin dan obat yang diberikan juga seminimal mungkin. Jika bius total harus dilakukan, pemantauan kondisi janin melalui USG dan CTG, akan dilakukan. Metode yang digunakan pun lebih canggih.

Pasca-operasi pun kondisi janin tetap akan dipantau. Terapi obat, radiasi, hormon, diet, atau lainnya dipastikan tidak berefek negatif bagi tumbuh kembang janin dan kemampuan menyusui. Dan tetap lakukan kontrol pasca-operasi.

 



Artikel Rekomendasi

post4

Manfaat Jalan Kaki Untuk Ibu Hamil

Jalan kaki merupakan salah satu pilihan olahraga yang bisa dilakukan oleh ibu hamil. Sebelum melakukannya, pastikan dulu Anda tahu manfaatnya dan risikonya bagi kehamilan Anda.... read more

post4

Migrain Saat Hamil Bukan Hal Sepele

Migrain selama hamil tidak boleh dianggap enteng. Penelitian Dr.Cheryl Bushnell dari Duke University, North Carolina, AS, menemukan ada kaitan erat antara migrain dengan penyakit vascular (pembuluh da... read more