Anak Belanjar Mengungkapkan Perasaan

 

Anak perlu diberi pemahaman ia punya perasaan dan punya kata untuk menjelaskan perasaannya.

Cara anak mengekspresikan perasaan tergantung cara orang di sekitarnya melakukannya. Bagaimana anak mengungkapkan kemarahannya, bagaimana ia mengungkapkan rasa senangnya, pertama-tama ia melakukannya dengan cara meniru.   

Selanjutnya anak mengembangkan caranya sendiri sesuai cara lingkungan menanggapinya. Misalnya, ia mengekspresikan kemarahan dengan cara mengamuk, tapi lingkungan tidak mendukungnya, maka ia akan mengubah cara mengungkapkan kemarahannya. Mengenali emosi anak terkadang bukan hal mudah. Ini karena anak sering tidak mengungkapkan kemarahannya secara verbal. Apakah ia marah, sedih, bingung, sangat ketakutan, munculnya justru dalam bentuk-bentuk yang membuat orang tua jengkel. Misalnya, mengompol lagi setelah sekian lama tak pernah ngompol. Atau, tiba-tiba saja sulit tidur, mimpi buruk, menggigiti kukunya hingga rusak, menjadi agresif dan suka memukul teman.

Menjadi makhluk kecil yang mandiri, selain menyenangkan juga memunculkan  aneka perasaan lain. Apa saja perasaan-perasaan yang dialami anak usia ini?
  • Belum mampu membedakan kenyataan dan khayalan. Perasaan yang timbul adalah bingung. Anak bisa merasa ditolak ibunya saat dimarahi, merasa tidak dicintai ayahnya saat ayah tak menuruti keinginannya.
  • Mencoba-coba mencari jawaban dengan bertanya “mengapa” dan memperoleh jawaban, anak merasa lega, senang dan puas. Tapi, kadang-kadang karena dorongannya sendiri, atau orang tua mendorong anak untuk mencari jawabnya sendiri guna memenuhi rasa ingin tahu, anak merasa khawatir, apakah jawabannya akurat.
  • Ingin orang tuanya lengkap. Ketidakmampuannya memahami situasi, pertengkaran ayah dan ibu membuatnya takut ditinggalkan.
  • Pengalaman pertama masuk sekolah, berpisah dengan orang tua atau pengasuh yang sangat dekat, bisa membuatnya cemas.
  • Punya banyak teman yang baik dan dilibatkan dalam permainan, membuat anak merasa gembira. Peran-peran yang dipilih dalam bermain peran mendapat dukungan, membuat anak bangga.
  • Semua orang memperhatikannya bisa membuatnya malu.
  • Diajak bepergian dan melihat hal-hal baru, membangkitkan antusiasme anak. Melihat kabut di pegunungan, selain membuatnya heran juga bisa membuatnya khawatir tertelan kabut.
  • Marah karena mainannya dirusak teman atau boneka kesayangannya digigit anjing.
  • Mengamuk, karena frustrasi keinginannya tak tercapai.

 



Artikel Rekomendasi

post4

Si Dua Tahun: Mengenal Warna

Cara belajar si dua tahun semakin matang. Tak hanya mengandalkan penyerapan inderawi, si dua tahun juga melibatkan proses mental. Termasuk dalam mengenal warna-warni.... read more