Benar Atau Salah?

 

Seringkali Anda berpikir, “Saya sudah mengajarkan kepada anak bahwa sesuatu itu salah dan tidak boleh dilakukan, tapi, kok, tetap dilakukan sih?"

Seringkali pula, meskipun anak tahu tentang perilaku yang 'benar', ia tidak berperilaku sesuai pemahamannya akan yang 'benar' itu. Sebab, mengetahui dan berperilaku 'benar' bagi anak merupakan dua hal yang berbeda.

Pendidikan mengenai ini tentunya harus dimulai sejak kecil. Karena pemahaman mengenai apa yang 'benar' dan 'salah' akan membuat balita bisa berperilaku etis dan hidup harmonis.

Usia kenal 'benar – salah'

Menurut Sharon Lamb, Ed. D, pengajar psikologi di Faith Michael College, Vermont, anak mulai paham 'benar' dan 'salah' pada usia 18 bulan. Anak usia ini dapat melarang diri sendiri saat ingin melakukan hal-hal yang salah. Mereka juga kerap berpura-pura akan melakukan sesuatu untuk memastikan bahwa tindakannya dilarang. Misalnya, pura-pura akan memukul ibu atau pura-pura akan melempar barang.

Sementara, ketika anak berusia 2 tahun, mereka mulai mengidentifikasi dirinya dengan Anda, orang tuanya. Balita 2 tahun berusaha melakukan hal yang benar untuk mendapatkan pujian dan senyuman dari Anda. Hadiah seperti ini memperkuat proses identifikasinya. Keinginan anak untuk diterima oleh lingkungan, mendorongnya menginternalisasi perilaku yang benar.

Mereka memang banyak belajar tentang yang benar dan yang salah, tapi perilaku anak masih berupa hasil tanggapan orang tuanya. Jadi, meski mereka tahu hal yang benar, belum tentu mereka ingin melakukannya. Baru pada usia antara 3 sampai 5 tahun, anak mulai mengembangkan suara hati, yang disebut kesadaran.

Dekatlah dengan balita

Tetap sabar ya, Bunda, untuk terus menumbuhkembangkan kesadaran anak, karena memang butuh waktu lama. Kunci utamanya adalah memelihara kedekatan dengan balita. Kedekatan melandasi pemberian disiplin dan pembatasan pada anak. Tanpa kedekatan, orang tua tidak akan dipercaya anak. Balita pun akan merasa pembatasan sebagai penolakan terhadap dirinya.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa praktek pengasuhan anak dalam lingkungan yang kondusif dan gaya orang tua sebagai pendidik moral memberi peran penting dalam menumbuhkan perilaku etis. Hati-hatilah, Bunda. Sebab apa yang orang tua lakukan sehari-hari terhadap tetangga, pembantu rumah tangga, binatang peliharaan, pilihan bacaan, pilihan tayangan televisi, dan tanggapan Anda terhadap masalah moral, diperhatikan dan dipelajari anak dengan sungguh-sungguh. Jadi, hati-hatilah dalam berperilaku!

 



Artikel Rekomendasi