5 Masalah Perilaku Balita dan Cara Mengatasinya

 

Foto: shutterstock


Masalah perilaku adalah semua perilaku yang tidak dapat diterima oleh lingkungan, atau tidak normal untuk anak seusianya.

 

Anak-anak berperilaku tertentu untuk mendapatkan kebutuhannya atau untuk menangkal frustasi yang akan muncul. Meski itu tipikal anak usia batita, perilaku itu tidak normal bila sering dilakukan di rumah juga di sekolah.

 

Penyebab masalah perilaku

- Perubahan lingkungan sosial dan psikologis, seperti kelahiran adik.

- Emosi kita sendiri sebagai orang tua, bisa berdampak pada perilaku anak kita. Misalnya rasa marah dan kecewa di tempat kerja, dapat dirasakan oleh anak dan anak bisa bereaksi dengan perilaku agresif. 

- Kurang perhatian. Kita kerapkali hanya memberi perhatian pada perilaku buruknya saja. Kalau anak berperilaku positif dianggap sudah sepantasnya. Anak jadi belajar bahwa untuk mendapat perhatian dia harus berperilaku buruk. 

 

Tanda-tanda perilaku buruk:

- Sering mengamuk

- Mudah marah

- Tidak mau mendengarkan kata Anda

- Tidak dapat mengikuti aturan

- Makan sedikit sekali atau banyak sekali

- Agresif terhadap saudaranya atau teman

- Punya kecenderungan melukai orang lain

- Mencoba melukai diri sendiri

- Tidak gembira dan mudah takut

- Sulit belajar

- Melempar-lempar

- Menangis tidak perlu

 

Inilah 5 masalah perilaku khas balita dan cara mengatasinya:

1. Mengamuk

Menghadapi balita mengamuk sangat menguras energi. Ini adalah kondisi ketika anak tidak dapat mengelola kemarahan, rasa kecewa, dan tidak dapat mengendalikan situasi. Mengamuk dilakukan supaya anak mendapatkan apa yang dia mau. 

 

Untuk mencegah anak mengamuk di tempat umum, misalnya di supermarket, tegaskan pada anak bahwa Anda akan berbelanja kebutuhan rumah, dan tidak akan membelikan mainan. Bila Anda merasa bahwa anak mengamuk karena imbas dari stress Anda, buat anak merasa bersalah karena mengamuk. Caranya, abaikan dan teruslah melanjutkan pekerjaan Anda sampai emosi Anda tenang. Kemudian tenangkan anak.

 

2. Membantah

Membantah adalah tanda bahwa anak mulai tumbuh kemandiriannya. Tapi ketika anak melawan dan tidak mau  mendengar kata-kata Anda, rasanya pasti jengkel. Bila anak sering membantah, itu pertanda tidak sehat. 

 

Beri anak motivasi untuk mau mendengarkan Anda, dengan memberinya pujian saat dia mau bekerja sama. Bukan ketika dia membantah. Satu cara ampuh untuk mencegah anak membantah adalah dengan membatasi pilihannya. Ini membuatnya punya rasa kendali dan membuatnya mau mendengarkan Anda. Misalnya kalau anak menolak tidur, tawakan piyama mana yang akan dia kenakan. Dengan cara ini anak merasa terlibat pada pengambilan keputusan dan rasa kebebasannya tidak terganggu.

 

3. Berbohong

Normal untuk balita bila berbohong. Terkadang dia juga membual, membesar-besarkan. Misalnya dia punya pohon besar setinggi langit. Berbohong adalah cara balita untuk ‘menyelamatkan diri’ dari masalah karena dia melakukan kesalahan. Misalnya, dia menumpahkan gula, dia katakan, kucingnya yang melakukan. 

 

Kalau Anda tahu anak berbohong, tanggapi dengan tenang. Berikan contoh yang jelas beda antara berbohong dan mengatakan kebenaran. Jelaskan pada anak bahwa berbohong akan membuatnya lebih bermasalah lagi. Tidak apa-apa bersikap jujur meski hasilnya terkadang kurang menyenangkan. 

 

Jadilah model untuk diteladani anak dalam hal kejujuran. Anda harus memahami juga bahwa anak masih sumir mana khayalan mana kenyataan. Keduanya sering berbaur hingga terasa seperti berbohong. Jangan pernah melabel anak dengan sebutan ‘tukang kibul’ atau ‘si tukang bohong.’ Demikian menurut Dr. Carol Brady, psikolog klinis penulis di sebuah web Child Mind Institute’s. 

 

4. Agresi

Perilaku disebut agresif apabila anak punya kecenderungan menyerang seperti menendang, menggigit, melempar dan memukul untuk mengekspresikan kemarahan. Di lain pihak reaksi-reaksi tersebut merupakan tanda bahwa anak tidak mampu mengekspresikan emosinya secara efektif. Anak usia balita tidak senang bila mainannya direbut. Menendang atau menggigit anak yang merebut mainannya karena dia tidak dapat memperoleh kembali mainannya. 

 

Anak bersikap agresif terkadang untuk menguji apakah perilakunya bisa memenuhi keinginannya. Orang tua harus bersikap tegas bahwa perilaku itu tidak dapat diterima. Orang tua harus ingat bahwa mendisiplin tidak sama dengan menghukum. Ajarkan anak berbicara dan menamai emosinya untuk mencegah perilaku agresifnya.

 

5. Rewel soal makan

Respon anak terhadap makanan sering menjadi masalah. Dia banyak makan makanan yang tida sehat. Anda harus membantu anak untuk mengonsumsi makanan yang bergizi. Hindari memberikan makanan yang manis-manis menjelang waktu makannya. Kue manis atau minuman manis diberikan hanya kalau ada peristiwa penting seperti ulang tahun. Anak kerap tidak dapat membedakan apakah dia sedang lapar atau bosan. Terkadang untuk mengatasi rasa bosannya, anak minta sesuatu untuk dimakan. Jelaskan pada anak apa itu lapar, dan apa itu bosan. 

 

Komunikasi Anda dengan anak sangat penting untuk membantu anak mengatasi frustrasinya. Kuncinya Anda harus selalu tenang ketika anak berperilaku tidak pantas. Jelaskan kepada anak mengapa perilakunya tidak pantas. Bila anak tampak sedih, tanya padanya apa yang dia rasakan. Bila Anda menandai seringnya perilaku buruk dia lakukan, segera mencari bantuan proresional. Bila dilakukan terlalu sering, masalah perilaku merupakan pertanda adanya masalah yang lebih dalam yang hanya dapat dianalisa oleh ahli. 

(IR)

Baca juga
Cara Tepat Menjawab Bila Balita Bertanya 'Kenapa'
Balita Belajar Konsep Waktu
Tip Balita Sukses Pindah Kamar

 



Artikel Rekomendasi