Sukses Belajar Dari Kegiatan Makan

 

Menciptakan proses belajar dengan menggunakan mediator atau perantara melalui lingkungan, disebut Mediated Learning Experiences (MLE). Konsep yang dirumuskan oleh Reuven Feurstine dan Pnina Klein pada tahun 1983 ini dapat diterapkan dalam kegiatan apa pun. Belajar dari makanan juga termasuk MLE. Pada kegiatan makan, ibu atau pengasuh berperan sebagai mediator untuk mengenalkan konsep atau fakta yang bisa ditemukan atau diajarkan pada balita. Intinya, setiap pembelajaran butuh mediator yang andal. Tanpa mediator, tidak ada pelajaran yang bisa diserap oleh balita. Orangtua atau pengasuh perlu 3 kemampuan untuk membuat pelajaran ini berhasil, yaitu kreativitas, inisiatif, dan kesabaran. Proses belajar ini, tak selalu berhasil, apalagi jika Anda:
  • Sikap kurang toleransi pada balita, dapat membuatnya tak mau belajar dari apa yang Anda sampaikan. Misalnya balita tak suka udang, Anda memaksanya dengan keras sambil berkata, “Udang itu penting, nak. Supaya kamu pintar.” Pesan ini takkan sampai pada anak. Anda bisa mengolah udang dengan bentuk dan rasa yang berbeda sehingga anak belajar bahwa udang itu enak dan penting. Ada anak yang sulit makan, ada yang mudah makan. Anak yang sulit makan cenderung sulit belajar dari makan.
  • Makan dalam kondisi fisik dan psikologis tidak sesuai. Misalnya anak sedang mengantuk, marah, kesal, atau sakit. Kondisi-kondisi ini membuat kesadaran anak   berkurang untuk memaknai apa yang akan Anda sampaikan.
  • Penjelasan tidak menarik. Seperti “Kamu harus makan sayur bayam, karena bisa buat kamu sehat.” Balita pasti bosan mendengar alasan ini terus menerus. Anda perlu trik atau cara unik agar anak merasa tertarik dengan segala sesuatu yang ingin Anda sampaikan melalui makan.  
  • Perubahan lingkungan. Misalnya biasanya balita makan hanya berdua Anda, tiba-tiba ada teman atau sepupu si kecil bergabung di saat jam makan, balita bisa terganggu.

 



Artikel Rekomendasi