Tes Pendengaran Penting untuk Bayi

 

Fotosearch


Sejak dalam kandungan anak sudah memiliki kemampuan mendengar. Itulah alasan mengapa ketika Anda hamil, janin musti sering diajak ngobrol dan biarkan ia mendengar yang positif saja. Kementerian Kesehatan RI menetapkan tiga jenis skrining wajib pada bayi baru lahir,: golongan darah, fungsi kelenjar tiroid, dan pemeriksaan telinga.

Skrining pendengaran atau universal newborn hearing screening (UNHS) dilakukan saat bayi berusia dua hari,  pada bayi yang lahir di rumah sakit, dan maksimal satu bulan setelah kelahiran pada bayi yang lahir di bidan atau klinik. Tujuannya untuk memastikan pendengaran bayi normal dan berfungsi baik. Sebab kemampuan mendengar yang sempurna akan memungkinkan perkembangan refleks dan kemampuan bicara yang optimal pula.

Jika dari skrining diketahui ada kelainan, deteksi dini memungkinkan anak segera mendapatkan tindakan lanjut. Faktanya, pada tiap 1000 kelahiran terdapat 1-2 bayi yang menderita tuli. Hampir setengahnya berada di Asia Tenggara. (WHO, 2005)

Ragam Tes Pendengaran
1. Bagian dari pemeriksaan fisik menyeluruh pada bayi dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.

2. Oto Acoustic Emission (OAE), pemeriksaan menggunakan alat OAE dilakukan 10 detik per telinga guna mendeteksi adanya hambatan di saluran telinga luar, di cairan tengah, dan kerusakan rambut sel di rumah siput (koklea). Hasil pengukuran ‘pass’ berarti fungsi pendengaran normal, dan  ‘failed’ jika perlu pemeriksaan ulang.

3. Branstem Evoked Response Auditory (BERA) atau Auditory Brainstem Response (ABR), untuk mendeteksi adanya kelainan di koklea, sistem saraf pendengaran, dan jalur auditori pada stem batang otak, yang dapat diketahui melalui gelombang otak berupa suara dari alat elektroda yang dipasang pada telinga. Umumnya dilakukan pada balita dengan keterlambatan bicara (delayed speech), memiliki cacat ganda, dan autisme. Tes ini juga bisa menentukan jenis ketulian. Bila ditemukan kelainan, bayi perlu mengikuti tes lanjutan.

KONSULTASI dr. Bono Mahyudin, SpTHT-KL, Brawijaya Women & Children Hospital, Jakarta
(FIN/ERN)

 

 



Artikel Rekomendasi