Bayi Tak Perlu Madu

 



Beberapa orang percaya, memberikan madu pada bayi sebelum masa MPASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan membuat perkembangan tubuhnya menjadi pesat. Siapa, sih, yang tidak kepingin anaknya selalu sehat dan tumbuh sesuai keinginan orang tua?

Madu dipercaya memiliki banyak khasiat. Tak heran banyak yang menjadikan madu sebagai vitamin dan obat herbal. Ada juga yang menggunakan madu sebagai pemanis pengganti gula. Dalam satu sendok madu mengandung karbohidrat, asam amino, flavonoid, dan vitamin.

Masyarakat Mesir kuno memiliki kebiasaan mengoleskan madu pada bibir bayi yang baru lahir. Hal ini merupakan kepercayaan agar bayi selalu memiliki energi dan mendapat perlindungan secara spiritual.

Di Indonesia sendiri, madu biasa diberikan sebagai obat tradisional pada bayi 6 bulan yang sedang batuk atau bayi yang tidak mau menyusui. Padahal hal ini sangat tidak dianjurkan.

Bagi orang dewasa, madu dapat mendatangkan banyak manfaat. Demikian juga pada anak-anak di atas satu tahun. Namun, pemberian madu bagi bayi sebelum usianya genap 12 bulan sangat tidak dianjurkan. Baik itu berupa madu mentah maupun madu olahan. Yang tidak diketahui banyak orang, madu menjadi sumber spora yang menghasilkan bakteri clostridium botulinum. Bakteri ini menempel pada kaki lebah kemudian terbawa saat panen madu. Jika bakteri ini masuk ke saluran pencernaan bayi akan mengakibatkan penyakit infant botulisme.

Saat bayi terkena infant botulisme, ia akan mengalami kelumpuhan otot, mengganggu sistem saraf, diare hingga menyebabkan kematian dalam 24 jam. Gejala awal yaitu bayi akan rewel karena sembelit, otot lengan, leher, dan tungkai bayi akan melemah (lumpuh), mata tidak bereaksi pada cahaya dan sulit bernapas. Jika tidak langsung ditangani dalam 24 jam, bayi akan mengalami kematian.

Data dari Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan Penyakit (CDC) National Botulism Surveillance menunjukkan, 128 kasus botulisme bayi di AS dari 27 negara bagian dan District of Columbia. Dari American Academy of Pediatrics (AAP) sangat tidak menganjurkan pemberian madu pada bayi di bawah usia 12 bulan.
 
Bahkan, di beberapa negara bagian di Amerika dan Inggris, setiap perusahaan yang memproduksi madu diwajibkan memasang label “unsuitable for infants under 12 months”. Di Indonesia, madu dijual bebas tanpa adanya labeling seperti di negara lain. Karena itu, Anda sebagai orang tua yang dapat memantau apa saja yang masuk ke dalam mulut bayi.
 

Alternatif pengganti Madu untuk MPASI
 
Sebenarnya bayi belum memerlukan rasa manis tambahan. Setelah bayi Anda perkenalkan dengan sayur, Anda boleh memperkenalkannya dengan rasa manis. Karena rasa ini jauh lebih mudah diterima oleh indera pencecap bayi yang sangat peka dengan rasa pahit. Kalau Anda ingin menambahkan rasa manis pada MPASI-nya, gunakan bahan ini:
  1. Sari buah alami, seperti sari jeruk manis atau sari buah apel.
  2. Kurma. Dikenal sebagai superfood dan sangat baik diberikan sebagai pengganti madu. Caranya, campurkan kurma dan air dalam wadah panci. Rebus selama 10 menit hingga matang. Dinginkan kemudian blender hingga halus. Saring hasil blender yang masih kasar. Masak kembali hingga mengental. Dinginkan dan simpan pada wadah yang berbeda-beda untuk stok selama seminggu di dalam kulkas. Campurkan sari kurma ini sebagai pemanis pada menu MPASI si kecil.
  3. Palm sugar atau gula palem dapat dijadikan pengganti madu untuk menu MPASI bayi. Gula palem atau gula aren (arenga pinata) mengandung glikemik indeks rendah, sehingga tidak membuat bayi konstipasi. 

Maria Soraya Az Zahra

 



Artikel Rekomendasi